Hacker Cina Diduga Gunakan Alat Peretas NSA Amerika

Reporter

Tempo.co

Editor

Budi Riza

Rabu, 8 Mei 2019 08:21 WIB

Ilustrasi Hacker. REUTERS

TEMPO.CO, New York – Peretas atau hacker asal Cina diduga memperoleh dan menggunakan peralatan peretas buatan Lembaga Keamanan Nasional AS atau National Security Agency - NSA pada 2016.

Baca:

Perusahaan keamanan internet Symantec mengklaim sebuah grup peretas Cina, yang berasosiasi dengan lembaga intelijen pemerintah Cina, melakukan kampanye peretasan menggunakan alat yang diketahui hanya dimiliki NSA.

Symantec tidak menyebut nama-nama lembaga dalam laporannya itu. Tapi grup asal Cina yang menjadi sorotan adalah perpanjangan alat dari Kementerian Keamanan Cina di Guangzhou.

Advertising
Advertising

“Saat mereka beraksi, mereka cukup berisik. Mereka mengincar banyak target,” kata Eric Chien, seorang peneliti di Symantec kepada CNN pada Selasa, 7 Mei 2019.

Baca:

Grup peretas binaan pemerintah Cina dikenal sebagai peretas yang andal secara global. Tapi tampaknya mereka jarang menggunakan alat peretas NSA itu.

Kelompok di Guanzhou tadi menghilang dari radar setelah kementerian Kehakiman AS mengenakan dakwaan hukum kepada anggotanya pada 2017.

“Jumlah target yang kami bisa temukan selama ini yang terkena serangan siber ini sangat jarang. Mereka melihatnya sebagai bernilai tinggi dan tidak ingin mengunakannya di mana pun,” kata Chien.

Baca:

Temuan ini terkait dengan episode yang aneh dal sejarah NSA baru-baru ini. Pada 2016, sebuah kelompok yang menamakan dirinya Shadow Brokers tampil online pada 2016 dan mulai membocorkan peralatan atau piranti lunak milik NSA.

Pada April 2017, kelompok ini mengunggah peralatan NSA yang paling kuat. Ini termasuk exploit Windows, yang digunakan oleh lembaga intelijen Korea Utara dan Rusia untuk menciptakan program ransomware dalam sejarah dan menimbulkan kecaman dunia.

Tapi, Symantec menemukan varian lain dari peralatan NSA yang digunakan peretas Cina. “Belum jelas bagaimana alat itu sampai dimiliki peretas Cina,” begitu dilansir CNN. NSA tidak menanggapi permintaan konfirmasi soal ini.

Baca:

“Kita berada di tempat yang suram. Laporan itu menimbulkan banyak pertanyaan tak terjawab,” kata John Huquist, direktur Intelijen FireEye, yang merupakan perusahaan yang melacak peretas Cina.

CBS melansir temuan Symantec ini juga menyatakan senjata siber digunakan setidaknya setahun sebelum kebocoran massal oleh kelompok Shadow Broker.

“Ini menunjukkan para peretas Cina mendapatkan akses ke senjata siber ini lebih awal dengan cara yang lain,” begitu dilansir CBS News.

Menanggapi tuduhan peretasnya menggunakan alat NSA, juru bicara kementerian Luar Negeri Cina, Geng Shuang, mengatakan,”Orang-orang yang mengkritik dan menuduh kami tidak pernah menunjukkan bukti kongkrit.”

Pada pekan lalu, Pentago merilis laporan ke Kongres yang menuding Cina menggunakan espionase peretasan untuk mencuri berbagai teknologi canggih untuk kepentingan militer.

Cina menggunakan berbagai metode untuk mendapatkan teknologi militer asing dan teknologi untuk dua manfaat, termasuk menarget investasi asing langsung, pencurian siber, eksploitasi warga negara Cina yang memiliki akses ke teknologi canggih, menggunakan jaringan intelijen, instrusi komputer, dan tindakan ilegal lainnya,” begitu isi laporan dari kementerian Pertahanan.

Berita terkait

Top 3 Dunia: Daftar Orang Terkaya di Singapura dan Korsel, Cina Diminta Bantu Negara Miskin

1 jam lalu

Top 3 Dunia: Daftar Orang Terkaya di Singapura dan Korsel, Cina Diminta Bantu Negara Miskin

Top 3 dunia kemarin adalah daftar konglomerat Singapura dan Korsel yang masuk daftar Forbes hingga Cina diminta membantu negara miskin dari utang.

Baca Selengkapnya

Membawa Kuliner Sichuan ke Jakarta

6 jam lalu

Membawa Kuliner Sichuan ke Jakarta

Menikmati kuliner hotpot dan bbq dari Sichuan, Cina

Baca Selengkapnya

Cina Minta Israel Berhenti Menyerang Rafah

14 jam lalu

Cina Minta Israel Berhenti Menyerang Rafah

Beijing menyerukan kepada Israel untuk mendengarkan seruan besar masyarakat internasional, dengan berhenti menyerang Rafah

Baca Selengkapnya

Cina Perpanjang Kebijakan Bebas Visa ke 12 Negara Usai Xi Jinping Lawatan ke Prancis

15 jam lalu

Cina Perpanjang Kebijakan Bebas Visa ke 12 Negara Usai Xi Jinping Lawatan ke Prancis

Cina memperpanjang kebijakan bebas visa untuk 12 negara di Eropa dan Asia setelah kunjungan kerja Presiden Xi Jinping ke Prancis

Baca Selengkapnya

Jangan Coba Kasih Tip ke Staf Hotel atau Restoran di Dua Negara Ini, Bisa Dianggap Tak Sopan

20 jam lalu

Jangan Coba Kasih Tip ke Staf Hotel atau Restoran di Dua Negara Ini, Bisa Dianggap Tak Sopan

Layanan kepada pelanggan di restoran dipandang sebagai bagian dari makanan yang telah dibayar, jadi tak mengharapkan tip.

Baca Selengkapnya

Jerman Minta Cina Bantu Negara-Negara Miskin yang Terjebak Utang

1 hari lalu

Jerman Minta Cina Bantu Negara-Negara Miskin yang Terjebak Utang

Kanselir Jerman Olaf Scholz meminta Cina memainkan peran lebih besar dalam membantu negara-negara miskin yang terjebak utang.

Baca Selengkapnya

Jokowi Sebut Impor Produk Elektronik Bikin Defisit hingga Rp 30 Triliun Lebih

1 hari lalu

Jokowi Sebut Impor Produk Elektronik Bikin Defisit hingga Rp 30 Triliun Lebih

Jokowi menyayangkan perangkat teknologi dan alat komunikasi yang digunakan di Tanah Air saat ini masih didominasi oleh barang-barang impor.

Baca Selengkapnya

10 Negara dengan Jumah Penduduk Terbanyak di Dunia

2 hari lalu

10 Negara dengan Jumah Penduduk Terbanyak di Dunia

Dilansir dari World Population by Country, ada 10 negara dengan jumlah penduduk terbanyak di dunia. Indonesia termasuk ke dalam 5 besar.

Baca Selengkapnya

Xiaomi 15 Diperkirakan Rilis Oktober Seperti Halnya Xiaomi 14 Tahun Lalu

2 hari lalu

Xiaomi 15 Diperkirakan Rilis Oktober Seperti Halnya Xiaomi 14 Tahun Lalu

Analis teknologi memperkirakan Xiaomi 15 bakal menyerupai generasi sebelumnya ihwal jadwal rilis dan tenggat distribusi.

Baca Selengkapnya

Faisal Basri Sebut Industri Nikel Merugikan Indonesia, Perkirakan 90 Persen Keuntungan Dinikmati Cina

2 hari lalu

Faisal Basri Sebut Industri Nikel Merugikan Indonesia, Perkirakan 90 Persen Keuntungan Dinikmati Cina

Faisal Basri menyebut industrialisasi nikel lebih memberikan keuntungan kepada investor asing tanpa memerhatikan kerugian bagi Indonesia

Baca Selengkapnya