TEMPO Interaktif, Karachi: Presiden Pakistan Pervez Musharraf kembali menghadapi desakan untuk mundur setelah bom meledak di kota pelabuhan yang padat, Karachi, dan sejumlah tempat lainnya."Penguasa harus mengakui kekagagalannya dan mundur," kata Raja Zafar-ul Haq, ketua partai oposisi Liga Muslim Pakistan-Nawaz, partai pimpinan mantan perdana menteri Nawaz Sharif, hari ini.Kemarin malam sebuah bom meledak di Karachi dan membunuh sedikitnya 10 orang, termasuk tiga anak-anak, dan mencederai 50 orang lainnya.Dua bom lain juga meledak pada hari yang sama. Satu meledak di kantor panitia pemilihan umum milik sebuah partai nasionalis di Peshawar dan melukai satu orang. Bom ketiga meledak di sebuah tempat terbuka di Hub, yang berbatasan dengan Karachi, tapi tak menimbulkan kerusakan atau korban.Sejumlah pejabat pemerintah mengatakan pertumpahan darah itu dimaksudkan untuk memaksa pemerintah menunda kembali pemilihan umum, yang direncanakan berlangsung pada 18 Februari setelah tertunda karena terjadinya pembunuhan terhadap tokoh oposisi Benazir Bhutto.Rashid Qureshi, juru bicara Musharraf, mengatakan pemilihan umum tak akan berubah lagi meskipun ada teror bom. "Tak akan ada perubahan dalam jadwal untuk pemilihan umum mendatang dan semua spekulasi soal perubahan itu tidak benar," katanya mengutip pernyataan sang presiden di Provinsi Sindh.| AFP | AP | THE NEWS | IWANK