Perang Dagang, Donald Trump Naikkan Tarif Impor Barang dari Cina

Sabtu, 11 Mei 2019 13:25 WIB

Presiden AS Donald Trump berbicara kepada wartawan didampingi Wakil Presiden Mike Pence di Capitol Hill di Washington, AS, 9 Januari 2019. [REUTERS / Jim Young]

TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Amerika Serikat Donald Trump meyakinkan hubungan dagang negaranya dengan Cina akan tetap berlanjut meskipun pihaknya menaikkan tarif impor untuk barang-barang dari Negeri Tirai Bambu itu. Rencana itu diambil guna menghindari risiko terburuk jika negosiasi penyelesaian perang dagang antar kedua negara terus mandek.

Pernyataan itu disampaikan Trump tak lama setelah perundingan antara delegasi Kementerian Perdagangan Amerika Serikat Robert Lighthizer dan Menteri Keuangan Amerika Serikat Steven Mnuchin dengan Wakil Perdana Menteri Cina Lie He, berakhir.

"Dalam dua hari terakhir, Amerika Serikat dan Cina telah menggelar perundingan yang konstruktif mengenai status hubungan dagang kedua negara. Saat ini, Amerika Serika Serikat sudah menaikkan tarif impor pada Cina, dimana kenaikan tarif ini akan dicabut atau tidak tergantung pada apa yang dihormati dalam negosiasi selanjutnya !," tulis Trump dalam kicauannya, seperti dikutip dari aljazeera.com, Sabtu, 11 Mei 2019.

Baca: Perang Dagang AS-Cina, Harga Iphone hingga Nike Terancam Naik

Presiden AS Donald Trump menyampaikan pidato yang disiarkan televisi dari mejanya di Oval Office mengenai imigrasi dan perbatasan AS pada hari ke 18 penutupan pemerintahan di Gedung Putih, Washington, AS, 8 Januari 2019. [REUTERS / Carlos Barria[

Advertising
Advertising

Baca: Perang Dagang, Cina Siap Balas Kenaikan Tarif 25 Persen Trump

Pada Jumat pagi, 10 Mei 2019, Amerika Serikat menaikkan tarif impor untuk barang-barang dari Cina menjadi 25 persen dari 10 persen. Keputusan ini membuat pasar uang waswas mengingat perang dagang kedua negara sudah berlangsung selama 10 bulan. Cina diperkirakan akan membalas tindakan Amerika Serikat itu.

Trump berkeras menaikkan tarif impor dan meyakinkan pihaknya tidak terburu-buru dalam memfinalisasi sebuah kesepakatan. Perekonomian Amerika Serikat akan mendapat lebih banyak keuntungan dari retribusi ketimbang kesepakatan apapun.

Dengan naiknya impor barang dari Cina ini, maka konsumen di Amerika Serikat harus membayar harga lebih mahal dua pertiga dibanding harga produk Amerika Serikat.
Ekonom dan konsultan industri mengatakan kenaikan tarif impor ini akan dirasakan oleh masyarakat Amerika Serikat dalam tiga sampai empat bulan ke depan. Para peritel pun tak punya pilihan lain selain menaikkan harga demi menutup kenaikan biaya impor.

Berita terkait

Bahlil Bantah Cina Kuasai Investasi di Indonesia, Ini Faktanya

7 jam lalu

Bahlil Bantah Cina Kuasai Investasi di Indonesia, Ini Faktanya

Menteri Bahlil membantah investasi di Indonesia selama ini dikuasai oleh Cina, karena pemodal terbesar justru Singapura.

Baca Selengkapnya

Segera Hadir di Subang Smartpolitan, Berikut Profil BYD Perusahaan Kendaraan Listrik

11 jam lalu

Segera Hadir di Subang Smartpolitan, Berikut Profil BYD Perusahaan Kendaraan Listrik

Keputusan mendirikan pabrik kendaraan listrik di Subang Smartpolitan menunjukkan komitmen BYD dalam mendukung mobilitas berkelanjutan di Indonesia.

Baca Selengkapnya

Jalan Raya di Cina Ambles, Sedikitnya 48 Orang Tewas

11 jam lalu

Jalan Raya di Cina Ambles, Sedikitnya 48 Orang Tewas

Korban tewas akibat amblesnya jalan raya di Cina selatan telah meningkat menjadi 48 orang

Baca Selengkapnya

Hasil Piala Uber 2024: Tim Bulu Tangkis Putri Cina dan Jepang Bakal Duel di Semifinal

12 jam lalu

Hasil Piala Uber 2024: Tim Bulu Tangkis Putri Cina dan Jepang Bakal Duel di Semifinal

Tim bulu tangkis putri Cina dan Jepang melenggang mulus ke semifinal Uber Cup atau Piala Uber 2024.

Baca Selengkapnya

Filipina Salahkan Beijing karena Memancing Ketegangan di Laut Cina Selatan

1 hari lalu

Filipina Salahkan Beijing karena Memancing Ketegangan di Laut Cina Selatan

Manila menuduh penjaga pantai Cina telah memancing naiknya ketegangan di Laut Cina Selatan setelah dua kapalnya rusak ditembak meriam air

Baca Selengkapnya

Survei: 58 Persen Responden Percaya Beijing Gunakan TikTok untuk Pengaruhi Opini Warga Amerika Serikat

1 hari lalu

Survei: 58 Persen Responden Percaya Beijing Gunakan TikTok untuk Pengaruhi Opini Warga Amerika Serikat

Jajak pendapat yang dilakukan Reuters/Ipsos mengungkap 58 persen responden percaya Beijing menggunakan TikTok untuk mempengaruhi opini warga Amerika.

Baca Selengkapnya

EHang Lebih Dekat Lagi ke Operasional Taksi Terbang Komersial di Cina

1 hari lalu

EHang Lebih Dekat Lagi ke Operasional Taksi Terbang Komersial di Cina

EHang raih sertifikat produksi untuk bakal taksi terbang EH216-S. Yang pertama di industri eVTOL dunia.

Baca Selengkapnya

Marak WNI Jadi Korban Penipuan Berkedok Pengantin di Cina, KBRI Ungkap Modusnya

2 hari lalu

Marak WNI Jadi Korban Penipuan Berkedok Pengantin di Cina, KBRI Ungkap Modusnya

Banyak WNI yang diiming-imingi menjadi pengantin di Cina dengan mas kawin puluhan juta. Tak semuanya beruntung.

Baca Selengkapnya

Terpopuler Bisnis: Zulhas Ungkap Asal Mula Ditemukannya Baja Ilegal, Promo Gajian hingga Sindiran Komikus Jepang

3 hari lalu

Terpopuler Bisnis: Zulhas Ungkap Asal Mula Ditemukannya Baja Ilegal, Promo Gajian hingga Sindiran Komikus Jepang

Zulkifli Hasan mengungkap asal mula ditemukannya baja ilegal produksi pabrik milik Cina.

Baca Selengkapnya

Kisah Besi Beton 'Banci' Produksi Investor Asal Cina yang Disidak Zulhas

4 hari lalu

Kisah Besi Beton 'Banci' Produksi Investor Asal Cina yang Disidak Zulhas

Mendag Zulkifli Hasan menginspeksi mendadak sebuah pabrik baja milik investor Cina yang meproduksi baja ilegal tidak sesuai SNI.

Baca Selengkapnya