Paus Fransiskus Tahbiskan 2 Imam Oposisi Gereja Jadi Orang Suci
Reporter
Non Koresponden
Editor
Maria Rita Hasugian
Senin, 15 Oktober 2018 17:55 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Paus Fransiskus mengangkat dua imam yang paling diperdebatkan pada abad 20 sebagai orang suci atau santa, yakni Uskup Agung Oscar Romero dan Paus Paulus VI yang memerintah salah satu era paling bergolak di Gereja dan mengabadikan perlawanannya terhadap kontrasepsi.
Dalam sebuah upacara di hadapan puluhan ribu orang di Alun-Alun Santo Petrus, pada hari Minggu, 14 Oktober 2018, Paus Fransiscus mengumumkan dua orang kudus bersama dengan lima orang yang kurang dikenal lainnya yang lahir di Italia, Jerman, dan Spanyol pada abad ke-18 dan ke-19.
Baca: Paus Fransiskus Beri Gelar Orang Suci untuk Dua Gembala Portugis
Romero yang ditembak saat mengucapkan Misa pada tahun 1980 dan Paul yang menjalankan reformasi Gereja yang diputuskan Dewan Vatikan II tahun 1962-65 merupakan sosok yang ditolak di dalam dan di luar Gereja.
Keduanya secara alamiah adalah orang-orang yang terdorong ke garis depan sejarah oleh karena perubahan sosial dan politik yang kejam pada abad ke-20 dan keduanya memiliki pengaruh yang kuat untuk Paus Fransiskus, paus pertama dari Amerika Latin.
Baca: Paus Fransiskus Tahbiskan 2 Suster Palestina Jadi Orang Suci
Dalam pengajaran dan bacaannya yang bertajuk permadani gambar tujuh orang kudus baru yang bergelantungan di Basilika Santo Petrus di belakangnya, pemimpin umat Katolik sedunia ini menyebut Paus Paulus seorang nabi dari Gereja yang ekstrovert yang membukanya bagi dunia.
Paus Fransiskus memuji Romero karena mengabaikan hidupnya sendiri untuk menjadi dekat dengan orang miskin dan para pengikutnya.
Baca: Paus Fransiskus Nobatkan Bunda Teresa sebagai Orang Suci
“Kemartirannya berlanjut bahkan setelah kematiannya. Romero difitnah bahkan oleh saudara-saudaranya sendiri dalam imamat dan keuskupan. Romero dilempari batu paling keras yang ada di dunia: lidah," kata Paus Fransiskus pada tahun 2015.
Paus Fransiskus sering mengutip Paulus, menunjukkan bahwa ia berkomitmen terhadap reformasi Dewan, yang memungkinkan Misa untuk dilaksanakan dalam bahasa lokal, bukan bahasa Latin, menyatakan penghormatan terhadap agama-agama lain, dan meluncurkan rekonsiliasi bersejarah dengan orang Yahudi.