Unjuk Rasa di Lebanon, KBRI Terbitkan Imbauan untuk WNI

Minggu, 20 Oktober 2019 21:54 WIB

Demonstran berdiri di dekat ban yang dibakar yang menghalangi jalan saat demonstrasi atas krisis ekonomi, di Nabatiyeh, Lebanon selatan, 18 Oktober 2019. Pengunjuk rasa memblokir jalan di seluruh Lebanon dengan membakar ban. REUTERS/Aziz Taher

TEMPO.CO, Jakarta - Unjuk rasa di ibu kota Beirut, Lebanon, yang berakhir ricuh selama tiga hari berturut-turut telah membuat Kedutaan Besar Indonesia di Beirut (KBRI) menerbitkan himbauan kepada seluruh WNI di negara itu.

Dalam imbauan yang ditanda-tangani Jumat, 18 Oktober 2019, KBRI Lebanon menuliskan enam poin peringatan. Pertama, seluruh WNI diminta tetap tenang dan mencermati keadaan lingkungan tempat tinggal.

Kedua, WNI di Lebanon diminta untuk menghormati hukum setempat dan ikut menjaga ketertiban umum. WNI diminta agar saling peduli dengan orang terdekat (khususnya sesama WNI) dan selalu waspada terhadap keamanan prbadi dan orang-orang sekitar.

Seorang demonstran memegang ban selama protes yang menargetkan pemerintah atas krisis ekonomi, di Nabatiyeh, Lebanon selatan 18 Oktober 2019. Lebanon adalah salah satu negara yang memiliki utang paling banyak di dunia. REUTERS/Aziz Taher

Kepada seluruh WNI diminta untuk menjauhi tempat-tempat yang berpotensi menjadi incaran demonstrasi dan tidak terlibat dalam kegiatan demonstrasi tersebut. Kelima, WNI pun disarankan untuk mengikuti perkembangan lewat media setempat dan himbauan KBRI Beirut di media sosial.

Advertising
Advertising

Terakhir, apabila WNI mengalami kejadian yang berpotensi mengancam keselamatan dan mengganggu keamanan, diminta agar segera melaporkan pada keamanan setempat dan menginformasikan kepada KBRI Beirut.

Berdasarkan Catatan KBRI Beirut, pada 2018 jumlah WNI di Lebanon sebanyak 212 orang. Sebagian besar dari jumlah itu adalah mahasiswa, WNI yang menikah dengan warga negara Lebanon, WNI non-mahasiswa dan keluarga staf KBRI Beirut. Indonesia juga memiliki ribuan pasukan Garuda di Lebanon yang merupakan bagian dari Pasukan Perdamaian PBB UNIFIL.

Unjuk rasa pertama kali meletup pada Kamis, 17 Oktober 2019 hampir di berbagai wilayah di Lebanon. Mereka memprotes proposal kenaikan pajak sebesar 20 persen. Unjuk rasa ini telah menjadi tantangan pemerintahan koalisi yang dipimpin oleh Perdana Menteri Saad Hariri di tengah krisis ekonomi yang semakin memburuk di Lebanon. Hariri menuding koalisi pemerintahannya sudah gagal dalam menyasar krisis ekonomi yang dihadapi negaranya.

Pada Sabtu, 18 Oktober 2019, unjuk rasa hari ke-3 terjadi. Diperkirakan ratusan orang turun ke jalan memprotes rencana kenaikan pajak dan tuduhan korupsi yang dilakukan pejabat pemerintah. Unjuk rasa pada Sabtu itu juga lagi-lagi berakhir ricuh.

Demonstran mengumpulkan ban dan benda lainnya untuk memblokade jalan. Dalam tiga hari unjuk rasa di sejumlah wilayah di Lebanon, diperkirakan sudah 70 orang ditahan

Berita terkait

Senjata AS Digunakan dalam Serangan Israel ke Lebanon, Diduga Langgar Hukum Internasional

20 jam lalu

Senjata AS Digunakan dalam Serangan Israel ke Lebanon, Diduga Langgar Hukum Internasional

Sejak 7 Oktober, 16 pekerja medis tewas akibat serangan udara Israel di Lebanon, dan 380 orang lainnya tewas termasuk 72 warga sipil.

Baca Selengkapnya

Indonesia Usul Pemotongan Pembayaran Proyek Jet Tempur KF-21 dengan Korea Selatan

1 hari lalu

Indonesia Usul Pemotongan Pembayaran Proyek Jet Tempur KF-21 dengan Korea Selatan

Indonesia mengusulkan pengurangan pembayaran untuk proyek pengembangan jet tempur bersama dengan Korea Selatan.

Baca Selengkapnya

Lagi, Warga Israel Unjuk Rasa Menuntut Sandera yang Ditahan Hamas Dibebaskan

2 hari lalu

Lagi, Warga Israel Unjuk Rasa Menuntut Sandera yang Ditahan Hamas Dibebaskan

Ribuan warga Israel berunjuk rasa di Tel Aviv menuntut Benjamin Netanyahu menerima proposal gencatan senjata Hamas demi dibebaskannya sandera

Baca Selengkapnya

Dubes RI Resmikan Pesantren Pertama NU di Jepang

2 hari lalu

Dubes RI Resmikan Pesantren Pertama NU di Jepang

Duta Besar Republik Indonesia untuk Jepang Heri Akhmadi meresmikan pesantren pertama Nahdlatul Ulama (NU)

Baca Selengkapnya

Berbeda dari Columbia, UC Berkeley Izinkan Mahasiswa Pro-Palestina Unjuk Rasa Damai

4 hari lalu

Berbeda dari Columbia, UC Berkeley Izinkan Mahasiswa Pro-Palestina Unjuk Rasa Damai

Protes mahasiswa pro-Palestina di Universitas California, Berkeley (UC Berkeley) berlangsung tanpa penangkapan oleh polisi.

Baca Selengkapnya

Retno Marsudi Bahas Langkah Perlindungan WNI di Tengah Krisis Timur Tengah

4 hari lalu

Retno Marsudi Bahas Langkah Perlindungan WNI di Tengah Krisis Timur Tengah

Retno Marsudi menilai situasi Timur Tengah telah mendesak Indonesia untuk mempersiapkan diri jika situasi semakin memburuk, termasuk pelindungan WNI

Baca Selengkapnya

300 Demonstran pro-Palestina di Universitas Colombo Ditahan

5 hari lalu

300 Demonstran pro-Palestina di Universitas Colombo Ditahan

Sekitar 300 demonstran pro-Palestina di Universitas Colombia ditahan polisi setelah unjuk rasa mulai mengganggu proses belajar-mengajar.

Baca Selengkapnya

Brown Jadi Universitas AS Pertama yang Pertimbangkan Divestasi dari Israel

5 hari lalu

Brown Jadi Universitas AS Pertama yang Pertimbangkan Divestasi dari Israel

Pengunjuk rasa pro-Palestina dan anti-Israel membersihkan perkemahan di kampus setelah mencapai kesepakatan dengan administrasi universitas Brown.

Baca Selengkapnya

Donald Trump Memuji Penggerebekan Unjuk Rasa Pro-Palestina oleh Polisi New York

5 hari lalu

Donald Trump Memuji Penggerebekan Unjuk Rasa Pro-Palestina oleh Polisi New York

Donald Trump memuji polisi New York yang menggerebek unjuk rasa pro-Palestina di Universitas Columbia.

Baca Selengkapnya

Apa Itu Kewarganegaraan Ganda bagi Diaspora Indonesia yang Ditawarkan Luhut?

5 hari lalu

Apa Itu Kewarganegaraan Ganda bagi Diaspora Indonesia yang Ditawarkan Luhut?

Luhut menawarkan kewarganegaraan ganda bagi diaspora Indonesia. Apa maksudnya?

Baca Selengkapnya