Polisi Tangkap 36 Orang Demonstran Pro Demokrasi Hong Kong

Reporter

Tempo.co

Editor

Budi Riza

Senin, 26 Agustus 2019 10:15 WIB

Demonstran bergandengan tangan saat mereka berkumpul di Central di Hong Kong pada hari Jumat, 23 Agustus 2019.[Dickson Lee/SCMP]

TEMPO.CO, Hong Kong – Polisi Hong Kong mengatakan telah menangkap 36 orang demonstran dengan usia termuda 12 tahun.

Unjuk rasa pada Ahad, 25 Agustus 2019, berlangsung rusuh dengan demonstran anti-pemerintah menyerang polisi menggunakan bom molotov, yang membalas dengan water cannon dan gas air mata.

“Eskalasi ilegal dan tindakan kekerasan dari demonstran radikal tidak hanya keterlaluan, mereka juga mendorong Hong Kong ke tepi situasi sangat berbahaya,” kata pemerintah Hong Kong dalam rilis pernyataan seperti dilansir Reuters pada Senin, 26 Agustus 2019.

Bentrokan antara polisi dan demonstran pada Ahad kemarin merupakan salah satu bentrokan paling keras sejak merebaknya unjuk rasa pada pertengahan Juni 2019.

Warga memprotes amandemen legislasi ekstradisi, yang sekarang telah dihentikan prosesnya. Legislasi itu memungkinkan tersangka kriminal di Hong Kong akan dikirim ke Cina untuk diadili jika melakukan tindak kejahatan di sana.

Advertising
Advertising

Polisi dan demonstran pro-Demokrasi berkejaran di jalanan Hong Kong. Demonstran melempari polisi dengan batu sedangkan polisi membalas dengan water cannon dan tembakan gas air mata.

Enam polisi sempat mencabut pistol dan salah satunya menembakkan tembakan peringatan ke udara.

Demonstran, yang menuntut Kepala Eksekutif Hong Kong Carrie Lam untuk mundur karena tindak kekerasan oleh polisi, berencana menggelar unjuk rasa kantor pusat maskapai Cathay Pacific Airways pada Rabu besok. Mereka memprotes suasana ‘teror putih’, yaitu ekspresi umum untuk menggambarkan situasi yang menciptakan teror di perusahaan asal Hong Kong Itu.

Sekitar dua pekan lalu, CEO Cathay Pacific mengundurkan diri karena dituding pemerintah Cina sengaja membiarkan karyawannya ikut unjuk rasa di Bandara Internasional Hong Kong. Karyawan terlihat mendukung gerakan pro-Demokrasi anti-pemerintah Hong Kong, yang mendapat dukungan dari Cina.

Berita terkait

Tak Hanya India, Jepang Juga Kecewa Atas Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

3 jam lalu

Tak Hanya India, Jepang Juga Kecewa Atas Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

Pemerintah Jepang menanggapi komentar Presiden AS Joe Biden bahwa xenofobia menjadi faktor penghambat pertumbuhan ekonomi di Cina, India dan Jepang.

Baca Selengkapnya

Menlu India Tak Terima Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

8 jam lalu

Menlu India Tak Terima Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

Menteri Luar Negeri India menolak komentar Presiden AS Joe Biden bahwa xenofobia menjadi faktor yang menghambat pertumbuhan ekonomi negaranya.

Baca Selengkapnya

Soal Internet di Cina, Kampanye Larangan Tautan Ilegal hingga Mengenai Pendapatan Periklanan

9 jam lalu

Soal Internet di Cina, Kampanye Larangan Tautan Ilegal hingga Mengenai Pendapatan Periklanan

Komisi Urusan Intenet Pusat Cina telah memulai kampanye nasional selama dua bulan untuk melarang tautan ilegal dari sumber eksternal di berbagai media

Baca Selengkapnya

Dugaan Ekspor Nikel Ilegal sebanyak 5,3 Juta Ton ke Cina, KPK: Masih Cari Alat Bukti

9 jam lalu

Dugaan Ekspor Nikel Ilegal sebanyak 5,3 Juta Ton ke Cina, KPK: Masih Cari Alat Bukti

Wakil Ketua KPK, Alexander Marwata mengaku tidak mengetahui ihwal penyidik meminta Bea Cukai untuk paparan dugaan ekspor nikel ilegal ke Cina.

Baca Selengkapnya

Detektif Swasta Israel Ditangkap di London, Dicari AS atas Dugaan Peretasan

13 jam lalu

Detektif Swasta Israel Ditangkap di London, Dicari AS atas Dugaan Peretasan

Seorang detektif swasta Israel yang dicari oleh Amerika Serikat, ditangkap di London atas tuduhan spionase dunia maya

Baca Selengkapnya

Penanganan Polusi Udara, Peneliti BRIN Minta Indonesia Belajar dari Cina

13 jam lalu

Penanganan Polusi Udara, Peneliti BRIN Minta Indonesia Belajar dari Cina

Cina menjadi salah satu negara yang bisa mengurangi dampak polusi udaranya secara bertahap. Mengikis dampak era industrialisasi.

Baca Selengkapnya

Menlu Selandia Baru Sebut Hubungan dengan Cina "Rumit"

16 jam lalu

Menlu Selandia Baru Sebut Hubungan dengan Cina "Rumit"

Menlu Selandia Baru menggambarkan hubungan negaranya dengan Cina sebagai hubungan yang "rumit".

Baca Selengkapnya

Badan Mata-mata Seoul Tuding Korea Utara Rencanakan Serangan terhadap Kedutaan Besar

1 hari lalu

Badan Mata-mata Seoul Tuding Korea Utara Rencanakan Serangan terhadap Kedutaan Besar

Badan mata-mata Korea Selatan menuding Korea Utara sedang merencanakan serangan "teroris" yang menargetkan pejabat dan warga Seoul di luar negeri.

Baca Selengkapnya

Demonstran Pro-Palestina dan Polisi Bentrok di Kampus AS, Ratusan Mahasiswa Ditangkap

1 hari lalu

Demonstran Pro-Palestina dan Polisi Bentrok di Kampus AS, Ratusan Mahasiswa Ditangkap

Unjuk rasa pro-Palestina di kampus Amerika Serikat berujung rusuh antara polisi dan demonstran.

Baca Selengkapnya

Gelombang Panas Serbu India sampai Filipina: Luasan, Penyebab, dan Durasi

1 hari lalu

Gelombang Panas Serbu India sampai Filipina: Luasan, Penyebab, dan Durasi

Daratan Asia berpeluh deras. Gelombang panas menyemai rekor suhu panas yang luas di wilayah ini, dari India sampai Filipina.

Baca Selengkapnya