PM Mahathir Bela Industri Minyak Sawit saat Kunjungan ke Eropa

Reporter

Tempo.co

Editor

Budi Riza

Selasa, 18 Juni 2019 13:01 WIB

Mahathir Mohamad, Perdana Menteri Malaysia. Sumber: thestar.com.my

TEMPO.CO, Kuala Lumpur – Perdana Menteri Mahathir Mohamad mengritik komunitas internasional terkait persepsi negatif mengenai industri minyak kelapa sawit.

Baca juga: Indonesia, Malaysia dan Kolombia Melawan Larangan Sawit Uni Eropa

Mahathir mengklaim pembukaan kebun kelapa sawit tidak berdampak pada ekosistem di negaranya. Menurut dia, minyak sawit merupakan minyak sayuran layak konsumsi yang paling murah.

Untuk alasan itu, minyak sawit mampu berkompetisi dengan minyak lain dan bakal menang. Sehingga mereka (Barat) memunculkan ide bahwa kami memebang pohon untuk menanam kelapa sawit dan menelantarkan hewan dari habitat aslinya,” kata Mahathir dalam pidato di Cambridge University seperti dilansir Channel News Asia pada 17 Juni 2019.

Advertising
Advertising

Baca juga: RI dan Malaysia Layangkan Protes Soal Sawit ke Uni Eropa April

Menurut Mahathir, kelapa sawit merupakan tumbuhan yang mudah dikembangkan dan ditanam. Setelah ditanam, kelapa sawit bisa menghasilkan hingga 25 tahun. Tidak seperti tanaman yang menghasilkan minyak lainnya seperti kedela dan rapa, yang tanamannya berumur singkat.

Mahathir mempertanyakan asumsi di kalangan pemerintah Eropa bahwa industri kelapa sawit membahayakan lindungan hidup di Malaysia.

Baca juga: Uni Eropa Tunda Larangan Sawit, Kemendag: Jangan Ada ...

“Anda bicara mengenai lingkungan hidup, menebang pohon, tapi lihat Inggris sebagai contoh, di mana hutan Sherwood? Apakah masih ada? Apakah Robin Hood masih beroperasi di sana,” kata Mahathir yang sedang dalam kunjungan tiga hari di Inggris.

Mahathir juga menyebut mayoritas hutan di Eropa telah ditebang. “Sehingga tidak ada lagi hewan liar di Eropa,” kata dia. “Di Malaysia, kami masih punya macan. Jika Anda ingin pergi ke hutan, kami bisa mengantar Anda ke sana.”

Pemerintah Malaysia sebenarnya telah mematok luas area penanaman kelapa sawit maksimal 6.5 juta hektar. Ini membuat Malaysia tidak memiliki lagi kebun sawit baru dari hasil penebangan hutan dan penanaman rawa.

Baca juga: Larangan Sawit, Pemerintah Indonesia Bakal Terbang ke Eropa

Menurut Mahathir, Uni Eropa beresiko menimbulkan perang dagang dengan Malaysia dengan membuat kebijakan tidak adil untuk mengurangi penggunaan minyak sawit.

Komentar ini muncul setelah Komisi Eropa menyimpulkan penanaman kebun sawit menimbulkan penebangan hutan berlebihan. Eropa juga berpendapat penggunaan minyak sawit untuk transportasi harus dikurangi pada 2030.

Shutterstock.

Media Forbes melansir Komisi Eropa membuat kebijakan bahwa minyak sawit terutama yang berasal dari Indonesia dan Malaysia menghasilkan perusakan hutan berlebihan.

Keputusan ini keluar pada Maret 2019 setelah sempat tertunda selama beberapa tahun.

Mahathir menuding kebijakan UE yang memusuhi minyak sawit merupakan upaya untuk melindungi industri minyak alternatif yaitu minyak rapa.

Menurut dia, lahan di Malaysia cocok untuk bertanam kelapa sawit.

“Kami harus menghasilkan uang dari sumber daya yang kami punya. Lahan kami subur untuk ditanami minyak kelapa sawit. Maka kami memproduksi minyak sawit,” kata Mahathir.

Berita terkait

Irlandia Kewalahan Hadapi Naiknya Jumlah Imigran

2 jam lalu

Irlandia Kewalahan Hadapi Naiknya Jumlah Imigran

Dampak dari diloloskannya RUU Safety of Rwanda telah membuat Irlandia kebanjiran imigran yang ingin meminta suaka.

Baca Selengkapnya

Eks Diplomat Inggris: AS Panik Drone Rusia Hancurkan Tank Abrams Ukraina

21 jam lalu

Eks Diplomat Inggris: AS Panik Drone Rusia Hancurkan Tank Abrams Ukraina

Percepatan bantuan militer senilai US$6 miliar ke Ukraina mencerminkan kepanikan yang dirasakan oleh pemerintahan Joe Biden dan Kongres AS

Baca Selengkapnya

Piala Asia U-23 2024: Timnas U-23 Indonesia Jadi Satu-satunya Negara Asia Tenggara yang Melaju ke Semifinal

1 hari lalu

Piala Asia U-23 2024: Timnas U-23 Indonesia Jadi Satu-satunya Negara Asia Tenggara yang Melaju ke Semifinal

Timnas U-23 Indonesia akan berduel melawan Uzbekistan di semifinal Piala Asia U-23 2024 pada senin malam WIB, 29 April 2024.

Baca Selengkapnya

Polisi Gagalkan Penyelundupan Pekerja Migran di Badau Perbatasan Indonesia-Malaysia

1 hari lalu

Polisi Gagalkan Penyelundupan Pekerja Migran di Badau Perbatasan Indonesia-Malaysia

Supriyanto mengatakan puluhan pekerja migran tersebut rata-rata berasal dari Provinsi Sulawesi Selatan dan Nusa Tenggara Barat (NTB).

Baca Selengkapnya

Raja Charles III Siap Kembali Bertugas

1 hari lalu

Raja Charles III Siap Kembali Bertugas

Raja Charles III sudah mendapat izin dari tim dokter untuk kembali bertugas setelah menjalani pengobatan kanker.

Baca Selengkapnya

Giliran KKP Tangkap Kapal Asing Malaysia yang Menangkap Ikan di Selat Malaka

2 hari lalu

Giliran KKP Tangkap Kapal Asing Malaysia yang Menangkap Ikan di Selat Malaka

KKP meringkus satu kapal ikan asing ilegal berbendera Malaysia saat kedapatan menangkap ikan di Selat Malaka.

Baca Selengkapnya

KKP Tangkap Kapal Malaysia Pencuri Ikan yang Tercatat sudah Dimusnahkan tapi Masih Beroperasi

2 hari lalu

KKP Tangkap Kapal Malaysia Pencuri Ikan yang Tercatat sudah Dimusnahkan tapi Masih Beroperasi

Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menangkap kapal pencuri ikan berbendera Malaysia. Kapal itu tercatat sudah dimusnahkan tapi masih beroperasi

Baca Selengkapnya

Jokowi Keluhkan Banyak Masyarakat Berobat ke Luar Negeri, Ini 3 Negara Populer Tujuan Wisata Medis WNI

2 hari lalu

Jokowi Keluhkan Banyak Masyarakat Berobat ke Luar Negeri, Ini 3 Negara Populer Tujuan Wisata Medis WNI

Presiden Jokowi mengeluhkan hilangnya Rp 180 triliun devisa karena masih banyak masyarakat berobat ke luar negeri.

Baca Selengkapnya

Mahathir Mohamad Diselidiki KPK Malaysia Atas Tuduhan Korupsi

2 hari lalu

Mahathir Mohamad Diselidiki KPK Malaysia Atas Tuduhan Korupsi

KPK Malaysia menyelidiki Mahathir Mohamad dan anak-anaknya atas dugaan korupsi.

Baca Selengkapnya

KJRI Kuching Minta Malaysia Bebaskan 8 Nelayan Natuna yang Ditangkap

3 hari lalu

KJRI Kuching Minta Malaysia Bebaskan 8 Nelayan Natuna yang Ditangkap

KJRI mengatakan, APPM mengatakan 3 kapal nelayan Natuna ditangkap karena melaut di dalam perairan Malaysia sejauh 13 batu dari batas perairan.

Baca Selengkapnya