Demonstran Hong Kong Punya Lagu Penyemangat Demonstrasi

Reporter

Tempo.co

Editor

Budi Riza

Kamis, 12 September 2019 16:01 WIB

Sejumlah pendemo turun ke jalan dengan mengibarkan bendera Amerika Serikat dalam aksi unjuk rasa di Hong Kong, Cina, 8 September 2019. Gelombang unjuk rasa di Hong Kong sudah memasuki pekan ke-14. REUTERS/Anushree Fadnavis

TEMPO.CO, Hong Kong – Sebuah lagu perlawanan, yang dikarang secara anonim, menjadi lagu bagi para demonstran di Hong Kong untuk menyemangati mereka saat turun ke jalan.

Lagu berjudul “Glory to Hong Kong” pertama kali muncul di YouTube pada 31 Agustus 2019. Lagu ini mendapat perhatian publik dan mereka yang terlibat dalam gerakan mendorong demokrasi dan kebebasan di Hong Kong, yang merupakan wilayah semi-otonom di Cina.

Dalam empat hari, lagu versi orisinal telah mendapat 1.3 juta tayangan. Sedangkan sejumlah versi tiruan video klip dari lagu ini bermunculan. Salah satunya adalah versi lagu dengan orkestra. Para pemain musik di orkestra ini mengenakan helm, kaca mata, masker gas, yang biasa dipakai saat turun ke jalan membuat barikade fisik.

Setiap malam pada pekan ini, seperti dilansir Channel News Asia pada Kamis, 12 September 2019, para demonstran turun ke mal di berbagai sudut kota untuk melakukan konser flashmob.

Ratusan aktivis, misalnya, berkumpul di Kota Sha Tin, pada Rabu malam pekan ini. Mereka menyanyikan lagu tadi dan membaca syair dengan lirik.

Advertising
Advertising

“Untuk semua air mata untuk Tanah Air/Apakah engkau merasakan debar kemarahan dalam teriakan kami,” begitu salah satu bunyi syair itu. “Bangkit dan bicaralah. Suara kmi bergema/Kebebasan akan bersinar kepada kita.”

Tidak ada yang tahu pengarang lagu ini, yang hanya menyebut dirinya secara online sebagai “Thomas dgx yhl”. Lirik dan lagu ini menjadi populer bagi aktivis dalam gerakan memprotes pemerintah.

Seperti dilansir Reuters, demonstrasi besar-besaran di Hong Kong terjadi akibat pembahasan legislasi ekstradisi. Aturan dalam legislasi itu menyatakan tersangka kriminal di Hong Kong bisa diekstradisi ke Cina jika dianggap melanggar hukum.

Warga menolak ini karena Hong Kong menganut prinsip satu negara dengan dua sistem yaitu Hong Kong berbasis demokrasi dan Cina komunisme.

Kepala Eksekutif Hong Kong, Carrie Lam, telah menarik usulan legislasi ini. Namun, warga menilai tindakan itu telah karena demonstrasi telah berlangsung cukup lama. Mereka meminta agar Hong Kong menerapkan demokrasi secara penuh dengan memilih sendiri pemimpinnya.

Berita terkait

Tak Hanya India, Jepang Juga Kecewa Atas Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

14 jam lalu

Tak Hanya India, Jepang Juga Kecewa Atas Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

Pemerintah Jepang menanggapi komentar Presiden AS Joe Biden bahwa xenofobia menjadi faktor penghambat pertumbuhan ekonomi di Cina, India dan Jepang.

Baca Selengkapnya

Menlu India Tak Terima Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

19 jam lalu

Menlu India Tak Terima Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

Menteri Luar Negeri India menolak komentar Presiden AS Joe Biden bahwa xenofobia menjadi faktor yang menghambat pertumbuhan ekonomi negaranya.

Baca Selengkapnya

Soal Internet di Cina, Kampanye Larangan Tautan Ilegal hingga Mengenai Pendapatan Periklanan

19 jam lalu

Soal Internet di Cina, Kampanye Larangan Tautan Ilegal hingga Mengenai Pendapatan Periklanan

Komisi Urusan Intenet Pusat Cina telah memulai kampanye nasional selama dua bulan untuk melarang tautan ilegal dari sumber eksternal di berbagai media

Baca Selengkapnya

Dugaan Ekspor Nikel Ilegal sebanyak 5,3 Juta Ton ke Cina, KPK: Masih Cari Alat Bukti

20 jam lalu

Dugaan Ekspor Nikel Ilegal sebanyak 5,3 Juta Ton ke Cina, KPK: Masih Cari Alat Bukti

Wakil Ketua KPK, Alexander Marwata mengaku tidak mengetahui ihwal penyidik meminta Bea Cukai untuk paparan dugaan ekspor nikel ilegal ke Cina.

Baca Selengkapnya

Penanganan Polusi Udara, Peneliti BRIN Minta Indonesia Belajar dari Cina

1 hari lalu

Penanganan Polusi Udara, Peneliti BRIN Minta Indonesia Belajar dari Cina

Cina menjadi salah satu negara yang bisa mengurangi dampak polusi udaranya secara bertahap. Mengikis dampak era industrialisasi.

Baca Selengkapnya

Menlu Selandia Baru Sebut Hubungan dengan Cina "Rumit"

1 hari lalu

Menlu Selandia Baru Sebut Hubungan dengan Cina "Rumit"

Menlu Selandia Baru menggambarkan hubungan negaranya dengan Cina sebagai hubungan yang "rumit".

Baca Selengkapnya

Demo Dukung Palestina di Kampus AS Diberangus Polisi, PM Bangladesh: Sesuai Demokrasi?

1 hari lalu

Demo Dukung Palestina di Kampus AS Diberangus Polisi, PM Bangladesh: Sesuai Demokrasi?

Perdana Menteri Bangladesh Sheikh Hasina mengkritik pemerintah Amerika Serikat atas penggerebekan terhadap protes mahasiswa pro-Palestina

Baca Selengkapnya

Badan Mata-mata Seoul Tuding Korea Utara Rencanakan Serangan terhadap Kedutaan Besar

1 hari lalu

Badan Mata-mata Seoul Tuding Korea Utara Rencanakan Serangan terhadap Kedutaan Besar

Badan mata-mata Korea Selatan menuding Korea Utara sedang merencanakan serangan "teroris" yang menargetkan pejabat dan warga Seoul di luar negeri.

Baca Selengkapnya

Gelombang Panas Serbu India sampai Filipina: Luasan, Penyebab, dan Durasi

2 hari lalu

Gelombang Panas Serbu India sampai Filipina: Luasan, Penyebab, dan Durasi

Daratan Asia berpeluh deras. Gelombang panas menyemai rekor suhu panas yang luas di wilayah ini, dari India sampai Filipina.

Baca Selengkapnya

Bahlil Bantah Cina Kuasai Investasi di Indonesia, Ini Faktanya

2 hari lalu

Bahlil Bantah Cina Kuasai Investasi di Indonesia, Ini Faktanya

Menteri Bahlil membantah investasi di Indonesia selama ini dikuasai oleh Cina, karena pemodal terbesar justru Singapura.

Baca Selengkapnya