Desa di Selandia Baru ingin Pindahkan Ayam Liar, Kenapa?
Rabu, 27 November 2019 08:00 WIB
TEMPO.CO, Titirangi - Dewan Kota Auckland dan Dewan Wilayah Waitakere di Selandia Baru memutuskan merelokasi ayam liar lokal terkenal di Desa Titirangi pada Oktober 2019 karena mewabahnya hama tikus hitam besar.
Namun, keputusan ini tampaknya sulit dilaksanakan karena masih ada sekitar 30 ekor ayam yang tampaknya sulit ditangkap dari total 183 ekor ayam saat ini.
Ketua Dewan Manajemen Operasional, Agnes McCormack, mengatakan ada kemungkinan sejumlah ayam masih berkeliaran di desa ini di masa depan.
“Meskipun kami berniat merelokasi semua ayam lokal, tampaknya ini tidak memungkinkan,” kata McCormack seperti dilansir Stuff pada Rabu, 20 November 2019.
Ini membuat sejumlah ayam bakal berkembang biak lagi di masa depan. Ayam-ayam ini disalahkan sebagai penyebab datangnya tikus sebesar kucing yang kerap berkeliaran di desa ini.
Tikus-tikus hitam itu terlihat berkeliaran di dekat toko dan lapangan parkir mobil.
Ayam lokal ini juga dianggap menimbulkan masalah karena buang kotoran sembarangan dan mengganggu lalu lintas.
“Hanya dibutuhkan satu orang tidak berpikir panjang untuk melepas kembali ayam-ayam ke semak-semak dan masalah ini akan berulang lagi,” kata McCormack.
Menurut dia, ayam-ayam ini berkeliaran di berbagai lokasi baik rumah pribadi hingga kawasan komersil.
Saat ini, Dewan Kota menyewa seorang penangkap unggas, yang telah mencoba berbagai cara.
“Kami berencana menangkap mereka semua tapi kotoran ayam bertebaran dimana-mana ini harus dihadapi terus di masa depan,” kata Greg Presland, seorang pejabat setempat.
Seorang pemilik kafe, Thomas Rapana, di Titirangi, Selandia Baru, meyakini upaya dewan kota untuk merelokasi semua ayam di desanya sebagai tindakan sia-sia. “Saya sudah berada di sini selama 25 tahun. Berapapun banyaknya ayam berkeliaran yang ditangkap akan selalu ada ayam lain,” kata Rapana.