Kisah Perempuan Afganistan Perjuangkan Hak Kaum Difabel

Reporter

Tempo.co

Rabu, 17 Oktober 2018 14:30 WIB

Nilofar Bayat, 24 tahun, atlit basket difabel. Sumber: TEMPO/Suci Sekarwati

TEMPO.CO, Jakarta - Nilofar Bayat, 24 tahun, tak bisa lagi mengingat detail kejadian saat kelompok radikal Taliban di Afganistan meledakkan bom yang meremukkan kakinya. Yang dia tahu, peristiwa itu telah membuatnya cacat seumur hidup.

“Saya terluka dalam sebuah serangan bom di kota Kabul, Afganistan. Usia saya waktu itu 2,5 tahun, usia yang masih sangat kecil,” kata Bayat.

Dia menceritakan keterbatasan fisik ini telah membuatnya sempat menarik diri dari pergaulan. Dia bahkan pernah berada di titik tak mau menampakkan diri pada siapapun karena malu dengan kondisi fisiknya. Namun perlahan, hidup Bayat mengalami perubahan saat dia berkenalan dengan dunia olahraga, khususnya basket.

Baca: Cara Keluarga Menghadapi Penyandang Disabilitas Baru

“Keterbatasan fisik ternyata tidak membatasi saya sama sekali. Saya cacat tetapi saya bisa melakukan banyak hal, hanya saja caranya memang berbeda. Saat saya bermain basket, saya merasa sangat bahagia. Olahraga ini telah membuat saya punya tujuan hidup. Saya ingin menunjukkan pada semua orang meski kami memiliki keterbatasan secara fisik, tetapi kami kuat,” kata Bayat kepada Tempo, 5 Oktober 2018.

Advertising
Advertising

Bayat boleh dibilang perempuan tangguh. Pasalnya, budaya Afganistan masih melihat perempuan dan kaum difabel menggeluti dunia olahraga sebagai hal yang tak lazim.

Diakui Bayat, banyak orang mencemooh dengan keterbatasan fisiknya dan gender, yang dari kacamata budaya seharusnya berada di rumah. Butuh kerja keras untuk meyakinkan keluarga agar Bayat diizinkan bermain basket untuk kaum difabel.

Baca: Angkutan Umum di Ibu Kota Tak Ramah bagi Kaum Difabel

“Menggeluti olahraga bagi perempuan sangat penting mendapat dukungan keluarga. Saya didukung oleh ayah. Ibu juga akhirnya mendukung setelah saya bisa pulang bertanding di luar negeri dan pulang membawa medali. Ibu mengatakan tak menyangka saya sangat kuat. Ibu akhirnya bangga dengan saya. Sekarang pun seluruh keluarga besar mendukung saya. Saya tak peduli dengan omongan tetangga, saya hanya fokus lakukan yang terbaik,” kata Bayat, yang datang ke Jakarta bersama timnya untuk bertanding di Asian Para Games 2018 lalu.

Bayat, yang sudah menggeluti basket selama lima tahun, saat ini menjabat sebagai tim kapten nasional basket perempuan kursi roda Afganistan. Jabatan ini disebutnya sebagai tanggung jawab untuk membawa timnya menuju kemenangan, sebuah tugas berat di tengah keterbatasan fasilitas mengingat Afganistan masih menyimpan banyak masalah.

Namun di bawah tanggung jawab ini pula, Bayat ingin menyebarkan gagasan terkait apa yang dilakukan perempuan lain di dunia. Bagaimana perempuan di luar Afganistan meningkatkan kapasitas diri, memiliki kesetaraan hak dan bagaimana mereka berkarya di masyarakat.

Dia sangat ingin menyuarakan bahwa perempuan Afganistan kuat dan bisa melakukan apapun yang ingin dilakukan, termasuk kaum difabel yang memiliki hak sama dengan orang normal pada umumnya.

"Afganistan masih diselimuti banyak permasalahan. Perempuan masih sulit keluar rumah untuk beraktivitas dan berolahraga. Namun saya melihat ada perubahan di Afganistan," ujarnya.

Pemerintah Afganistan disebut Bayat telah mendukung kaum difabel di sektor olahraga, walau uang anggarannya masih sangat sedikit. Turnamen untuk kaum difabel pun mulai diadakan, mesti tergantung pada situasi keamanan.

Berita terkait

Dari UTBK Hari Pertama: Peserta Datang Tak Sampai 100 Persen, 7 Dicoret dari Layanan Disabilitas

1 hari lalu

Dari UTBK Hari Pertama: Peserta Datang Tak Sampai 100 Persen, 7 Dicoret dari Layanan Disabilitas

Sebanyak 1.700 peserta tercatat mengikuti UTBK-SNBT 2024 pada hari pertama di Universitas Jember, Selasa 30 April 2024

Baca Selengkapnya

Australia dan Indonesia Dukung Perempuan dalam Peradilan

1 hari lalu

Australia dan Indonesia Dukung Perempuan dalam Peradilan

Mahkamah Agung Indonesia saat ini memiliki representasi perempuan tertinggi di antara lembaga penegak hukum di Indonesia.

Baca Selengkapnya

Memahami Pentingnya Kesetaraan Lewat Lomba Lari

3 hari lalu

Memahami Pentingnya Kesetaraan Lewat Lomba Lari

Plan Indonesia dan YPAC mengingatkan masyarakat soal isu kesetaraan melalui lomba lari bertajuk 'Run for Equality'.

Baca Selengkapnya

Pentingnya Peran Perempuan Dalam Keluarga dan Dunia Profesional

3 hari lalu

Pentingnya Peran Perempuan Dalam Keluarga dan Dunia Profesional

Refleksi terhadap dinamika peran perempuan dalam berbagai aspek kehidupan dalam memperingati Hari Kartini.

Baca Selengkapnya

Influencer TikTok Perempuan Irak Ditembak Mati

4 hari lalu

Influencer TikTok Perempuan Irak Ditembak Mati

Seorang pria bersenjata yang mengendarai sepeda motor menembak mati seorang influencer media sosial perempuan terkenal Irak

Baca Selengkapnya

Maknai Semangat RA Kartini, Ini Kelebihan Perempuan di Industri Garmen

5 hari lalu

Maknai Semangat RA Kartini, Ini Kelebihan Perempuan di Industri Garmen

Keahlian perempuan memberikan keuntungan sendiri khususnya di unit bisnis garmen J99 Corp.

Baca Selengkapnya

Prabowo Terima Telepon Menteri Pertahanan AS, Berikut Profil Lloyd Austin

5 hari lalu

Prabowo Terima Telepon Menteri Pertahanan AS, Berikut Profil Lloyd Austin

Presiden terpilih Prabowo Subianto menerima telepon dari Menhan AS. Berikut jenjang karier dan profil Lloyd Austin.

Baca Selengkapnya

70 Persen dari Ribuan Korban Jiwa di Gaza adalah Perempuan

6 hari lalu

70 Persen dari Ribuan Korban Jiwa di Gaza adalah Perempuan

ActionAid mencatat setidaknya 70 persen dari ribuan korban jiwa di Gaza adalah perempuan dan anak perempuan.

Baca Selengkapnya

Lifecare Taxi Terbaru dari Bluebird untuk Layani Difabel dan Lansia, Pakai Toyota Voxy

6 hari lalu

Lifecare Taxi Terbaru dari Bluebird untuk Layani Difabel dan Lansia, Pakai Toyota Voxy

Bluebird meluncurkan layanan Lifecare Taxi untuk menunjang kebutuhan penyandang disabilitas dan lansia.

Baca Selengkapnya

DPR Arizona Loloskan Pencabutan Undang-undang Larangan Aborsi

6 hari lalu

DPR Arizona Loloskan Pencabutan Undang-undang Larangan Aborsi

DPR Arizona lewat pemungutan suara memutuskan mencabut undang-undang larangan aborsi 1864, yang dianggap benar-benar total melarang aborsi.

Baca Selengkapnya