Mantan PM Israel Minta Maaf atas Pembunuhan 12 Orang Palestina

Rabu, 24 Juli 2019 11:00 WIB

Mantan Perdana Menteri dan pemimpin partai Demokrat Israel Ehud Barak.[Ynewtnews]

TEMPO.CO, Jakarta - Mantan perdana menteri Israel Ehud Barak, meminta maaf atas pembunuhan 12 orang Palestina warga Israel selama masa jabatannya.

Kepada Israeli Public Radio pada 23 Juli, seperti dikutip dari Middle East Monitor, Ehud Barak mengatakan dia "bertanggung jawab atas apa yang terjadi selama dia menjabat perdana menteri, termasuk peristiwa Oktober," merujuk pada pembunuhan 12 warga Arab-Israel oleh pasukan keamanan Israel, dan satu pemuda Palestina lain setelahnya.

"Tidak ada tempat bagi para pemrotes untuk dibunuh oleh pasukan keamanan negara mereka," kata Barak. "Saya menyatakan penyesalan dan permintaan maaf saya di depan keluarga dan di hadapan masyarakat Israel."

Haaretz melaporkan, Ehud Barak meminta maaf pada Selasa kemarin atas pembunuhan yang dilakukan pasukan keamanan terhadap 12 warga Palestina-Israel pada Oktober 2000, peristiwa demonstrasi Intifada kedua yang dipicu kunjungan Ariel Sharon ke Masjid Al Aqsa.

Bentrokan mematikan, yang terjadi pada hari-hari awal intifada kedua, telah menjadi titik utama perselisihan antara Barak dan warga Arab-Israel. Anggota parlemen Meretz Esawi Freige, yang merupakan keturunan Arab, awal bulan ini menolak untuk bergabung dengan partai Demokrat Israel yang dipimpin Barak menjelang pemilihan 17 September, karena perannya dalam protes Oktober 2000.

Advertising
Advertising

Menyusul insiden tersebut, yang diperingati tahun lalu dalam pawai dan mogok masal, Barak memerintahkan komisi yang dipimpin oleh hakim agung untuk melakukan penyelidikan.

Komisi mengkritik dalam laporan pejabat senior polisi tahun 2003, tetapi memutuskan bahwa mereka yang bertanggung jawab atas 13 kematian tidak akan dikenakan dakwaan. Dan dilaporkan pula bahwa Barak tidak memperhatikan masyarakat Arab.

Itifada kedua.[Ynetnews]

Abdel Moneim Salah, yang putranya bernama Walid tewas dalam bentrokan di dekat kota utara Sakhnin, menyebut permintaan maaf Barak tidak berarti.

Barak, kata Salah, adalah yang memberi perintah untuk menembak putranya, sementara mantan perdana menteri atau petugas polisi mana pun yang menggunakan peluru tajam tidak dibawa ke pengadilan.

Ibrahim Siam, yang putranya bernama Ahmed juga tewas dalam bentrokan di Israel utara, mengatakan kepada Haaretz bahwa dia tidak akan menerima permintaan maaf Barak, yang menurutnya tidak mengubah apa pun.

"Kami tidak tertarik pada Barak dan pemikiran politiknya," kata Siam. "Saya tidak berpikir masyarakat Arab akan setuju untuk membiarkan Barak kembali terjun ke politik, setidaknya tidak dengan suaranya."

"Sejauh yang kami ketahui, dialah yang membunuh anak-anak kami dan memberikan perintah, dan ia, seperti halnya perwira dan komandan lainnya, harus berada di balik jeruji besi," tambahnya.

Kelompok hak asasi manusia Adalah, yang mendukung hak-hak minoritas Arab di Israel dan diwakili di pengadilan keluarga mereka yang tewas, mengatakan Ehud Barak adalah orang yang bertanggung jawab langsung atas kematian warga Palestina-Israel.

Permintaan maaf Ehud Barak tidak berarti jika tidak ada tuntutan yang diajukan terhadap semua yang bertanggung jawab, termasuk pasukan keamanan Israel yang menggunakan peluru tajam dan tembakan sniper, yang menyebabkan pembunuhan 13 pemuda Palestina.

Berita terkait

Menyusul Kritik dari Israel dan AS, Ini Tanggapan Jaksa ICC

1 jam lalu

Menyusul Kritik dari Israel dan AS, Ini Tanggapan Jaksa ICC

Kantor kejaksaan Mahkamah Pidana Internasional (ICC) menyerukan diakhirinya apa yang mereka sebut sebagai intimidasi terhadap stafnya.

Baca Selengkapnya

Palestina: Tidak Ada Guna Membahas Gaza di PBB

2 jam lalu

Palestina: Tidak Ada Guna Membahas Gaza di PBB

Dubes Palestina untuk Austria menilai upaya membahas Gaza pada forum PBB tidak akan berdampak pada kebijakan AS dan Eropa yang mendanai genosida.

Baca Selengkapnya

Houthi Tawarkan Pendidikan bagi Mahasiswa AS yang Diskors karena Demo Pro-Palestina

8 jam lalu

Houthi Tawarkan Pendidikan bagi Mahasiswa AS yang Diskors karena Demo Pro-Palestina

Kelompok Houthi di Yaman menawarkan tempat melanjutkan studi bagi para mahasiswa AS yang diskors karena melakukan protes pro-Palestina.

Baca Selengkapnya

Dokter Bedah Ternama Gaza Tewas di Penjara Israel, Diduga Disiksa

8 jam lalu

Dokter Bedah Ternama Gaza Tewas di Penjara Israel, Diduga Disiksa

Seorang dokter bedah Palestina terkemuka dari Rumah Sakit al-Shifa di Gaza meninggal di penjara Israel setelah lebih dari empat bulan ditahan.

Baca Selengkapnya

Iran Bebaskan Awak Kapal Terafiliasi Israel yang Sempat Disita di Selat Hormuz

9 jam lalu

Iran Bebaskan Awak Kapal Terafiliasi Israel yang Sempat Disita di Selat Hormuz

Menteri Luar Negeri Hossein Amirabdollahian mengatakan Iran telah membebaskan awak kapal MSC Aries yang terafiliasi dengan Israel, setelah sempat disita di dekat Selat Hormuz.

Baca Selengkapnya

Kelompok Milisi Irak Lancarkan Serangan Rudal terhadap Israel

9 jam lalu

Kelompok Milisi Irak Lancarkan Serangan Rudal terhadap Israel

Kelompok bersenjata Perlawanan Islam di Irak mengaku bertanggung jawab atas serangan rudal terhadap kota Tel Aviv dan Be'er Sheva di Israel.

Baca Selengkapnya

Jurnalis Palestina Peliput Perang Gaza Menangkan Penghargaan Kebebasan Pers UNESCO

10 jam lalu

Jurnalis Palestina Peliput Perang Gaza Menangkan Penghargaan Kebebasan Pers UNESCO

Kepala UNESCO menyerukan penghargaan atas keberanian jurnalis Palestina menghadapi kondisi 'sulit dan berbahaya' di Gaza.

Baca Selengkapnya

PBB: Serangan Terbaru Israel Bisa Hapus 44 Tahun Pembangunan Manusia di Gaza

10 jam lalu

PBB: Serangan Terbaru Israel Bisa Hapus 44 Tahun Pembangunan Manusia di Gaza

Jika perang terus berlanjut selama sembilan bulan, kemajuan yang dicapai selama 44 tahun akan musnah. Kondisi itu akan membuat Gaza kembali ke 1980

Baca Selengkapnya

Demo Dukung Palestina di Kampus AS Diberangus Polisi, PM Bangladesh: Sesuai Demokrasi?

11 jam lalu

Demo Dukung Palestina di Kampus AS Diberangus Polisi, PM Bangladesh: Sesuai Demokrasi?

Perdana Menteri Bangladesh Sheikh Hasina mengkritik pemerintah Amerika Serikat atas penggerebekan terhadap protes mahasiswa pro-Palestina

Baca Selengkapnya

Amnesty Desak DPR dan Pemerintah Buat Aturan Ketat Impor Spyware

11 jam lalu

Amnesty Desak DPR dan Pemerintah Buat Aturan Ketat Impor Spyware

Amnesty mendesak DPR dan pemerintah membuat peraturan ketat terhadap spyware yang sangat invasif dan dipakai untuk melanggar HAM

Baca Selengkapnya