Inggris Minta Rusia Ekstradisi Pelaku Pembawa Racun Skripal

Reporter

Tempo.co

Selasa, 7 Agustus 2018 10:20 WIB

Sergei Skripal, 66 tahun, dan putrinya Yulia, 33 tahun, dalam kondisi kritis di rumah sakit saat ini.l [Rex Features]

TEMPO.CO, Jakarta - Inggris siap meminta Rusia untuk mengekstradisi dua laki-laki yang diduga membawa sebuah racun saraf untuk menyerang mantan agen mata-mata Rusia, Sergei Skripal, di kota Salisbury, Inggris. Jaksa penuntut telah menyelesaikan surat permintaan ekstradisi dan siap menyerahkannya ke Rusia.

Dikutip dari Reuters pada Selasa, 7 Agustus 2018, Kedutaan Besar Rusia di Inggris mengkonfirmasi belum menerima surat permintaan London tersebut. Namun permintaan ekstradisi ini kemungkinan akan ditolak oleh Rusia dan akan berisiko meningkatkan ketegangan diplomatik antara London dan Moskow.

Aturan konstitusi Rusia melarang ekstradisi warga negara Rusia ke negara lain. Sebelumnya, Rusia telah secara resmi menolak menyerahkan terduga pelaku pembunuhan terhadap Alexander Litvinenko yang terpapar sebuah radio aktif yang sangat langka pada 2006.

Baca: Sergei Skripal, Eks Mata-mata Rusia Keluar Rumah Sakit Inggris

Asisten Komisaris Kepolisian Metropolitan, Mark Rowley bersama dengan Chief Medical Officer Sally Davies, memberi pernyataan pers mengenai Sergei Skripal dan putrinya Yulia yang diracuni di pusat Salisbury, Inggris, 7 Maret 2018. REUTERS/Henry Nicholls

Advertising
Advertising

Baca: Sebulan setelah Diracun, Eks Intel Ganda Rusia Skripal Pulih

Sebuah penyidikan oleh ratusan aparat Kepolisian Inggris dan anggota intelijen negara itu menemukan adanya pergerakan dua warga negara Rusia yang membawa racun Novichok mulai dari keduanya masuk hingga keluar Inggris. Kementerian Dalam Negeri Inggris dan Kepala Jaksa Penuntut, menolak memberikan komentar.

Skripal dan putrinya, Yulia, ditemukan tidak sadarkan diri di sebuah bangku taman di kota Salisbury awal Maret 2018. Skripal adalah mantan anggota intelijen Rusia yang berkhianat.

Inggris menuding Rusia sebagai dalang yang meracun Skripal dan putrinya dengan jenis racun saraf Novichok, sebuah racun mematikan yang dikembangkan pada era militer Soviet 1970-an dan 1980-an. Rusia berulang kali menolak tudingan terlibat dalam serangan ini.

Setelah serangan terhadap Skripal terjadi, sekutu Inggris di Eropa dan Amerika Serikat bersimpangan pendapat. Negara yang mendukung Inggris, memutuskan mengusir diplomat Rusia dari negara itu. Moskow menyangkal terlibat dalam penyerangan terhadap Skripal dan menuding agen-agen intelijen Inggris sedang melancarkan serangan anti-Rusia.

Berita terkait

Uni Eropa Menolak Media asal Rusia, Ketua Parlemen Berang

1 hari lalu

Uni Eropa Menolak Media asal Rusia, Ketua Parlemen Berang

Ketua parlemen Rusia mengecam Uni Eropa yang melarang distribusi empat media Rusia. Hal itu sama dengan menolak menerima sudut pandang alternatif

Baca Selengkapnya

Xi Jinping dan Putin Makin Mesra, Janjikan Hubungan Lebih Erat

3 hari lalu

Xi Jinping dan Putin Makin Mesra, Janjikan Hubungan Lebih Erat

Putin mengunjungi Cina dan bertemu Xi Jinping setelah dilantik kembali sebagai Presiden Rusia.

Baca Selengkapnya

Ingin Israel Dihukum, 5 Negara Ini Kritik Ancaman AS Kepada Mahkamah Pidana Internasional

3 hari lalu

Ingin Israel Dihukum, 5 Negara Ini Kritik Ancaman AS Kepada Mahkamah Pidana Internasional

Sejumlah pihak bereaksi setelah Amerika mengancam hakim ICC jika mengeluarkan surat penangkapan kepada PM Israel, Benjamin Netanyahu.

Baca Selengkapnya

Sri Lanka Akui 16 Warganya Tewas Saat Berperang dalam Konflik Rusia-Ukraina

3 hari lalu

Sri Lanka Akui 16 Warganya Tewas Saat Berperang dalam Konflik Rusia-Ukraina

Setidaknya 16 tentara bayaran Sri Lanka tewas dalam perang antara Rusia dan Ukraina, kata wakil menteri pertahanan pulau itu pada Rabu.

Baca Selengkapnya

Putin Tiba di Cina atas Undangan Xi Jinping, Pertama Sejak Terpilih Kembali

4 hari lalu

Putin Tiba di Cina atas Undangan Xi Jinping, Pertama Sejak Terpilih Kembali

Presiden Rusia Vladimir Putin tiba di ibu kota Cina, Beijing, untuk memulai kunjungan resmi selama dua hari atas undangan Xi Jinping

Baca Selengkapnya

Vladimir Putin Akui Dapat Dukungan Beijing untuk Akhiri Perang Ukraina dengan Damai

4 hari lalu

Vladimir Putin Akui Dapat Dukungan Beijing untuk Akhiri Perang Ukraina dengan Damai

Vladimir Putin mendapat dukungan dari Beijing agar bisa menyelesaikan krisis Ukraina dengan damai.

Baca Selengkapnya

Belum Terbitkan Surat Penangkapan untuk Netanyahu, Jaksa ICC Dikecam Tiga Negara Ini

4 hari lalu

Belum Terbitkan Surat Penangkapan untuk Netanyahu, Jaksa ICC Dikecam Tiga Negara Ini

Jaksa ICC disebut takut terhadap ancaman dari Kongres AS dan dipertanyakan independensinya.

Baca Selengkapnya

Calon Menhan Rusia: Tentara Butuh Tunjangan dan Akses Kesejahteraan Lebih Baik

6 hari lalu

Calon Menhan Rusia: Tentara Butuh Tunjangan dan Akses Kesejahteraan Lebih Baik

Calon menhan Rusia yang ditunjuk oleh Presiden Vladimir Putin menekankan perlunya kesejahteraan yang lebih baik bagi personel militer.

Baca Selengkapnya

Siapakah Andrei Belousov, Menteri Pertahanan Pilihan Putin?

6 hari lalu

Siapakah Andrei Belousov, Menteri Pertahanan Pilihan Putin?

Presiden Rusia Vladimir Putin secara mengejutkan mengusulkan Andrei Belousov, seorang sipil ekonom menjadi menteri pertahanan.

Baca Selengkapnya

Rusia Rebut 5 Desa di Kharkiv dari Ukraina Lewat Pertempuran Sengit

7 hari lalu

Rusia Rebut 5 Desa di Kharkiv dari Ukraina Lewat Pertempuran Sengit

Rusia merebut lima desa dari Ukraina di wilayah Kharkiv. Rusia melakukan serangan besar-besaran di akhir pekan lalu.

Baca Selengkapnya