UEA Disebut Menyadap Pangeran Saudi Pakai Program Israel

Editor

Budi Riza

Sabtu, 1 September 2018 10:47 WIB

Ilustrasi hacker/sosial media/Facebook. REUTERS/Dado Ruvic

TEMPO.CO, New York -- Pemerintah Uni Emirat Arab, UEA, meminta perusahaan peretas asal Israel untuk menyadap jalur komunikasi dan telepon seluler dari emir Qatar dan seorang pangeran Arab Saudi.

Baca:

Penyadapan ini menggunakan program spyware bernama Pegasus yang diproduksi oleh NSO Group dari Israel.

Berita ini dipublikasikan pertama kali oleh media New York Times berdasarkan surat elektronik yang diperoleh media itu.

Advertising
Advertising

Surat elektronik bocoran itu berisi informasi mengenai dua gugatan hukum terhadap NSO Group, yang dituding melakukan kegiatan ilegal mata-mata untuk kliennya.

Baca:

Kata Luhut Binsar Soal Pemeriksaan Penyadapan oleh Badan Siber

“Dua gugatan itu diajukan di Israel dan Siprus oleh seorang warga Qatar, jurnalis asal Meksiko, dan aktivis, yang menjadi target peretasan oleh program mata-mata bernama Pegasus,” begitu dilansir Aljazeera mengutip berita itu pada Jumat, 31 September 2018.

Email itu merupakan bagian dari barang bukti yang diajukan dalam gugatan hukum tadi. Menurut informasi dari surat elektronik itu, UAE menandatangani kontrak lisensi penggunaan program pemantauan Pegasus sejak awal Agustus 2013.

Pangeran Mutaib Bin Abdullah dari Arab Saudi sempat disebut-sebut sebagai calon raja menggantikan Raja Abdullah. Egypt Independent

Menurut media Haaretz, salah satu yang terkena penyadapan adalah seorang redaktur surat kabar Arab yang berbasis di Inggris.

Baca:

NSO dikabarkan mengirimkan surat elektronik kepada pemerintah UEA berisi dua rekaman telepon yang dibuat Abdulaziz Alkhamis. Alkhamis mengkonfirmasi soal ini kepada New York Times namun dia mengaku tidak tahun sedang disadap saat menelpon.

Pemerintah disebut UEA berupaya mencegat hubungan telepon Emir Qatar Sheikh Tamim Bin Hamad Ali Thani pada 2014. Selain itu, UEA juga berusaha menguping pembicaraan Pangeran Mutaib Bin Abdullah, yang saat itu dianggap berpeluang menjadi raja Saudi.

Tokoh lainnya yang menjadi sasaran kegiatan mata-mata UEA adalah Saad Hariri, yang menjadi Perdana Menteri Lebanon saat ini dan sempat diminta mundur oleh Saudi pada awal 2017.

Untuk mengaktifkan program mata-mata Pegasus pada ponsel yang menjadi target perekaman, pengguna mengirimkan sebuah link ke ponsel itu. Jika pemilik ponsel mengeklik link itu,program koneksi Pegasus bakal terunduh secara diam-diam di dalam ponsel.

Baca:

Ini memudahkan pengguna spyware tadi mengakses semua informasi dan data dari ponsel seperti nomor kontak, pesan teks, email, dan data online seperti Facebook, Skype, WhatsAPp, Viber, WeChat, dan Telegram.

Teknologi canggih spyware ini juga mampu memonitor sambungan telepon dan juga menyadap bahkan percakapan langsung antar dua orang atau lebih yang berlangsung di sekitar pengguna spyware.

Menurut berita yang dilansir New York Times, gugatan itu menyatakan afiliasi dari NSO Group berhasil merekam percakapan telepon seorang jurnalis.

Baca:

Spyware itu juga coba digunakan untuk menyadap sejumlah pejabat pemerintahan atas permintaan dari pelanggan dari UEA sekitar empat tahun lalu.

Gugatan hukum ini dilakukan untuk mempertanyakan klaim dari NSO bahwa produk perusahaan hanya dijual ke pemerintah yang berkomitmen menggunakannya untuk penegakan hukum.

Penyadapan perusahaan kantor berita milik Qatar dan akun sosial media pemerintah pada 24 Mei 2017 memicu terjadinya krisis diplomatik besar. Ini berujung dengan pemutusan hubungan diplomatik antara Arab Saudi, UEA, Bahrain, Mesir dengan Qatar termasuk hubungan lalu lintas darat, air, laut pada 5 Juni 2018.

NSO Group juga menjual teknologi Pegasus kepada pemerintah Meksiko dengan syarat spyware ini hanya digunakan untuk menyadap aktivitas kriminal dan teroris. Namun, sejumlah tokoh jurnalis terkemuka, akademisi, pengacara HAM dan penyelidik kriminalitas malah menjadi target.

Pendiri NSO Group Omri Lavie, kiri, and Shalev Hulio. Perusahaan ini menyediakan piranti lunak untuk penyadapan bernama Pegasus. Haaretz

Baca:

Pada 1 Agustus 2018, Amnesty International mempublikasi laporan bahwa salah satu pegawainya menjadi target serangan menggunakan pesan WhatsApp pada awal Juni 2018 terkait protes di depan kedubes Arab Saudi di Washington DC.

Menurut pengelola lembaga HAM berbasis di London ini, link jahat yang dikirim lewat WA tadi terkait dengan jaringan situs yang terkoneksi dengan NSO Group.

Sebelumnya, NSO Group mengakui meminta bayaran sekitar US$65 ribu atau sekitar Rp1 miliar untuk meretas sepuluh perangkat komunikasi diluar biaya instalasi sekitar US$500 ribu atau sekitar Rp7,4 miliar.

Menurut Haaretz, seorang pegawai NSO pernah dituduh mencuri spyware perusahaan dan mencoba menjualnya ke pasar gelap di internet.

Perusahaan NSO ini berdiri pada 2010 oleh tiga veteran dari militer dari unit sinyal intelijen 8200 yaitu Niv Carmi, Omri Lavie, dan Shalev Hulio. Mereka membuat Pegasus itu, yang merupakan produk satu-satunya perusahaan, sejak awal berdirinya perusahaan.

Piranti lunak asal Israel ini dapat mengakses telepon seluler dan merekam percakapan telepon, mengakses fitur kamera, melihat pesan teks dan memperoleh koordinasi GPS. Piranti lunak ini bisa diinstal dari jauh atau remote installation ke piranti mobil apapun tanpa sepengetahuan pemilik ponsel tadi.

Berita terkait

Israel Usir Warga Palestina dari Rafah, Belgia: Invasi akan Berujung pada Pembantaian

55 menit lalu

Israel Usir Warga Palestina dari Rafah, Belgia: Invasi akan Berujung pada Pembantaian

Brussels sedang berupaya menerapkan sanksi lebih lanjut terhadap Israel, kata wakil perdana menteri Belgia

Baca Selengkapnya

Netanyahu Dipaksa Mundur oleh Demonstran Israel dalam Upacara Peringatan Holocaust

1 jam lalu

Netanyahu Dipaksa Mundur oleh Demonstran Israel dalam Upacara Peringatan Holocaust

Seorang pria mendesak Perdana Menteri Israel Benyamin Netanyahu untuk mundur dalam upacara Hari Peringatan Holocaust

Baca Selengkapnya

Israel Usir Ratusan Ribu Warga Palestina dari Rafah, Hamas: Ini Eskalasi Berbahaya!

1 jam lalu

Israel Usir Ratusan Ribu Warga Palestina dari Rafah, Hamas: Ini Eskalasi Berbahaya!

Pejabat senior Hamas, kelompok pejuang Palestina yang menguasai Gaza, mengatakan perintah evakuasi Israel bagi warga Rafah adalah "eskalasi berbahaya

Baca Selengkapnya

Pertama Sejak 7 Oktober, Amerika Serikat Sempat Tunda Pengiriman Amunisi ke Israel

2 jam lalu

Pertama Sejak 7 Oktober, Amerika Serikat Sempat Tunda Pengiriman Amunisi ke Israel

Amerika Serikat sempat menunda pengiriman amunisi senjata ke Israel pekan lalu hingga membuat para pejabat Israel khawatir

Baca Selengkapnya

Israel Usir Ratusan Ribu Warga Palestina dari Rafah, Siap Lancarkan Serangan Darat

2 jam lalu

Israel Usir Ratusan Ribu Warga Palestina dari Rafah, Siap Lancarkan Serangan Darat

Tentara Israel pada Senin 6 Mei 2024 mengusir ratusan ribu warga Palestina di Kota Rafah, selatan Jalur Gaza.

Baca Selengkapnya

Benjamin Netanyahu: Kami Akan Lanjutkan Pertempuran

3 jam lalu

Benjamin Netanyahu: Kami Akan Lanjutkan Pertempuran

Bagi Benjamin Netanyahu, memenuhi tuntutan Hamas sama dengan menyerah. Pihaknya memilih untuk melanjutkan pertempuran

Baca Selengkapnya

Hamas Minta Bantuan Jusuf Kalla untuk Mediasi dengan Israel

4 jam lalu

Hamas Minta Bantuan Jusuf Kalla untuk Mediasi dengan Israel

Hamas meminta bantuan dari Jusuf Kalla agar menjadi mediator guna mengakhiri perang dengan Israel.

Baca Selengkapnya

Pembungkaman Al Jazeera oleh Israel: Pembunuhan Jurnalis hingga Penutupan Kantor

4 jam lalu

Pembungkaman Al Jazeera oleh Israel: Pembunuhan Jurnalis hingga Penutupan Kantor

Setelah berkali-kali diancam akan ditutup, Al Jazeera akhirnya benar-benar ditutup di Israel dengan alasan menyebarkan hasutan.

Baca Selengkapnya

Pertama Kalinya, AS Tunda Pengiriman Senjata ke Israel

5 jam lalu

Pertama Kalinya, AS Tunda Pengiriman Senjata ke Israel

Ditundanya pengiriman senjata dari Amerika Serikat membuat pemerintah Israel kebingungan.

Baca Selengkapnya

Mahasiswa di Malang Gelar Aksi "Solidarity Camp for Palestine"

5 jam lalu

Mahasiswa di Malang Gelar Aksi "Solidarity Camp for Palestine"

Aksi ini terinspirasi dari gerakan demonstrasi masif dan berskala besar yang dilakukan para mahasiswa di AS, Eropa, dan sejumlah negara lain.

Baca Selengkapnya