Harga Naik di Lebanon Picu Demonstrasi Anti-Pemerintah

Reporter

Tempo.co

Editor

Budi Riza

Sabtu, 9 November 2019 14:05 WIB

Para siswa Lebanon mengibarkan bendera nasional dan meneriakkan slogan-slogan ketika mereka berkumpul dalam demonstrasi anti-pemerintah di kota Sidon di selatan [Mahmoud Zayyat / AFF / Al Jazeera]

TEMPO.CO, Beirut – Sejumlah pengunjuk rasa Lebanon berdemonstrasi di depan kantor lembaga pemerintah, yang dianggap gagal menyelesaikan krisis ekonomi yang sedang berlangsung pada Jumat, 8 November 2019.

Mereka juga berunjuk rasa di depan kantor sejumlah bank yang dianggap menjadi bagian dari masalah ekonomi negara ini.

Para pengunjuk rasa memblokir sejumlah jalan raya sebagai bentuk protes atas lambatnya kerja pemerintah mengurus perekonomian negara.

Mereka menuding para elit politik yang berhaluan sektarian telah mencuri kekayaan negara untuk kepentingan diri dan kelompoknya.

Berikut ini sejumlah masalah yang sedang melanda Libanon seperti dilansir Reuters:

Advertising
Advertising

1. Listrik

Masyrakat Lebanon mengeluhkan kondisi listrik yang sering byarpet. Ini menjadi masalah utama dalam krisis ekonomi yang melanda negara ini.

“Ini merupakan salah satu simbol korupsi yang sedang terjadi,” kata Diyaa Hawshar, seorang warga yang berdemonstrasi di depan kantor pusat perusahaan listrik negara EDL di Beirut. “Kami jadi membayar dua tagihan, satu untuk pemerintah dan satu lagi untuk generator pembangkit listrik.”

Warga dan pengusaha di Lebanon terpaksa mengandalkan mafia generator, yang memiliki koneksi politik. Para mafia generator ini akan menyalakan listrik jika dibayar dengan jumlah besar.

Setiap rumah di Lebanon menanggung biaya bulanan listrik yang tinggi yaitu US$300 – 400 atau sekitar Rp4.2 juta – Rp5.6 juta.

“Ini merupakan penghinaan untuk warga yang membayar mahal tapi mendapatkan layanan listrik yang buruk,” kata Jad Chaaban, profesor ekonomi di American University di Beirut.

2. Telekomunikasi

Demonstran juga menggelar aksi di depan kantor pusat telekomunikasi karena tingginya biaya tagihan bulanan. Ada dua perusahaan telekomunikasi yang menyediakan jasa yaitu Alfa dan Touch.

Kedua perusahaan ini memberikan pendapatan besar bagi pemerintah.

“Kedua perusahaan ini mendapatkan banyak uang. Dan kami dikenai biaya telekomunikasi yang sangat mahal,” kata Rudy al-Haddad, seorang mahasiswa. “Kami tidak bisa terima ini terus berlangsung.”

3. Perbankan

Masyarakat juga berdemonstrasi di depan kantor sejumlah bank karena dinilai menyalurkan kredit dengan tingkat suku bunga tinggi, yang terus dinaikkan.

“Tingkat suku bunga sangat tinggi. Kami tidak bisa bayar,” kata Fatima Jaber, 22 tahun, seorang mahasiswa yang memprotes Bank Sentral Lebanon.

Namun, menurut laporan media lokal, sejumlah politikus justru mendapat subsidi kredit perumahan.

Seorang pejabat Lebanon membenarkan soal ini. Skema kredit kepemilikan rumah murah sebenarnya dirancang untuk disalurkan kepada masyarkat luas, bukan untuk politisi.

Soal ini, bankir mengaku industri mereka sebagai sumber pendapatan pajak terbesar.

Pemerintahan PM Saad Hariri, yang telah menyatakan diri mundur, sempat berencana mengenakan pajak besar untuk laba perbankan Lebanon sebagai langkah darurat menyelamatkan perekonomian.

Berita terkait

Demonstran Pro-Palestina dan Polisi Bentrok di Kampus AS, Ratusan Mahasiswa Ditangkap

19 jam lalu

Demonstran Pro-Palestina dan Polisi Bentrok di Kampus AS, Ratusan Mahasiswa Ditangkap

Unjuk rasa pro-Palestina di kampus Amerika Serikat berujung rusuh antara polisi dan demonstran.

Baca Selengkapnya

Harga Produk Pertambangan Masih Fluktuatif

1 hari lalu

Harga Produk Pertambangan Masih Fluktuatif

Harga komoditas produk pertambangan yang dikenakan bea keluar fluktuatif, konsentrat tembaga dan seng masih naik pada periode Mei 2024.

Baca Selengkapnya

Rupiah Ditutup Menguat ke Level Rp16.185, Analis: The Fed Membatalkan Kenaikan Suku Bunga

1 hari lalu

Rupiah Ditutup Menguat ke Level Rp16.185, Analis: The Fed Membatalkan Kenaikan Suku Bunga

Data inflasi bulan April dinilai bisa memberikan sentimen positif untuk rupiah bila hasilnya masih di kisaran 3,0 persen year on year.

Baca Selengkapnya

3 Tips agar Rumah Terhidar dari Kebakaran saat Musim Kemarau

1 hari lalu

3 Tips agar Rumah Terhidar dari Kebakaran saat Musim Kemarau

Berikut tiga tips yang dapat membantu mengurangi risiko kebakaran rumah dari dampak musim kemarau.

Baca Selengkapnya

Harga Jagung Anjlok karena Panen Raya, Jokowi: Kurang Baik untuk Petani

1 hari lalu

Harga Jagung Anjlok karena Panen Raya, Jokowi: Kurang Baik untuk Petani

Jokowi mengatakan panen raya jagung terjadi mulai dari Sumbawa Barat, Dompu, hingga Gorontalo.

Baca Selengkapnya

Tinjau Harga Kebutuhan Pokok di Pasar Seketeng Sumbawa, Jokowi: Cenderung Turun

1 hari lalu

Tinjau Harga Kebutuhan Pokok di Pasar Seketeng Sumbawa, Jokowi: Cenderung Turun

Presiden Joko Widodo alias Jokowi menuturkan harga bawang merah dan bawang putih dipatok Rp 40 ribu per kilogram.

Baca Selengkapnya

Samuel Sekuritas: IHSG Sesi I Ditutup Mengecewakan, Sejumlah Saham Bank Big Cap Rontok

1 hari lalu

Samuel Sekuritas: IHSG Sesi I Ditutup Mengecewakan, Sejumlah Saham Bank Big Cap Rontok

IHSG turun cukup drastis dan menutup sesi pertama hari Ini di level 7,116,5 atau -1.62 persen dibandingkan perdagangan kemarin.

Baca Selengkapnya

PLN Nyalakan Listrik Sektor Agrikultur Kabupaten Sragen, Sasar 499 Petani

2 hari lalu

PLN Nyalakan Listrik Sektor Agrikultur Kabupaten Sragen, Sasar 499 Petani

PLN Unit Induk Distribusi Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta menyalakan listrik di sektor agrikultur wilayah Kabupaten Sragen.

Baca Selengkapnya

Lagi-lagi Melemah, Kurs Rupiah Hari Ini di Level Rp 16.259 per Dolar AS

3 hari lalu

Lagi-lagi Melemah, Kurs Rupiah Hari Ini di Level Rp 16.259 per Dolar AS

Kurs rupiah dalam perdagangan hari ini ditutup melemah 4 poin ke level Rp 16.259 per dolar AS.

Baca Selengkapnya

BNI Sampaikan Langkah Hadapi Geopolitik Global dan Kenaikan Suku Bunga

3 hari lalu

BNI Sampaikan Langkah Hadapi Geopolitik Global dan Kenaikan Suku Bunga

PT Bank Negara Indonesia atau BNI bersiap menghadapi perkembangan geopolitik global, nilai tukar, tekanan inflasi, serta suku bunga.

Baca Selengkapnya