Milisi Houthi Tarik Diri dari 3 Pelabuhan Utama, Yaman Sinis

Senin, 13 Mei 2019 10:13 WIB

Anggota Houthi menaiki mobil terbuka saat menarik dari pelabuhan Saleef di provinsi Hodeidah, Yaman, 11 Mei 2019. REUTERS/Abduljabbar Zeyad

TEMPO.CO, Jakarta - Milisi Houthi mulai menarik diri dari 3 pelabuhan di Yaman sesuai perjanjian yang digagas PBB di Swedia Desember 2018.

Milisi Houthi menarik diri dari pelabuhan utama Yaman, Hodeidah dan dua pelabuhan lebih kecil, Saleef dan Ras Isa mulai dari 11 Mei hingga 14 Mei 2019.

Baca: Kelompok Houthi dan Koalisi Arab Sepakat Bahas Perdamaian Yaman

Penarikan milisi Houthi dari 3 pelabuhan itu sempat tertunda beberapa bulan lamanya. Penarikan diri milisi Houthi ini sebagai bagian dari kesepakatan gencatan senjata.

"Tiga pelabuhan itu secara bersamaan diawasai oleh tim PBB karena pasukan militer meninggalkan pelabuhan-pelabuhan itu dan penjaga pantai mengambil alih tanggung jawab keamanan," kata Michael Lollesgaard, kepala Komite Koordinasi Pemindahan PBB dalam pernyataannya hari Minggu, 12 Mei 2019 seperti dikutip dari Al Jazeera.

Advertising
Advertising

Pemerintah Yaman menanggapi secara sinis penarikan milisi Houthi dari 3 pelabuhan yang mengarah ke Laut Merah itu sebagai pertunjukan menyolok mata.

Baca: Pertempuran 2 Hari di Hodeidah, 250 Milisi Houthi Tewas

" Apa yang dilakukan milisi Houthi merupakan permainan teater berulang yang memainkan penyerahan kembali pengawasan pelabuhan kepada pasukannya dengan seragam berbeda," kata Moammar al-Eryani, Menteri Informasi Yaman melalui akun Twitter.

Duta besar Inggris untuk Yaman, Michael Aron melalui Twitter mengecam sikap skeptis pemerintah Yaman mengenai penarikan milisi Houthi.

"Orang-orang Yaman yang sinis mereka mengkritik segala sesuatu dari pihak lain sekali pun itu positif dan siapa yang mengatakan PBB naif sepertinya mau mengatakan bahwa satu-satunya solusi adalah perang abadi di Yaman," kata Aron, seperti dikutip dari Reuters.

Puluhan truk mengangkut milisi Houthi dan peralatan berat militernya seperti peluncur roket dan senjata mesin, meninggalkan pelabuhan Saleef. Dua kapal laut bersandar di pelabuhan.

"Penjaga pantai telah mengambil alih Saleef. Mereka dan pejabat PBB telah mulai memeriksa perlengkapan di pelabuhan," kata seorang saksi mata kepada Reuters.

Baca: Pemberontak Houthi Yaman Menuju Stockholm untuk Pembicaraan Damai

Dalam perjanjian yang disepakati di Swedia akhir tahun lalu, memuat dua tahapan dari proses gencatan senjata di Yaman.

Untuk tahap pertama:

1. milisi Houthi menarik diri sejauh 5 kilometer dari pelabuhan-pelabuhan dalam tempo 4 hari ke depan.

2. Pasukan koalisi yang dipimpin Arab Saudi saat ini berada dalam jarak 4 kilometer dari pelabuhan Hodeidah di pinggiran kota, akan menarik diri sejauh 1 kilometer dari Kilo 8 dan distrik Saleh.

Tahap kedua:

Baik milisi Houthi maupun koalisi Arab Saudi harus menarik pasukannya keluar kota sejauh 18 kolometer dan menarik seluruh senjata beratnya keluar dari pelabuhan sejauh 30 kilometer.

Menurut PBB, penarikan diri Houthi dari 3 pelabuhan di Yaman sebagai langkah untuk memperluas negosisasi politik untuk mengakhiri konflik proksi antara Arab Saudi dan Iran.

Perang antara milisi Houthi dan pasukan koalisi Arab Saudi pecah di Yaman pada tahun 2015 setelah Houthi yang didukung Iran menggulingkan pemerintahan yang diakui masyarakat internasional, Abd-Rabbu Mansour Hadi.

Berita terkait

Israel Tutup Perbatasan Rafah, PBB: Bencana Kemanusiaan Jika Bantuan Tak Bisa Masuk Gaza

9 jam lalu

Israel Tutup Perbatasan Rafah, PBB: Bencana Kemanusiaan Jika Bantuan Tak Bisa Masuk Gaza

Pejabat PBB mengatakan penutupan perbatasan Rafah dan Karem Abu Salem (Kerem Shalom) merupakan "bencana besar" bagi warga Palestina di Gaza

Baca Selengkapnya

Invasi Israel di Rafah, UN Women: 700.000 Perempuan dan Anak Perempuan Palestina dalam Bahaya

11 jam lalu

Invasi Israel di Rafah, UN Women: 700.000 Perempuan dan Anak Perempuan Palestina dalam Bahaya

UN Women memperingatkan bahwa serangan darat Israel di Rafah, Gaza, akan memperburuk penderitaan 700.000 perempuan dan anak perempuan Palestina

Baca Selengkapnya

Ukraina Tolak Akui Vladimir Putin sebagai Presiden Sah Rusia

13 jam lalu

Ukraina Tolak Akui Vladimir Putin sebagai Presiden Sah Rusia

Kementerian Luar Negeri Ukraina mengatakan tidak ada dasar hukum untuk mengakui Vladimir Putin sebagai presiden Rusia yang sah.

Baca Selengkapnya

Cek Persiapan Layanan Haji, Menag Terbang ke Arab Saudi Hari ini

13 jam lalu

Cek Persiapan Layanan Haji, Menag Terbang ke Arab Saudi Hari ini

Tahun ini, Indonesia mendapat 241.000 kuota haji, terdiri atas 213.320 jemaah haji reguler dan 27.680 jemaah haji khusus.

Baca Selengkapnya

Temuan PBB tentang Kuburan Massal Gaza: Ada yang Disiksa, Ada yang Dikubur Hidup-hidup

15 jam lalu

Temuan PBB tentang Kuburan Massal Gaza: Ada yang Disiksa, Ada yang Dikubur Hidup-hidup

Para ahli PBB mendesak penjajah Zionis Israel untuk mengakhiri agresinya terhadap Gaza, dan menuntut ekspor senjata ke Israel "segera" dihentikan.

Baca Selengkapnya

Keras, Arab Saudi Ultimatum Israel Agar Tak Serang Rafah

15 jam lalu

Keras, Arab Saudi Ultimatum Israel Agar Tak Serang Rafah

Arab Saudi menekan Israel agar tak menyerang Rafah.

Baca Selengkapnya

Pengakuan Palestina sebagai Negara Berdaulat akan Jadi Pukulan Telak bagi Israel

2 hari lalu

Pengakuan Palestina sebagai Negara Berdaulat akan Jadi Pukulan Telak bagi Israel

Menteri Luar Negeri Turkiye sangat yakin pengakuan banyak negara terhadap Palestina sebagai sebuah negara akan menjadi pukulan telak bagi Israel

Baca Selengkapnya

Delegasi PBB Evakuasi Pasien dari Rumah Sakit di Gaza Utara

3 hari lalu

Delegasi PBB Evakuasi Pasien dari Rumah Sakit di Gaza Utara

Delegasi PBB mengevakuasi sejumlah pasien dan korban luka dari Rumah Sakit Kamal Adwan di Jalur Gaza utara

Baca Selengkapnya

Hamas: Netanyahu Berusaha Gagalkan Kesepakatan Gencatan Senjata di Gaza

3 hari lalu

Hamas: Netanyahu Berusaha Gagalkan Kesepakatan Gencatan Senjata di Gaza

Pejabat senior Hamas mengatakan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu berupaya menggagalkan kesepakatan gencatan senjata di Gaza.

Baca Selengkapnya

WHO: Rencana Darurat Tak Bisa Cegah Kematian jika Israel Lakukan Serangan Darat di Rafah

3 hari lalu

WHO: Rencana Darurat Tak Bisa Cegah Kematian jika Israel Lakukan Serangan Darat di Rafah

WHO mengatakan tidak ada rencana darurat yang dapat mencegah "tambahan angka kematian" di Rafah jika Israel menjalankan operasi militernya di sana.

Baca Selengkapnya