Amerika Tuding Peretas Cina Curi Informasi Anggota Militer

Reporter

Tempo.co

Editor

Budi Riza

Jumat, 21 Desember 2018 16:55 WIB

Ilustrasi hacker sedang menjual identitas digital di dalam dark web. mic.com

TEMPO.CO, Washington – Deputi Jaksa Agung Amerika Serikat, Rod Rosenstein, mengatakan peretas dari Cina juga mengincar lembaga militer negara itu.

Baca:

Peretas asal Cina Bobol 45 Perusahaan dan Lembaga Amerika

Kelompok peretas yang disebut sebagai Advanced Persistent Threat 10 atau APT10 ini menyasar militer AS termasuk Angkatan Laut untuk mencuri identitas pasukan seperti nama, nomor keamanan sosial, tanggal lahir, gaji, nomor telepon pribadi, dan alamat email dari sekitar 100 ribu lebih anggota.

Advertising
Advertising

“Ini adalah pencurian dan kecurangan terang-terangan dan ini memberi Cina keuntungan tidak adil atas bisnis dan negara yang mengikuti aturan internasional untuk mendapatkan privelese dalam sistem ekonomi dunia,” kata Rosenstein dalam jumpa pers seperti dilansir CNN pada Kamis, 21 Desember 2018.

Rosenstein mengatakan pemerintah Cina tidak bisa lagi berpura-pura tidak menyadari adanya kampanye serangan siber dari negaranya untuk mencuri berbagai rahasia bisnis. Dia menyebut tindakan Cina ini sebagai agresi ekonomi.

Baca:

“Kami tahu apa yang Cina lakukan. Kami tahu mengapa mereka melakukan itu. Dan kami juga tahu siapa yang duduk di depan layar komputer,” kata dia.

Soal ini, pemerintah Cina menolak tudingan AS dan menyebutnya sebagai fakta yang dibuat-buat. Pemerintah Cina menyebut tudingan itu bersifat jahat.

“Cina secara tegas menjaga keamanan siber, selalu menolak dan menangani semua bentuk pencurian siber,” kata Hua Chunying, juru bicara kementerian Luar Negeri Cina seperti dilansir CNN.

Baca:

“Pemerintah Cina tidak pernah berpartisipasi atau mendukung pencurian rahasia dagang.”

Media Zdnet melansir dua orang warga negara Cina terlibat dalam peretasan global ini, yang menyasar setidaknya 45 perusahaan dan lembaga pemerintah AS.

Kelompok peretas ini memiliki sejumlah alias yaitu APT10, Red Apollo, CVNX, Stone Panda, Potassium, dan MenuPass.

Menurut dokumen pengadilan, serangan peretasan ini terjadi sejak 2006, dan melibatkan APT10. Mereka menggunakan teknik yang disebut pancingan spear-phising untuk mengumpulkan sejumlah kredensial atau informasi identitas resmi dari sejumla pegawai di sejumlah perusahaan.

Baca:

Mereka menggunakan kredensial ini untuk menanam malware dalam jaringan server perusahaan, yang kemudia digunakan untuk mencuri data rahasia perusahaan berjumlah gigabita.

Para peretas lalu mengincar perusahaan penyedia jasa layanan awan atau managed service provider, yang melayani perusahaan target.

Para peretas lalu mencuri data dari para klien dan menggunakan data-data ini untuk memasuki jaringan teknologi informasi dari sejumlah perusahaan teknologi terkenal.

Operasi peretasan global ini telah didokumentasikan pada 2017 oleh lembaga PwC dan BAE System dan disebut sebagai Operation Cloud Hopper.

Kementerian Kehakiman AS juga menyebut dua tersangka peretas dan anggota tim APT10 juga berhasil menjebol server komputer di NASA Gooddard Space Center dan Jet Propulsion Laboratory, Departemen Energi AS, Lawrence Berkeley National Laboratory, dan Angkatan Laut. “Peretas mencuri sekitar 100 ribu data personel dari AL,” begitu dilansir Zdnet.

Lewat dakwaan ini, kementerian Kehakiman AS menuduh pemerintah Cina terlibat langsung dalam serangan APT10, yang diorganisir oleh Kementerian Keamanan Negara cabang provinsi Tianjin.

Berita terkait

Bahlil Bantah Cina Kuasai Investasi di Indonesia, Ini Faktanya

6 jam lalu

Bahlil Bantah Cina Kuasai Investasi di Indonesia, Ini Faktanya

Menteri Bahlil membantah investasi di Indonesia selama ini dikuasai oleh Cina, karena pemodal terbesar justru Singapura.

Baca Selengkapnya

Segera Hadir di Subang Smartpolitan, Berikut Profil BYD Perusahaan Kendaraan Listrik

10 jam lalu

Segera Hadir di Subang Smartpolitan, Berikut Profil BYD Perusahaan Kendaraan Listrik

Keputusan mendirikan pabrik kendaraan listrik di Subang Smartpolitan menunjukkan komitmen BYD dalam mendukung mobilitas berkelanjutan di Indonesia.

Baca Selengkapnya

Jalan Raya di Cina Ambles, Sedikitnya 48 Orang Tewas

10 jam lalu

Jalan Raya di Cina Ambles, Sedikitnya 48 Orang Tewas

Korban tewas akibat amblesnya jalan raya di Cina selatan telah meningkat menjadi 48 orang

Baca Selengkapnya

Hasil Piala Uber 2024: Tim Bulu Tangkis Putri Cina dan Jepang Bakal Duel di Semifinal

11 jam lalu

Hasil Piala Uber 2024: Tim Bulu Tangkis Putri Cina dan Jepang Bakal Duel di Semifinal

Tim bulu tangkis putri Cina dan Jepang melenggang mulus ke semifinal Uber Cup atau Piala Uber 2024.

Baca Selengkapnya

Filipina Salahkan Beijing karena Memancing Ketegangan di Laut Cina Selatan

1 hari lalu

Filipina Salahkan Beijing karena Memancing Ketegangan di Laut Cina Selatan

Manila menuduh penjaga pantai Cina telah memancing naiknya ketegangan di Laut Cina Selatan setelah dua kapalnya rusak ditembak meriam air

Baca Selengkapnya

Survei: 58 Persen Responden Percaya Beijing Gunakan TikTok untuk Pengaruhi Opini Warga Amerika Serikat

1 hari lalu

Survei: 58 Persen Responden Percaya Beijing Gunakan TikTok untuk Pengaruhi Opini Warga Amerika Serikat

Jajak pendapat yang dilakukan Reuters/Ipsos mengungkap 58 persen responden percaya Beijing menggunakan TikTok untuk mempengaruhi opini warga Amerika.

Baca Selengkapnya

75 Tahun Hubungan Diplomatik, India dan Indonesia Adakan Pameran dan Seminar Industri Pertahanan

1 hari lalu

75 Tahun Hubungan Diplomatik, India dan Indonesia Adakan Pameran dan Seminar Industri Pertahanan

Pameran sekaligus seminar Industri Pertahanan ini dalam rangka peringatan 75 tahun hubungan diplomatik India-Indonesia.

Baca Selengkapnya

EHang Lebih Dekat Lagi ke Operasional Taksi Terbang Komersial di Cina

1 hari lalu

EHang Lebih Dekat Lagi ke Operasional Taksi Terbang Komersial di Cina

EHang raih sertifikat produksi untuk bakal taksi terbang EH216-S. Yang pertama di industri eVTOL dunia.

Baca Selengkapnya

Marak WNI Jadi Korban Penipuan Berkedok Pengantin di Cina, KBRI Ungkap Modusnya

2 hari lalu

Marak WNI Jadi Korban Penipuan Berkedok Pengantin di Cina, KBRI Ungkap Modusnya

Banyak WNI yang diiming-imingi menjadi pengantin di Cina dengan mas kawin puluhan juta. Tak semuanya beruntung.

Baca Selengkapnya

5 Fakta Demo Bela Palestina di Amerika, Kandidat Presiden Ditangkap hingga Boikot Akademis

2 hari lalu

5 Fakta Demo Bela Palestina di Amerika, Kandidat Presiden Ditangkap hingga Boikot Akademis

Demo bela Palestina di sejumlah kampus Amerika menimbulkan sejumlah dampak.

Baca Selengkapnya