Aktivis Pro Demokrasi Hong Kong Kritik Pemerintah Pasca Rusuh

Reporter

Tempo.co

Editor

Budi Riza

Senin, 22 Juli 2019 15:51 WIB

Ribuan masyarakat Hong Kong melakukan unjuk rasa di depan kantor perwakilan Cina di Hong Kong, Minggu, 21 Juli 2019. Sumber: Reuters/Edgar Su

TEMPO.CO, Hong Kong – Aktivis pro-demokrasi terkenal Hong Kong, Nathan Law, mengritik pemerintah pasca penyerangan kelompok preman triad yang diduga berasal dari Cina terhadap warga di stasiun kereta.

“Ketika kelompok preman asal Cina menyerang warga, tidak ada petugas penegak hukum di lokasi. Pemerintah memalukan,” kata Law seperti dilansir Channel News Asia pada Senin, 22 Juli 2019.

Serangan preman di stasiun Yuen Long, Hong Kong, menimbulkan kekhawatiran adanya campur tangan triad terhadap konflik politik yang sedang terjadi di sana.

Ini karena sebagian penumpang kereta adalah warga yang barus saja berunjuik rasa menolak pemerintah. Pengunjuk rasa juga sempat mengepung kantor perwakilan Cina di Hong Kong.

Pengunjuk rasa ini menolak upaya amandemen legislasi ekstradisi, yang memungkinkan otoritas Hong Kong mengekstradisi warga ke Cina daratan jika dianggap melanggar hukum di sana.

Advertising
Advertising

Distrik Yuen Long berada di kawasan New Territories, yang terletak di dekat perbatasan dengan Cina. Di daerah ini, kelompok preman dan warga pendukung pro-Beijing tetap berpengaruh kuat.

Rekaman video menunjukkan sebagian kelompok penyerang berkaos putih meninggalkan Hong Kong dengan memasuki mobil berplat nomor Cina.

Aksi penyerangan ini juga pernah terjadi pada 2014. Saat itu gerakan pro-demokrasi “Umbrella Movement” diserang sekelompok preman pro pemerintah. Kelompok ini diduga merupakan anggota triad.

Pada saat serangan kelompok preman terjadi, massa anti-pemerintah berunjuk rasa dan mengepung kantor perwakilan Cina di Hong Kong.

Demonstran melempari kantor perwakilan Cina dengan telur dan mencoreti dindingnya dengan grafiti yang berisi pesan memprotes kekuasaan Beijing.

Dalam pernyataannya, polisi mengecam serangan preman di Yuen Long dan unjuk rasa rusuh di tengah Hong Kong. Polisi mengatakan sedang mengusut kasus ini.

“Polisi juga mengatakan tidak ada penangkapan terhadap pelaku penyerangan di stasiun ataupun saat razia lanjuta di desa sekitar stasiun,” begitu dilansir Channel News Asia.

Asisten Komandan Polisi Distrik Yuen Long, Hong Kong, mengatakan polisi harus menunggu datangnya bantuan untuk mengatasi kerusuhan yang melibatkan lebih dari 100 orang di stasiun.

Dia mengaku polisi tidak melihat adanya kelompok massa berkaos putih membawa tongkat dan bambu berkeliaran di desa di sekitar stasiun Yuen Long.

“Kami tidak bisa mengatakan ada masalah karena Anda mengenakan pakaian putih,” kata dia.

Seperti dilansir Reuters, kondisi stabilitas keamanan di Hong Kong terganggu pasca aksi penolakan besar-besaran pengesahan legislasi ekstradisi sejak Juni lalu.

Legislasi itu memungkinkan otoritas hukum Hong Kong untuk mengekstradisi warga ke Cina daratan jika dianggap melanggar hukum di sana.

Padahal, Hong Kong dan Cina menganut prinsip satu negara dengan dua sistem berbeda, yaitu Demokrasi dan Komunis.

Pemerintah Hong Kong mengatakan upaya amandemen legislasi itu telah gagal. Namun, aktivis pro demokrasi meminta pemerintah mencabut pengajuan amandemen legislasi agar tidak ada lagi pembahasan di Dewan Legislatif Hong Kong.

Berita terkait

Badan Mata-mata Seoul Tuding Korea Utara Rencanakan Serangan terhadap Kedutaan Besar

42 menit lalu

Badan Mata-mata Seoul Tuding Korea Utara Rencanakan Serangan terhadap Kedutaan Besar

Badan mata-mata Korea Selatan menuding Korea Utara sedang merencanakan serangan "teroris" yang menargetkan pejabat dan warga Seoul di luar negeri.

Baca Selengkapnya

Gelombang Panas Serbu India sampai Filipina: Luasan, Penyebab, dan Durasi

10 jam lalu

Gelombang Panas Serbu India sampai Filipina: Luasan, Penyebab, dan Durasi

Daratan Asia berpeluh deras. Gelombang panas menyemai rekor suhu panas yang luas di wilayah ini, dari India sampai Filipina.

Baca Selengkapnya

Bahlil Bantah Cina Kuasai Investasi di Indonesia, Ini Faktanya

19 jam lalu

Bahlil Bantah Cina Kuasai Investasi di Indonesia, Ini Faktanya

Menteri Bahlil membantah investasi di Indonesia selama ini dikuasai oleh Cina, karena pemodal terbesar justru Singapura.

Baca Selengkapnya

Segera Hadir di Subang Smartpolitan, Berikut Profil BYD Perusahaan Kendaraan Listrik

23 jam lalu

Segera Hadir di Subang Smartpolitan, Berikut Profil BYD Perusahaan Kendaraan Listrik

Keputusan mendirikan pabrik kendaraan listrik di Subang Smartpolitan menunjukkan komitmen BYD dalam mendukung mobilitas berkelanjutan di Indonesia.

Baca Selengkapnya

Jalan Raya di Cina Ambles, Sedikitnya 48 Orang Tewas

23 jam lalu

Jalan Raya di Cina Ambles, Sedikitnya 48 Orang Tewas

Korban tewas akibat amblesnya jalan raya di Cina selatan telah meningkat menjadi 48 orang

Baca Selengkapnya

Hasil Piala Uber 2024: Tim Bulu Tangkis Putri Cina dan Jepang Bakal Duel di Semifinal

1 hari lalu

Hasil Piala Uber 2024: Tim Bulu Tangkis Putri Cina dan Jepang Bakal Duel di Semifinal

Tim bulu tangkis putri Cina dan Jepang melenggang mulus ke semifinal Uber Cup atau Piala Uber 2024.

Baca Selengkapnya

Presiden Jokowi dalam Sorotan Aksi Hari Buruh Internasional Kemarin

1 hari lalu

Presiden Jokowi dalam Sorotan Aksi Hari Buruh Internasional Kemarin

Aksi Hari Buruh Internasional pada Rabu kemarin menyoroti janji reforma agraria Presiden Jokowi. Selain itu, apa lagi?

Baca Selengkapnya

Filipina Salahkan Beijing karena Memancing Ketegangan di Laut Cina Selatan

1 hari lalu

Filipina Salahkan Beijing karena Memancing Ketegangan di Laut Cina Selatan

Manila menuduh penjaga pantai Cina telah memancing naiknya ketegangan di Laut Cina Selatan setelah dua kapalnya rusak ditembak meriam air

Baca Selengkapnya

Survei: 58 Persen Responden Percaya Beijing Gunakan TikTok untuk Pengaruhi Opini Warga Amerika Serikat

1 hari lalu

Survei: 58 Persen Responden Percaya Beijing Gunakan TikTok untuk Pengaruhi Opini Warga Amerika Serikat

Jajak pendapat yang dilakukan Reuters/Ipsos mengungkap 58 persen responden percaya Beijing menggunakan TikTok untuk mempengaruhi opini warga Amerika.

Baca Selengkapnya

Massa Aksi May Day Bakar Baliho Jokowi dan Hakim MK Sebagai Bentuk Kekecewaan

1 hari lalu

Massa Aksi May Day Bakar Baliho Jokowi dan Hakim MK Sebagai Bentuk Kekecewaan

Peserta aksi Hari Buruh Internasional atau May Day membakar baliho bergambar Presiden Jokowi di kawasan Patung Arjuna Wijaya, Jakpus

Baca Selengkapnya