Indonesia - Jerman Bergandeng Tangan Mengatasi Migrasi

Reporter

Mardiyah Chamim

Editor

Budi Riza

Minggu, 16 September 2018 08:01 WIB

Menteri Luar Negeri Indonesia, Retno Marsudi, memberikan pidato pada pembukaan Bali Democracy Forum - Berlin Chapter. TEMPO/Mardiyah Chamim

TEMPO.CO, Berlin - Menteri Luar Negeri RI, Retno Marsudi, hadir dalam Bali Democracy Forum - Berlin Chapter, di Berlin, Jerman, 14 September 2018. “Migrasi dan Demokrasi” menjadi tema bahasan dalam pertemuan ini mengingat dunia kini sedang menghadapi gelombang migrasi besar-besaran karena memanasnya konflik di berbagai belahan dunia.

Baca:

“Demokrasi kini sedang mendapat tantangan yang berat, lebih dari masa-masa sebelumnya,” kata Menteri Retno dalam pidato sambutannya.

Gelombang migrasi telah mempengaruhi kemampuan pemerintah berbagai negara menjalankan tugas, dan menyediakan layanan bagi mereka yang bermigrasi. Betapa tidak, sepanjang 2017 saja, tercatat hampir 70 juta orang terpaksa terusir dari tempat tinggalnya dan mengungsi ke negara lain di seluruh dunia.

Advertising
Advertising

“Akibatnya, timbul ketegangan sosial di berbagai tempat,” kata Menteri Retno. “Demokrasi bukan sistem yang imun pada tantangan dan perubahan zaman.”

Maraknya korupsi, tantangan perekonomian, dan jalannya pemerintahan yang kurang efisien membuat situasi bertambah rumit. Upaya mewujudkan masyarakat demokratis yang transparan, plural, dan memberi tempat sejajar bagi semua orang pun dipertanyakan oleh berbagai pihak. Kepercayaan publik menjadi hal yang rentan tererosi.

“Kondisi ini dimanfaatkan pula oleh tumbuhnya politikus sayap kanan dan populisme di berbagai negara,” kata Menteri Retno.

Baca:

“Di tengah berbagai tantangan ini, kami percaya bahwa demokrasi adalah sistem yang terbaik,” kata Menteri Retno, “Kami berharap Bali Democracy Forum mampu berkontribusi merespon tantangan zaman.”

<!--more-->

Bali Democracy Forum

Bali Democracy Forum (BDF) adalah sebuah platform inklusif dan konferensi tahunan yang diinisiasi Indonesia, dengan menghadirkan berbagai pihak yang dimulai 15 tahun lalu. Forum ini dinilai cukup ampuh mendorong berbagai perubahan dan kebijakan yang mengharuskan kolaborasi antarnegara dalam berbagai isu demokrasi.

Tahun ini BDF didahului dengan dua konferensi awal, yakni BDF Chapter Tunis dan BDF Chapter Berlin. Penyelenggaraan BDF Chapter Berlin ini dilakukan atas kerja sama Kementerian Luar Negeri Jerman, Kementerian Luar Negeri RI, dan Friedrich Ebert Stiftung (FES).

Konferensi ini diikuti berbagai unsur, yakni pemerintah, perwakilan PBB, akademisi, dan kelompok masyarakat sipil dari Indonesia, Jerman, Malaysia, dan Malaysia.

Baca:

Diskusi Bali Democracy Forum - Berlin Chapter berangsung intensif. Kelompok sipil dari berbagai latar belakang turut hadir berbagi perspektif. Tampak dalam daftar panelis yang mwakili Indonesia adalah I Ketut Putra Erawan (Direktur Eksekutif Institute for Peace and Democracy), Dinna Wisnu (Wakil Indonesia di Komisi ASEAN untuk HAM), Rafendi Djamin (aktivis HAM), dan Tri Nuke Pujiastuti (Deputi Ilmu Sosial dan Humanitarian di LIPI).

Ada juga Rahimah Abdulrahim (Direktur Eksekutif Habibie Center), dan Mardiyah Chamim (Direktur Eksekutif Tempo Institute). Duta Besar RI untuk Jerman, Arif Havas Oegroseno, bertindak sebagai tuan rumah yang mewakili Indonesia dalam BDF Berlin Chapter ini.

<!--more-->

Kerja Sama Internasional

Menteri Luar Negeri Jerman Heiko Maas membuka BDF Berlin Chapter dengan menekankan pentingnya kerja sama internasional menghadapi migrasi. “Ya, kami paham bahwa topik ini membuat masyarakat terbelah,” kata Menteri Heiko Maas.

Di kamp-kamp pengungsian di berbagai negara harus diakui terjadi penganiayaan atas hak-hak pengungsi. Banyak hal menjadi bahan bakar yang memicu polarisasi menghadapi gelombang migrasi, antara lain kecemasan akan jaminan pensiun, kesejahteraan, keamanan, dan pendidikan.

Namun, Menteri Heiko Maas menekankan, “Migrasi adalah fenomena alam.” Migrasi tak bisa ditolak dan tak akan bisa dihentikan. “Dia setua umur planet kita.” Gelombang migrasi tak bisa hanya diatasi sendirian oleh sebuah negara. “Gagasan bekerja sendirian terasa sangat naif,” kata Heiko Maas.

Baca:

Konflik di sebuah wilayah, di zaman digital ini, dengan mudah mempengaruhi stabilitas di negara lain. Regulasi tentang migrasi di sebuah negara pun tak bisa berjalan sendiri. Jerman dan Indonesia siap bergandeng tangan lebih intensif menghadapi tantangan migrasi. Perjanjian bilateral antara Jerman dan Indonesia juga menjadi bahasan dalam pertemuan ini.

Dunia internasional bisa dibilang juga mengalami kemajuan dalam pembahasan migrasi. Pertengahan tahun ini, 190 negara telah bersepakat menjalin kerja sama menghadapi migrasi melalui Konsultasi Kesepakatan Global Tentang Pengungsi.

Serangkaian perundingan masih diperlukan untuk menyepakati panduan, peraturan, dan kerangka kerja bersama, sehingga migrasi juga membawa kebaikan bagi negara asal dan negara yang menerima.

Migrasi adalah topik yang sangat emosional,” kata Menteri Heiko Maas. “Karenanya, bagi saya, 190 negara sepakat menjalin kerja sama untuk mengatasi migrasi adalah seperti sebuah keajaiban.”

Berita terkait

AS Kembalikan Barang Antik yang Dicuri dari Indonesia dan Kamboja

1 hari lalu

AS Kembalikan Barang Antik yang Dicuri dari Indonesia dan Kamboja

Jaksa wilayah New York AS menuduh dua pedagang seni terkemuka melakukan perdagangan ilegal barang antik dari Indonesia dan Cina senilai US$3 juta.

Baca Selengkapnya

Hasil Piala Uber 2024: Begini Komentar Gregoria Mariska Tunjung Sumbang Poin Pertama untuk Indonesia saat Lawan Hong Kong

1 hari lalu

Hasil Piala Uber 2024: Begini Komentar Gregoria Mariska Tunjung Sumbang Poin Pertama untuk Indonesia saat Lawan Hong Kong

Gregoria Mariska Tunjung mengalahkan Yeng Sum Yee dalam 32 menit untuk memastikan satu poin bagi Indonesia lawan Hong Kong di Grup c Piala Uber 2024.

Baca Selengkapnya

Melihat Kemampuan Sukhoi Su-35 yang Ditawarkan Rusia Ke RI

2 hari lalu

Melihat Kemampuan Sukhoi Su-35 yang Ditawarkan Rusia Ke RI

Sukhoi Su-35 merupakan pesawat tempur generasi 4++ yang dilengkapi dengan teknologi canggih

Baca Selengkapnya

Jerman Lanjutkan Pendanaan untuk UNRWA

3 hari lalu

Jerman Lanjutkan Pendanaan untuk UNRWA

Jerman menyatakan akan melanjutkan pendanaan untuk UNRWA, menyusul negara-negara lain yang sempat menangguhkan pendanaan.

Baca Selengkapnya

Ini Target Indonesian di World Water Forum ke-10

4 hari lalu

Ini Target Indonesian di World Water Forum ke-10

World Water Forum ke-10 merupakan kesempatan emas bagi Indonesia untuk mendorong terciptanya solusi konkret untuk mengatasi persoalan air

Baca Selengkapnya

Jerman Lanjutkan Kerja Sama dengan UNRWA Palestina

4 hari lalu

Jerman Lanjutkan Kerja Sama dengan UNRWA Palestina

Menyusul beberapa negara yang telah menghentikan penangguhan dana UNRWA, Jerman melanjutkan kerja sama dengan badan pengungsi Palestina itu.Menyusul b

Baca Selengkapnya

Deretan 5 Perpustakaan Unik di Dunia, Surga Pecinta Buku

4 hari lalu

Deretan 5 Perpustakaan Unik di Dunia, Surga Pecinta Buku

Banyak perpustakaan konvensional unik di setiap negara yang menjadi tempat impian bagi para pecinta buku.

Baca Selengkapnya

Ini Negara dengan Internet Tercepat di Dunia, Indonesia Urutan ke Berapa?

4 hari lalu

Ini Negara dengan Internet Tercepat di Dunia, Indonesia Urutan ke Berapa?

Speedtest Global Index Ookla membuat peringkat kecepatan Internet di 142 negara per Maret 2024. Indonesia kalah dari Kamboja.

Baca Selengkapnya

Rusia Siap Kerja Sama dengan Pemerintah Indonesia yang Baru

4 hari lalu

Rusia Siap Kerja Sama dengan Pemerintah Indonesia yang Baru

Moskow siap kerja sama dengan pemerintah baru Indonesia yang ditetapkan Komisi Pemilihan Umum (KPU) pada Rabu, 24 April 2024

Baca Selengkapnya

Indonesia Akan Menyampaikan Second NDC Perjanjian Paris pada Agustus 2024

6 hari lalu

Indonesia Akan Menyampaikan Second NDC Perjanjian Paris pada Agustus 2024

Sebagai bagian dari komitmen Perjanjian Paris, Indonesia akan menyampaikan second NDC pada Agustus 2024.

Baca Selengkapnya