Polisi Sebut Identifikasi Korban Teror di Selandia Baru Selesai
Kamis, 21 Maret 2019 13:29 WIB
TEMPO.CO, Christchurch – Polisi mengatakan telah mengidentifikasi 50 korban penembakan di dua masjid pada Jumat pekan lalu dalam serangan teror di Selandia Baru.
Baca:
PM Ardern Temui Siswa Pasca Serangan Teror di Selandia Baru
Anggota keluarga bisa mulai menguburkan para korban. Pada Rabu, ada enam jenazah yang telah dikuburkan di Memorial Park Cemetery. Ini termasuk seorang WNI bernama Lilik Abdul Hamid, yang berprofesi sebagai insinyur pesawat terbang.
“Saya bisa katakan beberapa menit lalu proses identifikasi terhadap 50 orang korban telah selesai dan semua anggota keluarga terdekat telah diberitahu,” kata Mike Bush, kepala polisi Selandia Baru seperti dilansir Channel News Asia pada Kamis, 21 Maret 2019.
Serangan teror di Selandia Baru ini, yang tercatat sebagai tindak kekerasan terburuk dalam sejarah negeri Kiwi, menyasar jamaah salat Jumat di dua masjid di Kota Christchurch yaitu masjid Al Noor dan masjid Linwood.
Baca:
Para korban merupakan imigran dari berbagai negara seperti Malaysia, Indonesia, Somalia, Turki, Afganistan, Bangladesh, India, Pakistan dan Suriah.
Pelaku bernama Brenton Harrison Tarrant, 28 tahun, asal Kota Grafton, New South Wales, Australia. Dia telah tinggal selama dua – tiga tahun di Kota Dunedin, Selandia Baru. Sekitar 3 bulan lalu, Tarrant mengatakan telah memutuskan untuk melakukan serangan teror itu.
Baca:
PM Ardern Temui Siswa Pasca Serangan Teror di Selandia Baru
Dalam manifestonya, seperti dilansir News, Tarrant mengaku serangan teror itu dilakukan untuk mengurangi jumlah imigran dan Musim, yang menurutnya membanjiri wilayah negara-negara Eropa. Dia juga menyiarkan serangan itu lewat tayangan langsung menggunakan sosial media Facebook.
Baca:
Perdana Menteri Selandia Baru, Jacinda Ardern, seperti dilansir Whtc, mengatakan pemerintah akan mengubah undang-undang senjata dengan mencantumkan larangan penjualan senjata semi-otomatis, yang digunakan dalam pembunuhan massal itu. Polisi mengatakan Tarrant menggunakan AR-15 sebagai senjata andalannya selain shotgun dalam serangan terhadap jamaah salat Jumat. Dia diduga merupakan pendukung kelompok supremasi kulit putih, yang bersikap anti-imigran dan kulit berwarna.