Hunter Biden Tanggapi Kritik Trump, Keluar dari Perusahaan Cina

Reporter

Tempo.co

Editor

Budi Riza

Senin, 14 Oktober 2019 14:55 WIB

Wakil Presiden, Joe Biden (kanan), dan putranya Hunter jelang inagurasi presiden Barack Obama di Washington, 20 Januari 2009. Hunter dikeluarkan dari AL pada awal tahun ini dan tidak menjelaskan apa penyebabnya. REUTERS/Carlos Barria

TEMPO.CO, Washington – Hunter Biden, yang merupakan putra dari bekas Wakil Presiden Amerika Serikat, Joe Biden, membela pekerjaannya di Ukraina dan Cina untuk pertama kalinya menanggapi kritik keras Presiden AS, Donald Trump.

Kritik Trump itu, yang juga melibatkan permintaan kepada Presiden Ukraina untuk menginvestigasi Hunter dan ayahnya, telah menyeret Presiden AS ini ke pusaran proses pemakzulan di Kongres AS.

Hunter Biden mengatakan lewat pengacaranya bahwa dia telah mundur dari jabatan di perusahaan Cina, yang menjadi sorotan kritik Trump dan sekutunya di Partai Republik.

Hunter juga mengatakan tidak akan bekerja untuk perusahaan asing jika ayahnya, Joe Biden, berhasil terpilih sebagai Presiden AS pada pemilu Presiden 2020.

“Hunter melakukan aktivitas bisnis ini secara independen,” kata pengacaranya George Mesires seperti dilansir Reuters pada Ahad, 13 Oktober 2019.

Advertising
Advertising

Menurut Mesires, Hunter mengatakan tidak merasa tepat untuk mendiskusikan pekerjaannya dengan ayahnya sehingga dia tidak melakukannya.

Ini merupakan respon pertama Hunter Biden setelah Trump menudingnya selama berbulan-bulan melakukan pelanggaran tanpa menyertakan bukti apapun.

Ini memicu Partai Demokrat memulai investigasi di DPR AS mengenai kemungkinan Trump menyalahgunakan kekuasaannya sebagai Presiden untuk menghambat lawan politik potensial yaitu Joe Biden agar tidak bisa maju pada pemilu Presiden 2020.

Trump melakukan ini dengan cara menahan dana bantuan senilai US$400 juta atau sekitar Rp5.6 triliun ke Ukraina sambil meminta Presiden negara itu menginvestigasi kemungkinan adanya pelanggaran hukum oleh Hunter dan Joe Biden.

Jika terkena pemakzulan di DPR AS, maka Trump akan menghadapi proses selanjutnya di Senat yang berwenang memutuskan pemberian hukuman politik maksimal yaitu pencopotannya dari posisi Presiden.

Proses penyelidikan pemakzulan oleh DPR ini diperkirakan bakal dipercepat pada pekan ini seiring kembali bertugasnya Kongres pada Senin setelah menjalani reses selama dua pekan.

Pengacara Gedung Putih telah mengirim surat atas nama Presiden Trump dan menyatakan menolak bekerja sama untuk memenuhi panggilan DPR AS terkait proses pemakzulan ini. Alasannya, Trump tidak melakukan kesalahan apapun.

Sebaliknya, Ketua DPR AS, Nancy Pelosi, mengatakan Trump sengaja menghambat proses kerja DPR dalam meminta informasi dan dokumen terkait tindakan Trump meminta bantuan pemerintah asing untuk menyelidiki rival politiknya.

Berita terkait

Rusia Masukkan Volodymyr Zelensky Dalam Daftar Buronan

12 jam lalu

Rusia Masukkan Volodymyr Zelensky Dalam Daftar Buronan

Kementerian Dalam Negeri Rusia mengeluarkan surat perintah penangkapan terhadap Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky.

Baca Selengkapnya

Antisipasi Protes Anti-Israel, Penyelenggara Eurovision Larang Pengibaran Bendera Palestina

1 hari lalu

Antisipasi Protes Anti-Israel, Penyelenggara Eurovision Larang Pengibaran Bendera Palestina

Keputusan penyelenggara Eurovision diambil meskipun ketegangan meningkat seputar partisipasi Israel

Baca Selengkapnya

Ini Agenda Masa Jabatan Kedua Trump, termasuk Deportasi Massal

2 hari lalu

Ini Agenda Masa Jabatan Kedua Trump, termasuk Deportasi Massal

Donald Trump meluncurkan agenda untuk masa jabatan keduanya jika terpilih, di antaranya mendeportasi jutaan migran dan perang dagang dengan Cina.

Baca Selengkapnya

Biden Soal Bentrok Mahasiswa Pro-Palestina: Boleh Protes, Asal Jangan Bikin Kekacauan

2 hari lalu

Biden Soal Bentrok Mahasiswa Pro-Palestina: Boleh Protes, Asal Jangan Bikin Kekacauan

Presiden AS Joe Biden mengkritik gelombang unjuk rasa pro-Palestina yang berlangsung di berbagai kampus di seluruh negeri.

Baca Selengkapnya

Partai Demokrat AS Kirim Surat ke Joe Biden, Minta Cegah Serangan Israel di Rafah

3 hari lalu

Partai Demokrat AS Kirim Surat ke Joe Biden, Minta Cegah Serangan Israel di Rafah

Puluhan anggota Partai Demokrat AS menyurati pemerintahan Presiden Joe Biden untuk mendesak mereka mencegah rencana serangan Israel di Rafah.

Baca Selengkapnya

Terancam Dipenjara, Trump Dijatuhi Denda Rp146 Juta karena Langgar Perintah Pembungkaman

4 hari lalu

Terancam Dipenjara, Trump Dijatuhi Denda Rp146 Juta karena Langgar Perintah Pembungkaman

Hakim yang mengawasi persidangan pidana uang tutup mulut Donald Trump mendenda mantan presiden Amerika Serikat itu sebesar US$9.000 atau karena Rp146

Baca Selengkapnya

Pemantau PBB Laporkan Rudal Korea Utara Hantam Kharkiv Ukraina

5 hari lalu

Pemantau PBB Laporkan Rudal Korea Utara Hantam Kharkiv Ukraina

Badan ahli tersebut mengatakan kepada Dewan Keamanan PBB bahwa penemuan rudal menunjukkan pelanggaran sanksi internasional oleh Korea Utara.

Baca Selengkapnya

5 Fakta Demo Bela Palestina di Amerika, Kandidat Presiden Ditangkap hingga Boikot Akademis

5 hari lalu

5 Fakta Demo Bela Palestina di Amerika, Kandidat Presiden Ditangkap hingga Boikot Akademis

Demo bela Palestina di sejumlah kampus Amerika menimbulkan sejumlah dampak.

Baca Selengkapnya

6 Kampus Bersejarah Lokasi Demo Bela Palestina di Amerika

5 hari lalu

6 Kampus Bersejarah Lokasi Demo Bela Palestina di Amerika

Demo bela Palestina terjadi di sejumlah kampus Amerika. Polisi negara sekutu Israel itu bertindak represif.

Baca Selengkapnya

Invasi Rusia di Ukraina Dorong Kemungkinan Ekspansi Uni Eropa

5 hari lalu

Invasi Rusia di Ukraina Dorong Kemungkinan Ekspansi Uni Eropa

Presiden Dewan Eropa mengatakan invasi Rusia ke Ukraina akan memberi dorongan bagi upaya Uni Eropa untuk menerima lebih banyak anggota.

Baca Selengkapnya