3 Fakta Gencatan Senjata Turki - Amerika di Suriah

Reporter

Tempo.co

Editor

Budi Riza

Jumat, 25 Oktober 2019 14:21 WIB

Pejuang pemberontak Suriah yang didukung Turki menggunakan kendaraan militer saat melakukan patroli di kota Tal Abyad, Suriah, 13 Oktober 2019. Turki melancarkan operasi militer dalam upaya Ankara menggempur Suriah utara dan timur laut yang dikuasai kelompok Kurdi. REUTERS/Khalil Ashawi

TEMPO.CO, Jakarta - Pasukan militer Turki menyerang sejumlah kota dan desa di perbatasan Suriah utara, yang menjadi markas pasukan YPG Kurdi pasca pengumuman penarikan pasukan Amerika Serikat oleh Presiden Donald Trump.

Serangan yang terjadi pada 9 Oktober 2019 itu berlangsung sengit dan menimbulkan kecaman dunia internasional khususnya AS dan Eropa. Liga Arab juga mengecam serangan itu dan menilainya sebagai bentuk invasi atas kedaulatan Suriah seperti dilansir CNN dan Aljazeera.

Berikut ini sejumlah poin terkait konflik terkini di Suriah:

  1. Tambah Pasukan

Meskipun AS menarik sekitar seribu anggota pasukan dari Suriah timur laut, Pentagon mengumumkan akan menambah pasukan yang bertugas menjaga ladang minyak.

Pasukan AS ini akan berkoordinasi dengan pasukan SDF, yang menjadi rekan dalam perang melawan kelompok teror ISIS di Suriah. Ladang minyak dijaga agar tidak jatuh ke tangan milisi teroris ISIS, yang menggunakannya sebagai sumber pendapatan.

“AS tidak akan membiarkan ISIS menguasai ladang-ladang minyak itu,” begitu kata Trump pada Kamis, 24 Oktober 2019.

Advertising
Advertising

  1. Gencatan Senjata

Presiden Trump menyatakan gencatan senjata lima hari yang berlaku sejak 17 Oktober 2019 berlaku permanen. Ini karena pemerintah Turki menyatakan operasi militer di Suriah utara berakhir.

Trump juga menyebut sanksi ekonomi terhadap Turki juga berakhir terkait berhentinya invasi wilayah Suriah yang dilakukan militer Turki sejak 9 Oktober 2019 untuk membangun zona aman.

“Sanksi akan dicabut kecuali sesuatu terjadi yang kami tidak sukai,” kata Trump dalam pidato khusus di Gedung Putih pada Rabu, 23 Oktober 2019.

  1. Kurdi Mundur

Presiden Rusia, Vladimir Putin, dan Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan, bertemu di resor Sochi, Rusia, dan menyepakati pembentukan zona aman 30 kilometer di sepanjang perbatasan Suriah utara.

Keduanya juga bersepakat memberi waktu selama 150 jam kepada milisi YPG Kurdi untuk mundur lebih dalam ke wilayah Suriah.

Kesepakatan pada Rabu, 23 Oktober 2019 ini juga menyebut pasukan Rusia dan Turki bakal berpatroli bersama di zona aman agar bebas dari milisi YPG.

Berita terkait

Rusia Masukkan Volodymyr Zelensky Dalam Daftar Buronan

7 jam lalu

Rusia Masukkan Volodymyr Zelensky Dalam Daftar Buronan

Kementerian Dalam Negeri Rusia mengeluarkan surat perintah penangkapan terhadap Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky.

Baca Selengkapnya

Anak Pemimpin Sudan Tewas dalam Kecelakaan di Turki

1 hari lalu

Anak Pemimpin Sudan Tewas dalam Kecelakaan di Turki

Anak panglima militer dan pemimpin de facto Sudan meninggal di rumah sakit setelah kecelakaan lalu lintas di Turki.

Baca Selengkapnya

Antisipasi Protes Anti-Israel, Penyelenggara Eurovision Larang Pengibaran Bendera Palestina

1 hari lalu

Antisipasi Protes Anti-Israel, Penyelenggara Eurovision Larang Pengibaran Bendera Palestina

Keputusan penyelenggara Eurovision diambil meskipun ketegangan meningkat seputar partisipasi Israel

Baca Selengkapnya

Top 3 Dunia: Turki Hentikan Ekspor Impor ke Israel

1 hari lalu

Top 3 Dunia: Turki Hentikan Ekspor Impor ke Israel

Berita Top 3 Dunia pada Jumat 3 Mei 2024 diawali oleh Turki menghentikan semua ekspor impor dari dan ke Israel.

Baca Selengkapnya

8 Personel Militer Suriah Terluka dalam Serangan Israel di Damaskus

1 hari lalu

8 Personel Militer Suriah Terluka dalam Serangan Israel di Damaskus

Suriah mengatakan delapan personel militernya terluka akibat serangan Israel di sekitar ibu kota Damaskus.

Baca Selengkapnya

Badan Mata-mata Seoul Tuding Korea Utara Rencanakan Serangan terhadap Kedutaan Besar

2 hari lalu

Badan Mata-mata Seoul Tuding Korea Utara Rencanakan Serangan terhadap Kedutaan Besar

Badan mata-mata Korea Selatan menuding Korea Utara sedang merencanakan serangan "teroris" yang menargetkan pejabat dan warga Seoul di luar negeri.

Baca Selengkapnya

Kian Panas, Turki Putuskan Hubungan Dagang dengan Israel

2 hari lalu

Kian Panas, Turki Putuskan Hubungan Dagang dengan Israel

Turki memutuskan hubungan dagang dengan Israel seiring memburuknya situasi kemanusiaan di Palestina.

Baca Selengkapnya

AS Akui Salah, Serangan Drone di Suriah Bukan Bunuh Pemimpin Al Qaeda Tapi Petani

2 hari lalu

AS Akui Salah, Serangan Drone di Suriah Bukan Bunuh Pemimpin Al Qaeda Tapi Petani

Amerika Serikat mengakui salah telah membunuh warga sipil saat menargetkan pemimpin Al Qaeda di Suriah dalam serangan drone.

Baca Selengkapnya

Retno Marsudi Bahas Langkah Perlindungan WNI di Tengah Krisis Timur Tengah

2 hari lalu

Retno Marsudi Bahas Langkah Perlindungan WNI di Tengah Krisis Timur Tengah

Retno Marsudi menilai situasi Timur Tengah telah mendesak Indonesia untuk mempersiapkan diri jika situasi semakin memburuk, termasuk pelindungan WNI

Baca Selengkapnya

Gedung Putih Minta Rusia Dijatuhi Sanksi Lagi karena Kirim Minyak ke Korea Utara

2 hari lalu

Gedung Putih Minta Rusia Dijatuhi Sanksi Lagi karena Kirim Minyak ke Korea Utara

Gedung Putih menyarankan agar Rusia dijatuhi lagi sanksi karena diduga telah secara diam-diam mengirim minyak olahan ke Korea Utara

Baca Selengkapnya