Kasus Jamal Khashoggi, Kontrak Senjata AS ke Arab Saudi Terancam

Sabtu, 13 Oktober 2018 18:00 WIB

Presiden Amerika Serikat Donald Trump memegang grafik penjualan perangkat keras militer saat berbincang dengan Putra Mahkota Arab Saudi, Mohammed bin Salman di Gedung Putih, Washington, Amerika Serikat, 20 Maret 2018. (AP Photo/Evan Vucci)

TEMPO.CO, Jakarta - Kontraktor militer besar Amerika Serikat khawatir parlemen akan memblokir kesepakatan senjata dengan Arab Saudi atas kasus hilangnya jurnalis Jamal Khashoggi di Turki.

Laporan Turki bahwa jurnalis Jamal Khashoggi, seorang kritikus vokal Kerajaan Saudi, tewas di dalam konsulat Arab Saudi di Istanbul dan membuat Kongres AS membekukan penjualan senjata ke Arab Saudi. Hilangnya Jamal Khashoggi menambah kemarahan mayoritas anggota parlemen setelah peran Arab Saudi di Perang sipil Yaman.

Arab Saudi menolak tuduhan di Turki sebagai tidak berdasar.

Baca: Turki: Ada Bukti Jamal Khashoggi Dibunuh di Konsulat Saudi

Dilaporkan Reuters, 13 Oktober 2018, Presiden Donald Trump mengatakan dirinya khawatir jika menghentikan penjualan senjata ke Arab Saudi karena kasus Jamal Khashoggi, hanya akan mengalihkan pembelian senjata Arab Saudi ke Rusia dan Cina.

Advertising
Advertising

Jamal Khashoggi, 59 tahun, wartawan asal Arab Saudi, hilang di kantor konsulat jenderal Arab Saudi di Istanbul, Turki. Sumber : AP/trtworld.com

Donald Trump tahun lalu mengumumkan penjualan paket senjata senilai 110 miliar dolar AS atau Rp 1.670 triliun ke Arab Saudi, dan telah menjadi pusat perhatian karena Trump telah melangkah lebih jauh daripada pendahulunya dalam kebijakan ekspor senjata.

Namun kritik mengungkapkan pendekatan lebih memberi tempat untuk kepentingan bisnis daripada masalah hak asasi manusia.

Baca: Turki Sebut Arab Saudi Kirim Tim Pembunuh Incar Jamal Khashoggi

Pejabat senior AS menolak untuk mengidentifikasi perusahaan yang telah menyampaikan kekhawatiran kepada pemerintah atas kesepakatan senjata Arab Saudi.

Lockheed Martin dan Raytheon telah menjadi perusahaan pertahanan AS yang paling aktif dengan penjualan potensial ke Arab Saudi sejak Trump mengumumkan paket senjata sebagai bagian dari agenda "Buy American" untuk menciptakan lapangan kerja dalam negeri.

Logo Lockheed Martin. REUTERS/Peter Nicholls

Di Kongres, Partai Demokrat dan Republik sama-sama khawatir dengan menghilangnya Jamal Khashoggi, yang merupakan warga AS yang menulis kolom untuk Washington Post.

Baca: Kasus Jamal Khashoggi, Turki dan Arab Saudi Bentuk Tim Bersama

Jamal Khashoggi memasuki konsulat Arab Saudi pada 2 Oktober untuk mengumpulkan mengurus dokumen pernikahan yang direncanakannya. Para pejabat Arab Saudi mengatakan Jamal Khashoggi meninggalkan gedung konsulat tak lama setelahnya, tetapi tunangannya seorang warga Turki, Hatice Cengiz, mengatakan dia tidak pernah muncul.

Sekitar US$ 19 miliar atau Rp 288,5 triliun transaksi telah secara resmi diberitahukan kepada Kongres, menurut catatan pemerintah, sehingga tidak mungkin mereka dapat dihentikan. Ini termasuk paket pelatihan untuk pasukan dan pilot Arab Saudi dan sistem anti-rudal THAAD yang bisa menghabiskan biaya hingga US$ 15 miliar atau Rp 227 triliun.

Kantor konsulat Arab Saudi di Istambul, Turki. Wartawan, Jamal Khashoggi, dilaporkan hilang setelah terakhir kali terlihat masuk ke kantor konsulat Arab Saudi di Istambul pada Selasa, 2 Oktober 2018. Sumber: Emrah Gurel / AP/nbcnews.com

Berdasarkan undang-undang AS, penjualan militer asing utama dapat diblokir oleh Kongres. Proses peninjauan AS tidak resmi memungkinkan anggota parlemen menangguhkan untuk menunda transaksi jika mereka memiliki kekhawatiran seperti apakah senjata yang dibeli akan digunakan untuk membunuh warga sipil.

Sementara rincian semua transaksi Arab Saudi yang diblokir sebelumnya tidak akan dilakukan, salah satunya adalah rencana penjualan ratusan juta dolar peralatan berteknologi tinggi ke Arab Saudi dan Uni Emirat Arab.

Baca: Jurnalis Hilang Misterius, Ini 5 Fakta Sosok Jamal Khashoggi?

Sejak 2015, negara-negara Teluk Arab telah berjuang untuk memulihkan pemerintahan di Yaman yang diusir oleh kaum Houthi, pejuang Muslim Syiah yang berporos ke Iran. Perang Yaman telah menewaskan lebih dari 10.000 orang dan menciptakan krisis kemanusiaan paling parah di dunia saat ini.

Bahkan sebelum hilangnya Jamal Khashoggi, anggota parlemen Demokrat menahan selama berbulan-bulan empat kesepakatan peralatan militer dan penjualan senjata produksi Amerika Serikat, yang sebagian besar karena serangan Arab Saudi dan koalisinya yang menewaskan warga sipil Yaman.

Berita terkait

Mengintip Liburan Mewah di Laut Merah ala Cristiano Ronaldo

1 jam lalu

Mengintip Liburan Mewah di Laut Merah ala Cristiano Ronaldo

Ronaldo memotret Laut Merah dan menandai kunjungannya ke The St. Regis Resort Red Sea, sebuah properti mewah yang menjadi perhatian.

Baca Selengkapnya

Otoritas di Kementerian Luar Negeri Amerika Serikat Tak Percaya Israel Gunakan Senjata dengan Benar

21 jam lalu

Otoritas di Kementerian Luar Negeri Amerika Serikat Tak Percaya Israel Gunakan Senjata dengan Benar

Biro-biro di Kementerian Luar Negeri Amerika Serikat tidak percaya Israel gunakan senjata dari Washington tanpa melanggar hukum internasional

Baca Selengkapnya

Hasil Piala Asia U-23, Uzbekistan Taklukkan Juara Bertahan Arab Saudi

2 hari lalu

Hasil Piala Asia U-23, Uzbekistan Taklukkan Juara Bertahan Arab Saudi

Uzbekistan akan menjadi lawan Indonesia di semifinal Piala Asia U-23 pada Senin, 29 April 2024.

Baca Selengkapnya

Preview Uzbekistan vs Arab Saudi di Piala Asia U-23, Calon Lawan Timnas Indonesia di Semifinal

3 hari lalu

Preview Uzbekistan vs Arab Saudi di Piala Asia U-23, Calon Lawan Timnas Indonesia di Semifinal

Duel Timnas U-23 Uzbekistan vs Arab Saudi akan tersaji pada babak perempat final Piala Asia U-23 2024 pada Jumat, 26 April 2024.

Baca Selengkapnya

Kelompok Yahudi Memprotes Pengiriman Senjata AS ke Israel

4 hari lalu

Kelompok Yahudi Memprotes Pengiriman Senjata AS ke Israel

Ribuan pengunjuk rasa ikut protes yang dimpimpin kelompok-kelompok Yahudi untuk perdamaian di Brooklyn, New York, mendesak AS berhenti kirim senjata ke Israel.

Baca Selengkapnya

Raja Salman dari Arab Saudi Masuk Rumah Sakit untuk Pemeriksaan Rutin

4 hari lalu

Raja Salman dari Arab Saudi Masuk Rumah Sakit untuk Pemeriksaan Rutin

Raja Salman, 88, terakhir kali dirawat di rumah sakit pada Mei 2022 untuk prosedur kolonoskopi dan tes medis, juga di rumah sakit Jeddah.

Baca Selengkapnya

Warga Iran Kembali Berangkat Umrah setelah 9 Tahun Hubungan Buruk dengan Arab Saudi

6 hari lalu

Warga Iran Kembali Berangkat Umrah setelah 9 Tahun Hubungan Buruk dengan Arab Saudi

Warga Iran berangkat untuk menunaikan ibadah umrah pertama kali dalam sembilan tahun setelah hubungan antara Iran dan Arab Saudi membaik.

Baca Selengkapnya

Mengenal Visa Haji dan Beberapa Visa Lainnya

7 hari lalu

Mengenal Visa Haji dan Beberapa Visa Lainnya

Visa Haji merupakan visa untuk warga negara Indonesia yang akan pergi menjalankan ibadah haji, selain itu ada beberapa visa lainnya.

Baca Selengkapnya

Penembakan di Memphis Amerika Serikat, 2 Tewas dan 6 Luka-luka

7 hari lalu

Penembakan di Memphis Amerika Serikat, 2 Tewas dan 6 Luka-luka

Dua pelaku penembakan di Memphis Amerika Serikat masih dalam pengejaran polisi. Belum diketahui motif penembakan.

Baca Selengkapnya

Rusia Prihatin DPR Amerika Serikat Sahkan Bantuan Keamanan untuk Ukraina

8 hari lalu

Rusia Prihatin DPR Amerika Serikat Sahkan Bantuan Keamanan untuk Ukraina

Rusia menilai bantuan keamanan untuk Ukraina hanya akan memperburuk konflik dan korban jiwa warga Ukraina

Baca Selengkapnya