PBB Peringatkan Kerusuhan di Bolivia Bisa Menjadi Liar

Reporter

Tempo.co

Editor

Budi Riza

Minggu, 17 November 2019 10:02 WIB

Presiden Bolivia, Evo Morales (kiri), dan Jenderal Williams Kaliman. Longroom.com

TEMPO.CO, La Paz – Perserikatan Bangsa-Bangsa memperingatkan tindak kekerasan di Bolivia bisa menjadi tidak terkontrol pasca bentrok antara petugas keamanan dan petani yang loyal kepada Presiden Evo Morales.

Sembilan orang tewas akibat bentrokan antara petani dan petugas keamanan ini.

Morales mengundurkan diri dari jabatan Presiden akibat tekanan dari militer dan polisi Bolivia pada akhir pekan lalu.

Tekanan itu muncul setelah adanya bukti kecurangan pemilu, yang digelar pada 20 Oktober dan dimenangkan oleh Morales.

Morales melarikan diri ke Meksiko dua hari setelah pengunduran dirinya karena merasa keamanannya terancam.

Advertising
Advertising

“Pemimpin kudeta membantai penduduk asli dan masyarakat kecil yang menuntut demokrasi,” kata Morales lewat Twitter setelah korban jiwa akibat bentrok dengan petugas keamanan terus bertambah seperti dilansir Reuters, Sabtu, 16 November 2019.

Soal ini, Komisioner Tinggi Dewan Hak Asasi Manusia PBB, Michelle Bachelet, memperingatkan kekerasan yang terjadi di Bolivia bisa merusak proses demokrasi yang sedang berlangsung.

“Saya khawatir situasi di Bolivia menjadi tidak terkendali jika otoritas tidak menanganinya dengan menghormati Hak Asasi Manusia,” kata Bachelet dalam pernyataan.

Kerusuhan di Bolivia dipicu setelah panglima negara itu meminta Morales untuk mengundurkan diri dengan alasan kebaikan semua.

Morales merupakan Presiden pertama dari warga asli Bolivia, yang telah berkuasa selama empat periode.

Kekacauan di Bolivia menambah ketegangan di wilayah ini termasuk Cile, yang juga dilanda kerusuhan soal kenaikan harga-harga kebutuhan pokok. 20 orang tewas di Cile akibat bentrok dengan petugas keamanan.

Negara tetangga seperti Ekuador, Venezuela, dan Argentina juga dilanda pemogokan massal besar-besaran serta kerusuhan massal sejak beberapa bulan terakhir.

Ketua Ombudsman Cochabamba, Bolivia, Nelson Cox, mengatakan catatan medis menunjukkan mayoritas petani yang tewas pasca bentrok dengan petugas keamanan karena tembakan peluru tajam pada Jumat.

“Kita bekerja dengan lembaga Ombudsman nasional untuk melakukan otopsi dan menuntut keadilan bagi para korban tewas,” kata Cox kepada Reuters.

Lebih dari 100 orang tewas akibat bentrokan dengan petugas keamanan, yang mendukung pemerintahan sementara kelompok konservatif.

Soal ini, polisi menuding sekelompok petani di Bolivia berdemonstrasi dengan membawa senjata api seperti pistol dan granat serta bazoka.

Utusan PBB, Jean Arnault, mengatakan sebuah tim akan bertemu dengan politikus dan kelompok masyarakat pada Ahad ini untuk mengakhiri kekerasan yang melebar dan menuntut digelarnya pemilu ulang yang bebas dan transparan.

Secara terpisah, media Buenos Aires Times melansir Presiden Evo Morales sebenarnya telah menyerukan digelarnya pemilu baru pada Ahad malam. Namun, Panglima Bolivia, Jenderal Williams Kaliman, memintanya mundur untuk selamanya beberapa jam kemudian.

Berita terkait

PBB: Bantuan ke Gaza Tak Boleh Jadi Alasan Israel Serang Rafah

1 hari lalu

PBB: Bantuan ke Gaza Tak Boleh Jadi Alasan Israel Serang Rafah

Serangan darat Israel ke Rafah berpotensi memperparah penderitaan ratusan ribu warga Palestina yang terpaksa mengungsi ke kota tersebut

Baca Selengkapnya

Ekuador Gugat Meksiko di ICJ karena Beri Suaka Mantan Wakil Presiden

1 hari lalu

Ekuador Gugat Meksiko di ICJ karena Beri Suaka Mantan Wakil Presiden

Meksiko sebelumnya telah mengajukan banding ke ICJ untuk memberikan sanksi kepada Ekuador karena menyerbu kedutaan besarnya di Quito.

Baca Selengkapnya

Indonesia Dorong Penetapan Hari Danau Sedunia di World Water Forum Ke-10 Bali

3 hari lalu

Indonesia Dorong Penetapan Hari Danau Sedunia di World Water Forum Ke-10 Bali

Penetapan Hari Danau Sedunia menjadi satu dari empat poin usulan yang dibawa Indonesia untuk diangkat menjadi resolusi PBB.

Baca Selengkapnya

Parlemen Arab Desak Investigasi Internasional Kuburan Massal di Gaza

3 hari lalu

Parlemen Arab Desak Investigasi Internasional Kuburan Massal di Gaza

Parlemen Arab menyerukan investigasi internasional independen menyusul penemuan kuburan massal di Rumah Sakit Al-Shifa dan Rumah Sakit Nasser di Gaza

Baca Selengkapnya

Di World Water Forum ke-10, RI Akan Usul Penetapan Hari Danau Sedunia

4 hari lalu

Di World Water Forum ke-10, RI Akan Usul Penetapan Hari Danau Sedunia

Pemerintah Indonesia akan mengusulkan penetapan Hari Danau Sedunia dalam acara World Water Forum ke-10 yang dihelat di Bali pada 18-25 Mei 2024.

Baca Selengkapnya

Siprus Lanjutkan Bantuan Pangan ke Gaza Via Laut Pasca-Pembunuhan Relawan WCK

5 hari lalu

Siprus Lanjutkan Bantuan Pangan ke Gaza Via Laut Pasca-Pembunuhan Relawan WCK

Pengiriman bantuan pangan ke Gaza dari Siprus melalui jalur laut dilanjutkan pada Jumat malam

Baca Selengkapnya

PBB: Butuh 14 Tahun untuk Bersihkan Puing-puing di Gaza

5 hari lalu

PBB: Butuh 14 Tahun untuk Bersihkan Puing-puing di Gaza

Serangan Israel ke Gaza telah meninggalkan sekitar 37 juta ton puing di wilayah padat penduduk, menurut Layanan Pekerjaan Ranjau PBB

Baca Selengkapnya

Eks Ketua HRW: Israel Halangi Penyelidikan Internasional terhadap Kuburan Massal di Gaza

5 hari lalu

Eks Ketua HRW: Israel Halangi Penyelidikan Internasional terhadap Kuburan Massal di Gaza

Pemblokiran Israel terhadap penyelidik internasional memasuki Jalur Gaza menghambat penyelidikan independen atas kuburan massal yang baru ditemukan

Baca Selengkapnya

70 Persen dari Ribuan Korban Jiwa di Gaza adalah Perempuan

6 hari lalu

70 Persen dari Ribuan Korban Jiwa di Gaza adalah Perempuan

ActionAid mencatat setidaknya 70 persen dari ribuan korban jiwa di Gaza adalah perempuan dan anak perempuan.

Baca Selengkapnya

Jamaika secara Resmi Mengakui Palestina sebagai Negara

7 hari lalu

Jamaika secara Resmi Mengakui Palestina sebagai Negara

Jamaika secara resmi mengumumkan pengakuan Palestina sebagai sebuah negara setelah musyawarah kabinet.

Baca Selengkapnya