Tony Blair Peringatkan Inggris dalam Kekacauan
Reporter
Non Koresponden
Editor
Suci Sekarwati
Selasa, 26 November 2019 09:00 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Mantan Perdana Menteri Inggris Tony Blair memperingatkan Inggris dalam posisi bahaya. Baik Partai Buruh, maupun Perdana Menteri Boris Johnson, tidak layak memenangkan pemilu pada 12 Desember 2019.
“Kita ini sedang dalam kekacauan. Daya apung ekonomi dunia telah membuat kita terus naik sampai sekarang, tetapi jika itu goyah, kita akan berada dalam masalah besar,” kata Blair, seperti dikutip dari reuters.com, Senin, 25 November 2019.
Inggris akan menyelenggarakan pemilu setelah tiga tahun dari pemilu sebelumnya karena parlemen Inggris mengalami kebuntuan terkait masalah Brexit. Parlemen Inggris masih belum menyetujui bagaimana caranya dan apakah Inggris benar-benar akan meninggalkan Uni Eropa.
Blair adalah mantan Perdana Menteri Inggris periode 1997 – 2007 dan berasal dari Partai Buruh. Blair melihat partai-partai besar di negaranya sedang menjajakan beberapa fantasi. Jika hasil sejumlah survei akurat, maka Partai Buruh kemungkinan akan menguasai suara mayoritas parlemen Inggris.
Blair adalah satu-satunya mantan Perdana Menteri Inggris yang tiga kali memenangkan pemilu berturut-turut. Dia berpendapat Partai Buruh sekarang dikendalikan oleh sayap Marxist-Leninist, dimana Ketua Partai Buruh, Jeremy Corbyn menjanjikan sebuah revolusi.
“Revolusi itu bukan soal bagaimana hal itu dimulai, tetapi bagaimana revolusi itu berakhir. Masalah dengan revolusi adalah revolusi selalu berakhir dengan buruk. Kebenarannya adalah masyarakat tidak yakin apakah Partai Buruh layak memenangkan pemilu ini,” kata Blair.
Pemilu Inggris pada 12 Desember mendatang menghadapkan masyarakat Inggris pada dua pilihan, yakni Partai Buruh yang menjanjikan referendum kedua apakah Inggris benar-benar angkat kaki dari Uni Eropa atau pilihan dari Partai Konservatif yang ingin urusan Brexit dituntaskan per akhir Januari 2019.