Militer Cina Mampu Hancurkan Pangkalan Militer AS di Asia

Selasa, 20 Agustus 2019 15:05 WIB

Presiden Cina, Xi Jiping, menginspeksi latihan perang Angkatan Laut PLA di Laut Cina Selatan, Kamis, 12 April 2018. CNN -- Xinhua

TEMPO.CO, Jakarta - Lembaga riset Australia mengungkapkan militer Cina bisa menghancurkan pangkalan militer Amerika Serikat di Asia hanya dalam beberapa jam jika terjadi konflik.

Laporan ini adalah kajian dari United States Study Center di University of Sydney. Menurut laporan, seperti dikutip CNN, 20 Agustus 2019, strategi pertahanan Amerika Serikat di Indo-Pasifik terancam dan bahkan susah payah mempertahankan sekutunya melawan Cina di Asia.

Ini berarti Australia, Jepang, dan sekutu AS lain harus membangun pasukan pertahanan masing-masing di kawasan dan meningkatkan kerja sama dengan AS.

Riset berjudul Averting Crisis: American Strategy, Military Spending dan Collective Defence in the Indo-Pacific mengulas perbandingan kekuatan di mana Cina dominan dari AS. Salah satu dari sekian kekuatan itu adalah rudal.

"Cina telah mengerahkan serangkaian rudal presisi yang tangguh dan sistem kontra-intervensi lainnya untuk melemahkan keunggulan militer Amerika," kata laporan itu. "Jumlah rudal itu mencapai ribuan."

Advertising
Advertising

Hampir semua instalasi militer AS di Pasifik Barat, dan juga mitra-mitra dan sekutu-sekutu utamanya, dapat dianggap tidak berguna oleh serangan presisi pada jam-jam awal konflik, menurut laporan itu.

Kementerian Luar Negeri Cina pada Senin mengatakan belum melihat laporan itu, tetapi juru bicara Geng Shuang menekankan bahwa kebijakan militer Cina bersifat defensif.

"Cina dengan tegas berada di jalur pembangunan damai dan kebijakan padat nasional kita bersifat defensif," kata Geng.

Pentagon belum berkomentar terkait publikasi ini.

Rudal Dong Feng-21D dibawa oleh truk khusus Wanshan WS2600 konfigurasi ban 10x8. Truk ini dilengkapi dengan sistem inflasi ban sentral, yang meningkatkan mobilitas di berbagai jenis medan, seperti lumpur, dan dan salju. Mobilitas ini membuat keberadaan DF-21D sulit dideteksi. businessinsider.com

Dikutip dari South China Morning Post, salah satu periset laporan Ashley Townshend mengatakan bahwa perubahan keseimbangan kekuasaan di kawasan itu harus menjadi perhatian semua negara Asia, termasuk mereka yang berusaha mempertahankan hubungan baik dengan kedua negara adidaya, karenanya adalah kepentingan mereka untuk mencegah Beijing dari menggunakan kebijakan luar negeri agresif.

"Ketika kekuatannya meningkat, mungkin akan berani untuk bermain di rantai kepulauan, termasuk Taiwan, yang akan secara serius membatasi cakrawala keamanan untuk semua yang terkait," kata Townshend, merujuk pada busur pulau yang membentang dari kepulauan Jepang ke pulau Kalimantan, Asia Tenggara.

Salah satu temuan paling mencolok dari laporan ini adalah kemampuan dari Pasukan Roket PLA.

Menurut perhitungan independen penyusun laporan, pasukan telah menerjunkan sekitar 1.500 rudal balistik jarak pendek, 450 rudal jarak menengah, 160 rudal jarak menengah dan ratusan rudal jelajah darat jarak jauh.

Rudal balistik konvensional ini mampu melakukan serangan presisi pada sasaran sejauh mungkin dari Singapura, di mana AS memiliki fasilitas logistik utama, serta pangkalan Amerika yang sangat besar di Korea Selatan dan Jepang.

Cina juga memiliki apa yang disebut rudal "pembunuh kapal induk" seperti DF-21D, yang dapat menghantam kapal induk AS yang bergerak pada jarak hingga 1.500 km.

Karena Perjanjian Pembatasan Senjata Nuklir (INF) yang ditandatangani AS dengan Uni Soviet pada 1987, maka AS dilarang mengerahkan rudal dengan jarak tempuh 500 km hingga 5.500 km.

Kemampuan Pasukan Roket PLA sebelumnya telah diulas sejumlah pakar seperti peneliti militer Jim Fanell, seorang mantan perwira angkatan laut AS, serta oleh laporan khusus Reuters yang diterbitkan pada bulan April.

Laporan lembaga riset Australia, yang diluncurkan secara resmi pada hari Senin, mengatakan peningkatan persenjataan rudal jarak jauh yang akurat di Cina merupakan ancaman bagi hampir semua pangkalan sekutu, landasan terbang, pelabuhan dan instalasi militer di Pasifik Barat.

"Karena fasilitas-fasilitas ini dapat dianggap tidak berguna dengan serangan presisi pada jam-jam permulaan konflik, ancaman rudal PLA menantang kemampuan Amerika untuk secara bebas mengoperasikan pasukannya dari lokasi-lokasi maju di kawasan itu," katanya.

Dalam skenario seperti itu, bala bantuan Amerika kemungkinan akan membutuhkan waktu untuk tiba dan juga harus berusaha keras dalam pertempuran.

Ini berarti AS akan dihadapkan dengan pilihan memasuki konflik yang berpotensi sangat mahal dan berbahaya atau memilih untuk tidak campur tangan, sehingga memunculkan kemungkinan kemenangan untuk Cina.

Penulis laporan juga menunjukkan bahwa kemajuan Cina dalam teknologi militer bukan satu-satunya alasan berkurangnya kekuatan pasukan yang dikerahkan AS di Asia.

Di antara faktor-faktor internal yang ditandai oleh laporan tersebut adalah penggunaan aset angkatan laut dan udara yang terlalu banyak, sebagian karena komitmen AS untuk perang di Timur Tengah, dan simpanan dana pemeliharaan infrastruktur hingga sekitar US$ 116 miliar (Rp 1.654 triliun).

Sekitar 23 persen dari fasilitas pertahanan AS dinilai berada dalam kondisi buruk dengan sembilan persen lebih lanjut dicap gagal, kata laporan itu, mengutip data Pentagon, sehingga tidak bisa menandingi kemajuan militer Cina untuk meningkatkan keamanan pangkalan militer di kawasan Asia.

Berita terkait

Terpopuler Bisnis: Zulhas Ungkap Asal Mula Ditemukannya Baja Ilegal, Promo Gajian hingga Sindiran Komikus Jepang

23 jam lalu

Terpopuler Bisnis: Zulhas Ungkap Asal Mula Ditemukannya Baja Ilegal, Promo Gajian hingga Sindiran Komikus Jepang

Zulkifli Hasan mengungkap asal mula ditemukannya baja ilegal produksi pabrik milik Cina.

Baca Selengkapnya

Kisah Besi Beton 'Banci' Produksi Investor Asal Cina yang Disidak Zulhas

1 hari lalu

Kisah Besi Beton 'Banci' Produksi Investor Asal Cina yang Disidak Zulhas

Mendag Zulkifli Hasan menginspeksi mendadak sebuah pabrik baja milik investor Cina yang meproduksi baja ilegal tidak sesuai SNI.

Baca Selengkapnya

Seperti Dongeng, Kisah Cinta Li Ran Perempuan Cina yang Dinikahi Pangeran Belgia

1 hari lalu

Seperti Dongeng, Kisah Cinta Li Ran Perempuan Cina yang Dinikahi Pangeran Belgia

Seorang perempuan Cina merebut hati Pangeran Charles dan Belgia. Kisah percintaan mereka seperti dalam dongeng.

Baca Selengkapnya

Top 3 Dunia: Sumber Kekayaan Iran hingga Pertemuan Hamas-Fatah di Beijing

1 hari lalu

Top 3 Dunia: Sumber Kekayaan Iran hingga Pertemuan Hamas-Fatah di Beijing

Berita Top 3 Dunia pada Sabtu 27 April 2024 diawali oleh berita soal lima sumber kekayaan negara Iran, yang sedang menghadapi ketegangan dengan Israel

Baca Selengkapnya

Zulhas Ungkap Asal Mula Ditemukannya Baja Ilegal Produksi Pabrik Milik Cina

2 hari lalu

Zulhas Ungkap Asal Mula Ditemukannya Baja Ilegal Produksi Pabrik Milik Cina

Sebuah pabrik baja Cina, PT Hwa Hok Steel, terungkap memproduksi baja tulangan beton tidak sesuai SNI sehingga produk mereka dinyatakan ilegal.

Baca Selengkapnya

Filipina Pastikan Belum Ada Kata Sepakat dengan Beijing soal Laut Cina Selatan

2 hari lalu

Filipina Pastikan Belum Ada Kata Sepakat dengan Beijing soal Laut Cina Selatan

Filipina menyangkal klaim Beijing yang menyebut kedua negara telah mencapai kata sepakat terkait sengketa Laut Cina Selatan

Baca Selengkapnya

Cina Turun Tangan Pertemukan Fatah dan Hamas di Beijing

2 hari lalu

Cina Turun Tangan Pertemukan Fatah dan Hamas di Beijing

Pemerintah Cina turun tangan mempertemukan dua kelompok berseteru di Palestina yaitu Fatah dan Hamas

Baca Selengkapnya

Terkini: Pesan Zulkifli Hasan ke Pejabat Baru Dilantik terkait konflik Timur Tengah, AHY Serahkan 300 Sertifikat Gratis di Sulawesi Tenggara

2 hari lalu

Terkini: Pesan Zulkifli Hasan ke Pejabat Baru Dilantik terkait konflik Timur Tengah, AHY Serahkan 300 Sertifikat Gratis di Sulawesi Tenggara

Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan atau Zulhas melantik Pimpinan Tinggi Madya dan Pratama atau Pejabat Eselon I dan II Kementerian Perdagangan.

Baca Selengkapnya

Terkini: Lahan Padi Cina 1 Juta Hektar di Kalimantan Menuai Polemik, Cara Daftar Subsidi LPG 3 Kilogram

3 hari lalu

Terkini: Lahan Padi Cina 1 Juta Hektar di Kalimantan Menuai Polemik, Cara Daftar Subsidi LPG 3 Kilogram

Rencana pembukaan lahan 1 juta hektar untuk padi Cina di Kalimantan menuai pro dan kontra. Cara mendaftar menjadi penerima subsidi LPG 3 kilogram.

Baca Selengkapnya

Menlu Retno Setuju Upaya Bersama Berantas Judi Online: Ini Kejahatan Transnasional

3 hari lalu

Menlu Retno Setuju Upaya Bersama Berantas Judi Online: Ini Kejahatan Transnasional

Menteri Luar Negeri Retno Marsudi menilai penting penanganan judi online dapat diselesaikan secara bekerja sama.

Baca Selengkapnya