Evaluasi Pemerintahan Trump, Ekonomi Amerika Tak Lebih Baik

Jumat, 15 November 2019 10:00 WIB

TEMPO.CO, Jakarta - Satu periode pemerintahan Presiden Amerika Serikat Donald Trump tak terasa tinggal setahun lagi. Trump dilantik menjadi orang nomor satu di Amerika Serikat pada 20 Januari 2017 dan masyarakat akan melakukan pemilu presiden pada 3 November 2020.

Menurut Suzie Sudarman, Ketua Indonesian Institute of Advanced International Studies (INADIS) yang juga pengajar di Ilmu Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Indonesia, Amerika Serikat di bawah kepemimpinan Presiden Trump memiliki kebijakan yang ambivalen. Artinya, sulit ditebak akan kemana arahnya.

“Trump adalah seorang pebisnis. Dia tidak punya alat untuk memperbaiki sistem,” kata Suzie dalam sebuah wawancara dengan Tempo pekan terakhir Oktober 2019.

Suzie menilai sekarang ini yang menjadi andalan Trump sebagai pemasukan negara adalah penjualan senjata. Amerika Serikat diantaranya menjual jet tempur F-35 hingga miliaran dollar. Sayangnya, untuk menjual senjata harus ada peperangan.

“Trump awalnya menolak perang, tetapi dia sekarang dihadapkan pada pilihan untuk menjual senjata,” kata Suzie.

Advertising
Advertising

Penghasilan Amerika Serikat lainnya selain dari menjual senjata, yakni sebanyak tiga per empat berasal dari penjualan kacang kedelai dan gandum, yang mayoritas dibeli oleh Cina. Sektor ini boleh dibilang terpukul setelah terjadinya perang dagangan Cina – Amerika Serikat.

Sektor industri Amerika Serikat nyaris mati karena biaya buruhnya terlalu tinggi. Sektor teknologi, film dan busana, untungnya masih digemari.

“Sebagian warga Amerika Serikat masih rasis terhadap ras kulit kuning dan Presiden Trump seperti ingin menistakan Cina. Produk Cina dianggap barang murahan,” kata Suzie.

Sedangkan dengan Arab Saudi, Suzie menyebut produk-produk Arab Saudi nyaris tidak ada yang dibeli Amerika Serikat. Dengan Arab Saudi dan negara-negara Arab lainnya, Presiden Trump tampak hanya ingin menjaga harga minyak di kisaran US$ 54 per barrel.

Data Kementerian Keuangan Amerika Serikat menyebut defisit Amerika Serikat pada 2019 hampir menyentuh US$ 1 triliun atau tertinggi sejak 2012. Suzie menilai, Amerika Serikat di bawah pemerintahan Trump tidak lebih baik secara ekonomi. Kestabilan Negara Abang Sam yang dulu dijaga mantan Presiden Barack Obama agar orang-orang masih percaya untuk menyimpan uang di Amerika Serikat, sayangnya dikacaukan oleh Trump.

Suzie pun menilai tidak ada isu di Amerika Serikat yang berdampak ke Indonesia. Sebab negara itu masih peduli pada diri sendiri. Hubungan ekonomi Amerika Serikat – Indonesia pun tidak pernah tinggi.

“Kita ini dianggap misterius. Mereka (Amerika Serikat) ingin kita patuh dan jangan sampai diambil negara lain. Makanya, Papua jangan sampai bergejolak, nanti Amerika Serikat bisa masuk,” ujarnya.

Hubungan Indonesia – Amerika Serikat akan terganggu ketika Washington menerbitkan travel warning atau peringatan bepergian. Sebab hal ini mengganggu turis Amerika yang ingin datang ke Indonesia.

Berita terkait

Mahasiswa Irlandia Berkemah di Trinity College Dublin untuk Protes Pro-Palestina

4 jam lalu

Mahasiswa Irlandia Berkemah di Trinity College Dublin untuk Protes Pro-Palestina

Mahasiswa Irlandia mendirikan perkemahan di Trinity College Dublin untuk memprotes serangan Israel di Gaza.

Baca Selengkapnya

AS: Israel Belum Sampaikan Rencana Komprehensif Soal Invasi Rafah

16 jam lalu

AS: Israel Belum Sampaikan Rencana Komprehensif Soal Invasi Rafah

Israel belum menyampaikan kepada pemerintahan Presiden Amerika Serikat Joe Biden ihwal "rencana komprehensif" untuk melakukan invasi terhadap Rafah.

Baca Selengkapnya

Menlu India Tak Terima Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

19 jam lalu

Menlu India Tak Terima Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

Menteri Luar Negeri India menolak komentar Presiden AS Joe Biden bahwa xenofobia menjadi faktor yang menghambat pertumbuhan ekonomi negaranya.

Baca Selengkapnya

Kronologi Pemberangusan Demo Mahasiswa Amerika Pro-Palestina

21 jam lalu

Kronologi Pemberangusan Demo Mahasiswa Amerika Pro-Palestina

Kepolisian Los Angeles mengkonfirmasi bahwa lebih dari 200 orang ditangkap di LA dalam gejolak demo mahasiswa bela Palestina. Bagaimana kronologinya?

Baca Selengkapnya

Hamas: Netanyahu Berusaha Gagalkan Kesepakatan Gencatan Senjata di Gaza

22 jam lalu

Hamas: Netanyahu Berusaha Gagalkan Kesepakatan Gencatan Senjata di Gaza

Pejabat senior Hamas mengatakan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu berupaya menggagalkan kesepakatan gencatan senjata di Gaza.

Baca Selengkapnya

Israel Berencana Usir Warga Palestina dari Rafah ke Pantai Gaza

23 jam lalu

Israel Berencana Usir Warga Palestina dari Rafah ke Pantai Gaza

Israel berencana mengusir warga Palestina keluar dari Kota Rafah di selatan Gaza ke sebidang tanah kecil di sepanjang pantai Gaza

Baca Selengkapnya

Detektif Swasta Israel Ditangkap di London, Dicari AS atas Dugaan Peretasan

1 hari lalu

Detektif Swasta Israel Ditangkap di London, Dicari AS atas Dugaan Peretasan

Seorang detektif swasta Israel yang dicari oleh Amerika Serikat, ditangkap di London atas tuduhan spionase dunia maya

Baca Selengkapnya

Belgia Kecam Intimidasi Israel dan AS terhadap ICC

1 hari lalu

Belgia Kecam Intimidasi Israel dan AS terhadap ICC

Kementerian Luar Negeri Belgia mengatakan pihaknya "mengutuk segala ancaman dan tindakan intimidasi" terhadap Pengadilan Kriminal Internasional (ICC)

Baca Selengkapnya

Hamas dan CIA Bahas Gencatan Senjata Gaza di Kairo

1 hari lalu

Hamas dan CIA Bahas Gencatan Senjata Gaza di Kairo

Para pejabat Hamas dan CIA dijadwalkan bertemu dengan mediator Mesir di Kairo untuk merundingkan gencatan senjata di Gaza.

Baca Selengkapnya

Kanada Tuntut Tiga Tersangka Pembunuhan Pemimpin Sikh, Diduga Terkait India

1 hari lalu

Kanada Tuntut Tiga Tersangka Pembunuhan Pemimpin Sikh, Diduga Terkait India

Polisi Kanada pada Jumat menangkap dan mendakwa tiga pria India atas pembunuhan pemimpin separatis Sikh Hardeep Singh Nijjar tahun lalu.

Baca Selengkapnya