Seluruh Eksil Kamboja Sepakat Pulang ke Tanah Air 9 November 2019

Senin, 19 Agustus 2019 18:54 WIB

Mantan Pemimpin Oposisi Kamboja, Sam Rainsy, saat kunjungan ke kantor Tempo di Palmerah, Jakarta Barat, 16 April 2018. TEMPO/Fajar Januarta

TEMPO.CO, Jakarta - Tokoh eksil Kamboja, Mu Sochua mengatakan, seluruh eksil yang tinggal di sejumlah negara telah sepakat untuk pulang ke tanah air pada tanggal 9 November 2019.

Keputusan eksil pulang pada tanggal itu dihasilkan pada dua hari lalu.

"Tanggal itu merupakan hari kemerdekaan Kamboja dari Prancis 66 tahun lalu," kata Sochua, sebagai ketua komisi kepulangan eksil partai oposisi Kamboja, Cambodia National Rescue Party atau CNRP dalam wawancara dengan Tempo di Jakarta, 19 Agustus 2019.

Menurut politisi perempuan oposisi terkemuka di Kamboja ini, para eksil Kamboja tengah berada di sejumlah negara penandatangan Paris Peace Accrod 1991 untuk berdialog dan meminta dukungan agar tidak terjadi pertumpahan darah saat mereka kembali ke tanah air.

Mereka sudah mendapatkan lampu hijau dari Amerika Serikat yang mengecam Hun Sen dalam memberlakukan oposisi. Saat ini, Sam Rainsy, pendiri CNRP, berada di Australia untuk menjelaskan rencana pemulangan seluruh eksil ke Kamboja.

Advertising
Advertising

Sochua melanjutkan, para oposisi eksil Kamboja menggugah tanggung jawab moral negara-negara penandatangan Paris Peace Accord agar bersedia berbicara kepada Perdana Menteri Hun Sen tentang keputusan para eksil kembali ke tanah air. Alasannya, kesepakatan yang ada di perjanjian itu belum membuahkan hasil.

Tokoh eksil yang saat ini tinggal di Maroko bersama anak perempuannya menegaskan, upaya mereka berdialog dengan 18 negara penandatangan Paris Peace Accord adalah supaya tidak terjadi pertumpahan darah atau penangkapan dan tindak kekerasan lainnya saat mereka pulang.

Menurut Sochua, para eksil menuntut Hun Sen membebaskan seluruh tahanan politik termasuk Kem Sokha, Ketua CNRP.

Opisisi, ujarnya, siap berdialog dan melakukan rekonsiliasi nasional dengan Hun Sen untuk mengakhiri konflik panjang di Kamboja.

Menurutnya, mayoritas warga Kamboja sudah lelah dengan konflik dan ingin hidup lebih baik dari segi keadilan sosial.

"Kami akan pulang ke tanah air dan berkata kepada Hun Sen: tidak ada lagi pertumpahan darah."

Para eksil juga sudah menerima resiko terburuk yang akan mereka alami jika pulang ke tanah air yang sudah puluhan tahun mereka tinggalkan secara terpaksa.

Hun Sen, salah satu pemimpin negara terlama di dunia, selama ini bersikap keras kepada oposisi dan eksil Kamboja dengan menjuluki mereka sebagai pengkhianat negara.

Berita terkait

AS Kembalikan Barang Antik Curian ke RI, Ada Peninggalan Majapahit

3 hari lalu

AS Kembalikan Barang Antik Curian ke RI, Ada Peninggalan Majapahit

Jaksa New York mengembalikan barang antik yang dicuri dari Kamboja dan Indonesia. Dari Indonesia, ada peninggalan Kerajaan Majapahit.

Baca Selengkapnya

AS Kembalikan Barang Antik yang Dicuri dari Indonesia dan Kamboja

4 hari lalu

AS Kembalikan Barang Antik yang Dicuri dari Indonesia dan Kamboja

Jaksa wilayah New York AS menuduh dua pedagang seni terkemuka melakukan perdagangan ilegal barang antik dari Indonesia dan Cina senilai US$3 juta.

Baca Selengkapnya

Ada Youtuber Siksa Kera di Angkor, Pemerintah Kamboja Bakal Ambil Tindakan

21 hari lalu

Ada Youtuber Siksa Kera di Angkor, Pemerintah Kamboja Bakal Ambil Tindakan

Selama ini, penyiksaan terhadap kera di Angkor tidak mencolok, tapi lama kelamaan kasusnya semakin banyak.

Baca Selengkapnya

Thailand Berencana Legalisasi Kasino untuk Tingkatkan Pemasukan dan Lapangan Kerja

33 hari lalu

Thailand Berencana Legalisasi Kasino untuk Tingkatkan Pemasukan dan Lapangan Kerja

Perdana Menteri Thailand Srettha Thavisin mengatakan jika disahkan oleh parlemen, undang-undang kasino akan menghasilkan lebih banyak lapangan kerja

Baca Selengkapnya

Terkini: Dampak Ekonomi Konser Taylor Swift dan Coldplay di Singapura Tembus Rp 11 Triliun, Harga Tiket Promo AirAsia Rute Internasional Mulai Rp 990 Ribuan

44 hari lalu

Terkini: Dampak Ekonomi Konser Taylor Swift dan Coldplay di Singapura Tembus Rp 11 Triliun, Harga Tiket Promo AirAsia Rute Internasional Mulai Rp 990 Ribuan

LPM FEB UI meneliti dampak ekonomi dari konser Taylor Swift dan Coldplay di Singapura. Perhelatan konser dua bintang dunia tersebut tembus Rp 11 T.

Baca Selengkapnya

Untuk Idul Fitri, Indonesia Impor 22 Ribu Ton Beras dari Kamboja

44 hari lalu

Untuk Idul Fitri, Indonesia Impor 22 Ribu Ton Beras dari Kamboja

Pemerintah mengimpor 22.500 ton beras dari Kamboja untuk memenuhi kebutuhan stok beras menjelang Idul Fitri 1445H, selain mengandalkan produk nasional

Baca Selengkapnya

Sedih Usai Nonton Film Eksil, Mahfud MD Akui Perjuangkan Kewarganegaraan Mereka

48 hari lalu

Sedih Usai Nonton Film Eksil, Mahfud MD Akui Perjuangkan Kewarganegaraan Mereka

Saat menjadi Menkopolhukam, Mahfud MD mengaku pernah bertemu dengan tokoh eksil yang ada di film dokumenter itu.

Baca Selengkapnya

Pariwisata Kamboja dan Malaysia Paling Cepat Pulih di Asia Tenggara, Bagaimana Indonesia?

49 hari lalu

Pariwisata Kamboja dan Malaysia Paling Cepat Pulih di Asia Tenggara, Bagaimana Indonesia?

Sebuah perusahaan riset mengungkap tingkat pemulihan industri pariwisata Asia Tenggara dilihat dari kunjungan wisatawan asing, Kamboja paling tinggi.

Baca Selengkapnya

Uniknya Kuil Bayon di Angkor Wat yang Menampilkan 200 Wajah Tersenyum Damai

50 hari lalu

Uniknya Kuil Bayon di Angkor Wat yang Menampilkan 200 Wajah Tersenyum Damai

Identitas sosok yang sedang tersenyum ini menjadi perdebatan sejak penemuan kembali Bayon di Angkor Wat pada abad ke-19.

Baca Selengkapnya

Kembali ke Panggung Politik, Eks PM Kamboja Hun Sen Terpilih Jadi Senator

25 Februari 2024

Kembali ke Panggung Politik, Eks PM Kamboja Hun Sen Terpilih Jadi Senator

Partai berkuasa di Kamboja mengklaim kemenangan telak dalam pemilihan Senat, membuka peluang bagi mantan Perdana Menteri Hun Sen kembali ke politik

Baca Selengkapnya