Cina Kerahkan Perusahaan Pelat Merah Investasi di Hong Kong

Reporter

Tempo.co

Editor

Budi Riza

Sabtu, 14 September 2019 06:01 WIB

Sebuah barikade terbakar dalam sebuah demonstrasi di dekat kantor polisi Mong Kok di Hong Kong, Cina, Sabtu, 7 September 2019. Polisi kembali melepaskan tembakan gas air mata di distrik yang berpenduduk padat pada minggu ke-14 kerusuhan. REUTERS/Amr Abdallah Dalsh

TEMPO.CO, Shenzen – Pemerintah Cina telah meminta kepada perusahaan negara berukuran besar untuk berperan lebih besar di Hong Kong termasuk meningkatkan investasi.

Cina juga meminta perusahaan pelat merah untuk memperkuat kontrol atas perusahaan di kawasan pusat industri keuangan.

Ini terjadi setelah Hong Kong dilanda demonstrasi besar-besaran penolakan warga atas legislasi ekstradisi, yang memungkinkan tersangka kriminal diekstradisi ke Cina.

“Pemerintah Cina menggelar pertemuan dengan perwakilan dari nyaris sekitar 100 perusahaan milik negara berukuran besar di Shenzen pada pekan ini,” begitu dilansir Channel News Asia pada Jumat, 13 September 2019.

Shenzen merupakan salah satu kota besar di Cina, yang dikenal sebagai Silicon Valley di Asia. Dalam pertemuan itu, perwakilan pemerintah meminta eksekutif perusahaan pelat merah untuk ikut membantu menurunkan tensi ketegangan politik yang masih terjadi di Hong Kong seperti disampaikan tiga eksekutif kepada Reuters dan dikutip Channel News Asia.

Advertising
Advertising

Eksekutif pelat merah Cina berjanji akan meningkatkan investasi di kawasan kunci industri Hong Kong termasuk properti dan turisme. Ini dilakukan untuk menciptakan lapangan kerja bagi warga lokal dan menstabilkan pasar keuangan.

Dua eksekutif mengatakan ini secara rahasia karena tidak diizinkan untuk mengungkap rencana eksapansi bisnis ini ke publik. Namun, ketiganya mengaku tidak ada rencana bisnis spesifik yang dibicarakan dalam pertemuan itu.

Sejumlah perusahaan pelat merah besar yang turun tangan dalam pertemuan itu adalah perusahaan raksasa minyak Sinopec dan konglomerasi China Merchants Group.

Pertemuan rahasia ini digelar oleh Komisi Administrasi dan Supervisi Aset Milik Negara atau SASAC. Ini merupakan lembaga berpengaruh yang mengawasi sektor bisnis pelat merah, yang diisi sejumlah perusahaan raksasa dan bergerak diberbagai bidang seperti baja, energi, perkapalan, dan telekomunikasi.

SASAC tidak menanggapi permintaan konfirmasi dari Reuters. Perusahaan Sinopec dan China Merchants Group juga melakukan sama.

Pejabat SASAC juga meminta eksekutif perusahaan pelat merah Cina tidak hanya membeli saham perusahaan Hong Kong tapi juga mengendalikan dan memiliki kekuasaan pembuat keputusan dalam operasional perusahaan.

“Para elit bisnis di Hong Kong tidak cukup. Mayoritas mereka bukan kita,” kata seorang eksekutif pelat merah yang hadir dalam pertemuan tertutup ini kepada Reuters.

Kepala Partai Komunis Cina yang menjabat di SASAC, Hao Peng, muncul di Hong Kong pada Rabu dalam forum ekonomi Belt and Road Infrastructure. Mereka sedang menjajaki berbagai cara untuk melakukan kerja sama untuk pengerjaan proyek infrastruktur besar di Hong Kong.

Hao, yang juga ditemani sejumlah eksekutif perusahaan pelat merah, bertemu dengan Kepala Eksekutif Hong Kong, Carrie Lam.

Perusahaan pelat merah Cina memiliki tugas tidak hanya mengejar laba tapi juga mengerjakan penugasan negara. Ini termasuk meningkatkan lapangan kerja dan membantu pemerintah pusat di Beijing melakukan inisiatif seperti pengerjaan proyek Belt and Road Infrastructure.

Seperti dilansir Aljazeera, aksi unjuk rasa di Hong Kong masih terus berlangsung meskipun Lam telah menarik legislasi ekstradisi dari parlemen. Sekarang, warga menuntut pemerintah Hong Kong menerapkan sistem demokrasi secara penuh dengan menggelar proses pemilu.

Berita terkait

Soal Internet di Cina, Kampanye Larangan Tautan Ilegal hingga Mengenai Pendapatan Periklanan

19 menit lalu

Soal Internet di Cina, Kampanye Larangan Tautan Ilegal hingga Mengenai Pendapatan Periklanan

Komisi Urusan Intenet Pusat Cina telah memulai kampanye nasional selama dua bulan untuk melarang tautan ilegal dari sumber eksternal di berbagai media

Baca Selengkapnya

Dugaan Ekspor Nikel Ilegal sebanyak 5,3 Juta Ton ke Cina, KPK: Masih Cari Alat Bukti

1 jam lalu

Dugaan Ekspor Nikel Ilegal sebanyak 5,3 Juta Ton ke Cina, KPK: Masih Cari Alat Bukti

Wakil Ketua KPK, Alexander Marwata mengaku tidak mengetahui ihwal penyidik meminta Bea Cukai untuk paparan dugaan ekspor nikel ilegal ke Cina.

Baca Selengkapnya

Penanganan Polusi Udara, Peneliti BRIN Minta Indonesia Belajar dari Cina

5 jam lalu

Penanganan Polusi Udara, Peneliti BRIN Minta Indonesia Belajar dari Cina

Cina menjadi salah satu negara yang bisa mengurangi dampak polusi udaranya secara bertahap. Mengikis dampak era industrialisasi.

Baca Selengkapnya

Menlu Selandia Baru Sebut Hubungan dengan Cina "Rumit"

8 jam lalu

Menlu Selandia Baru Sebut Hubungan dengan Cina "Rumit"

Menlu Selandia Baru menggambarkan hubungan negaranya dengan Cina sebagai hubungan yang "rumit".

Baca Selengkapnya

Demo Dukung Palestina di Kampus AS Diberangus Polisi, PM Bangladesh: Sesuai Demokrasi?

22 jam lalu

Demo Dukung Palestina di Kampus AS Diberangus Polisi, PM Bangladesh: Sesuai Demokrasi?

Perdana Menteri Bangladesh Sheikh Hasina mengkritik pemerintah Amerika Serikat atas penggerebekan terhadap protes mahasiswa pro-Palestina

Baca Selengkapnya

Badan Mata-mata Seoul Tuding Korea Utara Rencanakan Serangan terhadap Kedutaan Besar

1 hari lalu

Badan Mata-mata Seoul Tuding Korea Utara Rencanakan Serangan terhadap Kedutaan Besar

Badan mata-mata Korea Selatan menuding Korea Utara sedang merencanakan serangan "teroris" yang menargetkan pejabat dan warga Seoul di luar negeri.

Baca Selengkapnya

Demonstran Pro-Palestina dan Polisi Bentrok di Kampus AS, Ratusan Mahasiswa Ditangkap

1 hari lalu

Demonstran Pro-Palestina dan Polisi Bentrok di Kampus AS, Ratusan Mahasiswa Ditangkap

Unjuk rasa pro-Palestina di kampus Amerika Serikat berujung rusuh antara polisi dan demonstran.

Baca Selengkapnya

Gelombang Panas Serbu India sampai Filipina: Luasan, Penyebab, dan Durasi

1 hari lalu

Gelombang Panas Serbu India sampai Filipina: Luasan, Penyebab, dan Durasi

Daratan Asia berpeluh deras. Gelombang panas menyemai rekor suhu panas yang luas di wilayah ini, dari India sampai Filipina.

Baca Selengkapnya

Bahlil Bantah Cina Kuasai Investasi di Indonesia, Ini Faktanya

1 hari lalu

Bahlil Bantah Cina Kuasai Investasi di Indonesia, Ini Faktanya

Menteri Bahlil membantah investasi di Indonesia selama ini dikuasai oleh Cina, karena pemodal terbesar justru Singapura.

Baca Selengkapnya

Segera Hadir di Subang Smartpolitan, Berikut Profil BYD Perusahaan Kendaraan Listrik

1 hari lalu

Segera Hadir di Subang Smartpolitan, Berikut Profil BYD Perusahaan Kendaraan Listrik

Keputusan mendirikan pabrik kendaraan listrik di Subang Smartpolitan menunjukkan komitmen BYD dalam mendukung mobilitas berkelanjutan di Indonesia.

Baca Selengkapnya