Begini Sibuknya Warga Sehari Menjelang Pemilu Kamboja

Sabtu, 28 Juli 2018 15:47 WIB

Pemilu Kamboja

TEMPO.CO, Jakarta - Warga Kamboja tampak bersiap menyambut pemilu yang diprediksi akan dimenangkan dengan mudah oleh partai Perdana Menteri Hun Sen.

Di Sekolah Dasar Toul Kork di Phnom Penh, para sukarelawan menyapu ruang kelas dan meletakkan meja kayu untuk mengubah ruangan menjadi tempat pemungutan suara sehari menjelang pemilu.

Baca: Pemilu Tidak Adil, Warga Kamboja Desak Jepang Hentikan Bantuan

Pejabat panitia pemilu di sekolah dasar di Boeung Kak 1 Komune mengatakan 8.135 orang terdaftar untuk memilih di sekolah ini

"Saya percaya banyak pemilih akan keluar untuk memilih," kata Yos Vanthan, kepala komite pemilihan sekolah, seperti dilansir Straits Times pada 28 Juli 2018.

Partai Rakyat Kamboja atau CPP pimpinan Hun Sen diyakini akan menang mudah dalam pemilu yang oleh banyak pihak dituding pemilu dikendalikan sepenuhnya oleh CPP.

Advertising
Advertising

Dalam pemilu yang berlangsung pada Ahad, 29 Juli 2018 tersebut, CPP akan berhadapan dengan 19 partai politik lainnya. Tetapi selama ini tidak ada satu pun dari partai-partai tersebut yang kritis terhadap pemerintahan Hun Sen.

Baca: Ini Janji Kampanye Hun Sen pada Pemilu Kamboja

Penantang utama CPP, oposisi Partai Penyelamatan Nasional Kamboja (CNRP) dibubarkan oleh Mahkamah Agung tahun lalu dan banyak anggota parlemennya dilarang berpolitik selama lima tahun.

Banyak pemimpin CNRP telah melarikan diri ke luar negeri dan hidup dalam pengasingan dan pemimpinnya, Kem Sokha, dipenjara pada September LLAU atas tuduhan makar. Sehingga pemilu kali ini Hun Sen, yang telah memerintah selama 33 tahun, maju tanpa lawan yang signifikan.

Hun Sen, mantan komandan Khmer Merah yang akhirnya membelot dari rezim pembunuh Pol Pot, adalah perdana menteri terlama di dunia.

Beberapa negara Barat dan PPB telah mempertanyakan kredibilitas pemilihan karena kurangnya pesaing yang signifikan terhadap CPP. Kelompok-kelompok hak asasi manusia juga mengkritik pembatasan akses terhadap media independen dan masyarakat sipil.

Baca: Hun Sen Didesak agar Partai Oposisi Ikut Pemilu

CPP selama ini gencar mendesak warga Kamboja untuk memilih, meskipun ada seruan dari para pemimpin CNRP untuk memboikot pemilu. Partisipasi pemilih yang rendah dapat merusak klaim CPP terhadap legitimasi.

Dim Sovannarom, juru bicara Komite Pemilihan Nasional, yang memeriksa tempat pemungutan suara pada Sabtu, mengharapkan lebih dari 60 persen pemilih terdaftar untuk memberikan suara mereka.

Hampir 70 persen pemilih Kamboja memberikan suara mereka selama pemilihan umum terakhir pada tahun 2013. Pemilu tidak diwajibkan bagi warga Kamboja, tetapi pihak berwenang telah memperingatkan bahwa siapa pun yang memboikot pemungutan suara akan dipandang sebagai pengkhianat.

Berita terkait

Cuaca Panas di Kamboja Sebabkan Gudang Amunisi Meledak, 20 Tentara Tewas

1 hari lalu

Cuaca Panas di Kamboja Sebabkan Gudang Amunisi Meledak, 20 Tentara Tewas

Cuaca panas menerjang sejumlah negara di Asia. Di Kamboja, gudang amunisi meledak hingga menyebabkan 20 tentara tewas.

Baca Selengkapnya

Badan Mata-mata Seoul Tuding Korea Utara Rencanakan Serangan terhadap Kedutaan Besar

1 hari lalu

Badan Mata-mata Seoul Tuding Korea Utara Rencanakan Serangan terhadap Kedutaan Besar

Badan mata-mata Korea Selatan menuding Korea Utara sedang merencanakan serangan "teroris" yang menargetkan pejabat dan warga Seoul di luar negeri.

Baca Selengkapnya

AS Kembalikan Barang Antik Curian ke RI, Ada Peninggalan Majapahit

6 hari lalu

AS Kembalikan Barang Antik Curian ke RI, Ada Peninggalan Majapahit

Jaksa New York mengembalikan barang antik yang dicuri dari Kamboja dan Indonesia. Dari Indonesia, ada peninggalan Kerajaan Majapahit.

Baca Selengkapnya

AS Kembalikan Barang Antik yang Dicuri dari Indonesia dan Kamboja

7 hari lalu

AS Kembalikan Barang Antik yang Dicuri dari Indonesia dan Kamboja

Jaksa wilayah New York AS menuduh dua pedagang seni terkemuka melakukan perdagangan ilegal barang antik dari Indonesia dan Cina senilai US$3 juta.

Baca Selengkapnya

Ada Youtuber Siksa Kera di Angkor, Pemerintah Kamboja Bakal Ambil Tindakan

24 hari lalu

Ada Youtuber Siksa Kera di Angkor, Pemerintah Kamboja Bakal Ambil Tindakan

Selama ini, penyiksaan terhadap kera di Angkor tidak mencolok, tapi lama kelamaan kasusnya semakin banyak.

Baca Selengkapnya

Thailand Berencana Legalisasi Kasino untuk Tingkatkan Pemasukan dan Lapangan Kerja

36 hari lalu

Thailand Berencana Legalisasi Kasino untuk Tingkatkan Pemasukan dan Lapangan Kerja

Perdana Menteri Thailand Srettha Thavisin mengatakan jika disahkan oleh parlemen, undang-undang kasino akan menghasilkan lebih banyak lapangan kerja

Baca Selengkapnya

Terkini: Dampak Ekonomi Konser Taylor Swift dan Coldplay di Singapura Tembus Rp 11 Triliun, Harga Tiket Promo AirAsia Rute Internasional Mulai Rp 990 Ribuan

47 hari lalu

Terkini: Dampak Ekonomi Konser Taylor Swift dan Coldplay di Singapura Tembus Rp 11 Triliun, Harga Tiket Promo AirAsia Rute Internasional Mulai Rp 990 Ribuan

LPM FEB UI meneliti dampak ekonomi dari konser Taylor Swift dan Coldplay di Singapura. Perhelatan konser dua bintang dunia tersebut tembus Rp 11 T.

Baca Selengkapnya

Untuk Idul Fitri, Indonesia Impor 22 Ribu Ton Beras dari Kamboja

47 hari lalu

Untuk Idul Fitri, Indonesia Impor 22 Ribu Ton Beras dari Kamboja

Pemerintah mengimpor 22.500 ton beras dari Kamboja untuk memenuhi kebutuhan stok beras menjelang Idul Fitri 1445H, selain mengandalkan produk nasional

Baca Selengkapnya

Pariwisata Kamboja dan Malaysia Paling Cepat Pulih di Asia Tenggara, Bagaimana Indonesia?

52 hari lalu

Pariwisata Kamboja dan Malaysia Paling Cepat Pulih di Asia Tenggara, Bagaimana Indonesia?

Sebuah perusahaan riset mengungkap tingkat pemulihan industri pariwisata Asia Tenggara dilihat dari kunjungan wisatawan asing, Kamboja paling tinggi.

Baca Selengkapnya

Uniknya Kuil Bayon di Angkor Wat yang Menampilkan 200 Wajah Tersenyum Damai

53 hari lalu

Uniknya Kuil Bayon di Angkor Wat yang Menampilkan 200 Wajah Tersenyum Damai

Identitas sosok yang sedang tersenyum ini menjadi perdebatan sejak penemuan kembali Bayon di Angkor Wat pada abad ke-19.

Baca Selengkapnya