Pertama Kali, Transgender di Pakistan Boleh Jadi Caleg

Reporter

Tempo.co

Jumat, 20 Juli 2018 14:39 WIB

Maria Khan, transgender asal Pakistan. aljazeera.com

TEMPO.CO, Jakarta - Maria Khan, 38 tahun, meluangkan waktu untuk bersolek sejenak sebelum memulai aktifitasnya. Khan yang seorang transgender, suka sekali dengan warna-warna cerah, dia memakai lipstik merah dan menggariskan eyeliner dimatanya.

Khan berasal dari Mansehra, sebuah kota di wilayah timur Pakistan yang dikelilingi gunung-gunung. Dalam pemilu Pakistan 2018, Khan mencalonkan diri sebagai anggota parlemen dari jalur independen. Semakin dekatnya pelaksanaan pemilu Pakistan, Khan semakin gencar berkampanye dari pintu ke pintu, meminta dukungan masyarakat Khyber Pakhtunkhwa, sebuah provinsi di wilayah utara Pakistan.

“Saya ingin berbicara untuk rakyat Pakistan, saya ingin mewakili mereka dan membantu menyelesaikan masalah-masalah mereka,” kata Khan, seperti dikutip dari Al-Jazeera.

Baca: Heboh Transgender, Bagaimana Membedakannya dengan Wanita Tulen?

Dalam pemilu yang akan digelar 25 Juli 2018 mendatang, akan tercatat dalam sejarah Pakistan sebagai pemilu pertama yang mengizinkan kalangan transgender maju sebagai wakil rakyat. Khan pun rupanya bukan satu-satunya transgender yang maju sebagai wakil rakyat. Kelompok Jaring Pemilu Transgender Pakistan dan Komisi Pemilu Pakistan dalam sebuah konferensi pers pada Rabu, 18 Juli 2018, menjelaskan total ada 11 transgender individu yang berharap bisa mendapatkan kursi di parlemen daerah dan dua orang berlaga di tingkat nasional.

Advertising
Advertising

“Saya bisa membayangkan duduk di kursi parlemen dalam beberapa pekan, saya tidak akan berhenti berkampanye,” kata Khan, yang dulunya seorang laki-laki.

Baca: Transgender pun Bisa Sukses Berkarir, Ini 4 Contohnya

Marvia Malik, pembaca berita transgender pertama Pakistan saat diwawancara di salah satu channel televisi di Lahore, Pakistan, 27 Maret 2018. AP

Khan yang terlahir dengan nama asli Alamgir Khan, menceritakan tak mudah hidup sebagai transgender di Pakistan. Dia diusir dari rumah karena keluarga tak bisa menerima keputusannya berganti identitas menjadi perempuan. Setelah tak punya tempat bernaung, Khan mengemis di pinggir jalan dan menjadi korban perkosaan.

Menurut khan, tak banyak lapangan pekerjaan bagi kaum transgender di Pakistan, yang memiliki populasi 207 juta jiwa. Jika tidak menjadi pekerja seks komersial atau pengemis, biasanya para transgender ini menjadi penari di acara-acara pernikahan dan acara kumpul-kumpul lainnya. Kelompok advokasi aliansi TransAction, memperkirakan setidaknya ada 500 ribu orang yang mengklaim dirinya transgender. Dari jumlah tersebut, 55 orang tewas dibunuh sejak 2015.

Berita terkait

Said Iqbal Yakin Partai Buruh Masuk Senayan pada Pemilu 2029

1 jam lalu

Said Iqbal Yakin Partai Buruh Masuk Senayan pada Pemilu 2029

Presiden Partai Buruh Said Iqbal menyakini partainya masuk ke Senayan pada pemilu 2029 mendatang.

Baca Selengkapnya

Standard Chartered Perkiraan Pertumbuhan PDB Indonesia 2024 Menjadi 5,1 Persen

2 hari lalu

Standard Chartered Perkiraan Pertumbuhan PDB Indonesia 2024 Menjadi 5,1 Persen

Standard Chartered menurunkan perkiraan pertumbuhan produk domestik bruto atau PDB Indonesia tahun 2024 dari 5,2 persen menjadi 5,1 persen.

Baca Selengkapnya

Hubungan Sesama Jenis Sah Dilarang di Irak, Terancam Hukuman 15 Tahun Penjara

3 hari lalu

Hubungan Sesama Jenis Sah Dilarang di Irak, Terancam Hukuman 15 Tahun Penjara

Parlemen Irak melarang hubungan sesama jenis. Didukung oleh mayoritas partai Syiah.

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani: Anggaran Pemilu 2024 Belum Terbelanjakan Rp 12 Triliun

5 hari lalu

Sri Mulyani: Anggaran Pemilu 2024 Belum Terbelanjakan Rp 12 Triliun

Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan masih ada Rp 12,3 triliun anggaran Pemilu 2024 yang belum terbelanjakan.

Baca Selengkapnya

Junimart Minta Seleksi Petugas Badan Adhoc Pilkada Dilakukan Terbuka

5 hari lalu

Junimart Minta Seleksi Petugas Badan Adhoc Pilkada Dilakukan Terbuka

Wakil Ketua Komisi II DPR RI, Junimart Girsang mengatakan, badan Adhoc Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada), harus diseleksi lebih ketat dan terbuka untuk menghindari politik transaksional.

Baca Selengkapnya

Pakar Hukum Unand Beri Catatan Putusan MK, Termasuk Dissenting Opinion 3 Hakim Konstitusi

5 hari lalu

Pakar Hukum Unand Beri Catatan Putusan MK, Termasuk Dissenting Opinion 3 Hakim Konstitusi

Pakar Hukum Universitas Andalas atau Unand memberikan tanggapan soal putusan MK dan dissenting opinion.

Baca Selengkapnya

Tim Joe Biden akan Terus Gunakan TikTok untuk Kampanye Walau Dilarang DPR

6 hari lalu

Tim Joe Biden akan Terus Gunakan TikTok untuk Kampanye Walau Dilarang DPR

Tim kampanye Joe Biden berkata mereka tidak akan berhenti menggunakan TikTok, meski DPR AS baru mengesahkan RUU yang mungkin melarang penggunaan media sosial itu.

Baca Selengkapnya

Diserang Israel, Presiden Iran Justru Kunjungi Pakistan Pekan Ini

9 hari lalu

Diserang Israel, Presiden Iran Justru Kunjungi Pakistan Pekan Ini

Presiden Iran Ebrahim Raisi akan melakukan kunjungan resmi ke Pakistan mulai pekan ini, meski negara itu baru saja diserang Israel pada Jumat lalu

Baca Selengkapnya

Pemilu Rawan Politik Uang Kaesang Usulkan Sistem Pemilu Proporsional Tertutup, Ini Bedanya dengan Proporsional Terbuka

10 hari lalu

Pemilu Rawan Politik Uang Kaesang Usulkan Sistem Pemilu Proporsional Tertutup, Ini Bedanya dengan Proporsional Terbuka

Ketua Umum PSI yang juga putra Jokowi, Kaesang Pangarep usulkan pemilu selanjutnya dengan sistem proporsional tertutup karena marak politik uang.

Baca Selengkapnya

Menkominfo Ungkap Kesan Pertemuan Tim Cook Apple dan Prabowo

12 hari lalu

Menkominfo Ungkap Kesan Pertemuan Tim Cook Apple dan Prabowo

Budi Arie Setiadi mengatakan Tim Cook mengapresiasi hasil pemilu presiden Indonesia atas terpilihnya Prabowo.

Baca Selengkapnya