Pengungsian Rohingya di Bangladesh Beresiko Dihempas Badai Hujan

Selasa, 3 Juli 2018 16:30 WIB

Anak pengungsi Rohingya bermain di tengah hujan di kamp pengungsian Kutupalong, Bangladesh, Ahad, 24 Juni 2018. AP Photo

TEMPO.CO, Jakarta - Saat kunjungan ke Bangladesh pada Senin, 2 Juli 2018, Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres meminta komunitas internasional untuk meningkatkan bantuan bagi penduduk Rohingya.

Guterres mengatakan dia mendengar penduduk Muslim Rohingya adalah salah satu komunitas yang paling "terdiskriminasi dan rentan" di Dunia. Hampir satu juta orang Rohingya telah mengungsi untuk menghindari kekerasan di Myanmar.

Baca: Sekjen PBB: Rohingya Etnis Paling Tertindas di Dunia

"Di Cox's Bazar, Bangladesh, saya baru saja mendengar kisah tak terbayangkan tentang pembunuhan dan pemerkosaan dari pengungsi Rohingya yang baru-baru ini melarikan diri dari Myanmar," kicau Guterres di Twitter, seperti dilaporkan United Press International, 3 Juli 2018.

"Tidak ada yang bisa menggugah saya untuk krisis dan penderitaan selain apa yang saya hari ini di Cox's Bazar, Bangladesh. Saya mendengar laporan memilukan dari pengungsi Rohingya yang akan saya ingat selamanya."

Advertising
Advertising

Tercatat sebanyak 200.000 orang Rohingya perlu direlokasi karena terancam badai musim hujan, ketua PBB menghimbau masyarakat internasional untuk meningkatkan bantuan.

"Hanya perlu satu badai untuk menhempas kita semua. Aku takut untuk anak-anakku. Nasib kami berada di tangan Tuhan," kata salah satu pengungsi Rohingya, Aisyah Begum, kepada lembaga pengungsi AS

Baca: Kisah Kejamnya Tentara Myanmar Membantai Etnis Rohingya

Sementara tetangganya, Hamida Khatun, 25 tahun, ibu dari enam anak yang tinggal di gubuk bambu dan plastik beratap yang disangga karung pasir dan akar pohon yang kusut di bibir jurang berlumpur, mengungkapkan kekhawatirannya jika terjadi badai.

“Kami telah melakukan apa yang kami bisa untuk mengamankannya, tetapi kami takut. Kami butuh bantuan, ”kata Hamida.

Sejumlah pengungsi Rohingya membangun kembali rumah darurat mereka, sebagai persiapan untuk mendekati musim hujan di kamp pengungsi Kutupalong Rohingya di Kutupalong, Bangladesh, 28 April 2018. (AP Photo/A.M. Ahad)

Sekretaris Jenderal PBB, António Guterres dan Presiden Bank Dunia, Jim Yong Kim, berkunjung selama dua hari ke Bangladesh untuk mencari bantuan bagi hampir satu juta pengungsi Rohingya yang sangat membutuhkan untuk tempat tinggal mereka yang berada di salah satu negara rawan bencana alam. Selain keduanya, ikut pula delegasi dari Komisaris Tinggi PBB untuk Pengungsi, Filippo Grandi dan Direktur Eksekutif Dana Kependudukan PBB, Natalia Kanem.

Dilansir dari situs UNHCR, Kim dan Guterres menggelar pertemuan bilateral dengan Bangladesh di Dhaka untuk membuka diskusi tentang bantuan jangka menengah yang dibutuhkan oleh para pengungsi untuk rencana bantuan kemanusiaan senilai US$ 950 juta atau Rp 13 triliun, namun hanya 26 persen yang telah dikucurkan.

Beberapa hari sebelum kunjungan, Bank Dunia mengumumkan hampir setengah miliar dolar AS dalam bentuk hibah untuk membantu Bangladesh menangani kebutuhan pengungsi Rohingya di berbagai bidang termasuk kesehatan, pendidikan, air dan sanitasi.

Pada Senin 3 Juli, Sekretaris-Jenderal dan Kepala Bank Dunia mengunjungi lokasi pengungsian Rohingya dan pekerja kemanusiaan di distrik Cox's Bazar, yang tinggal di tempat beresiko terdampak hujan badai yang menampung sekitar 42.000 orang. Sekitar 18.000 pengungsi telah dipindahkan ke tempat yang lebih aman.

Baca: Cina Tawarkan Bantuan ke Bangladesh untuk Pengungsi Rohingya

Badai sejauh ini telah mengakibatkan sedikitnya 315 insiden, termasuk 140 tanah longsor, yang telah melukai 33 orang dan menewaskan satu pengungsi. Lebih dari 29.000 orang di permukiman pengungsi yang luas sejauh ini telah terpengaruh oleh hujan deras dan angin kencang, menerjang tempat hunian mereka yang rapuh yang menyebabkan 2.900 orang mengungsi.

Sementara sejak krisis dimulai, ribuan bayi telah lahir di permukiman pengungsi di Bangladesh bagian tenggara, namun banyak yang tidak memiliki petugas kelahiran terlatih. Pengiriman petugas dibantu oleh tim yang terdiri dari 80 bidan dari UNFPA, meskipun saat ini hanya seperlima perempuan Rohingya yang hamil dan melahirkan di fasilitas kesehatan.

Berita terkait

Pengakuan Palestina sebagai Negara Berdaulat akan Jadi Pukulan Telak bagi Israel

12 jam lalu

Pengakuan Palestina sebagai Negara Berdaulat akan Jadi Pukulan Telak bagi Israel

Menteri Luar Negeri Turkiye sangat yakin pengakuan banyak negara terhadap Palestina sebagai sebuah negara akan menjadi pukulan telak bagi Israel

Baca Selengkapnya

Delegasi PBB Evakuasi Pasien dari Rumah Sakit di Gaza Utara

1 hari lalu

Delegasi PBB Evakuasi Pasien dari Rumah Sakit di Gaza Utara

Delegasi PBB mengevakuasi sejumlah pasien dan korban luka dari Rumah Sakit Kamal Adwan di Jalur Gaza utara

Baca Selengkapnya

Hamas: Netanyahu Berusaha Gagalkan Kesepakatan Gencatan Senjata di Gaza

1 hari lalu

Hamas: Netanyahu Berusaha Gagalkan Kesepakatan Gencatan Senjata di Gaza

Pejabat senior Hamas mengatakan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu berupaya menggagalkan kesepakatan gencatan senjata di Gaza.

Baca Selengkapnya

WHO: Rencana Darurat Tak Bisa Cegah Kematian jika Israel Lakukan Serangan Darat di Rafah

1 hari lalu

WHO: Rencana Darurat Tak Bisa Cegah Kematian jika Israel Lakukan Serangan Darat di Rafah

WHO mengatakan tidak ada rencana darurat yang dapat mencegah "tambahan angka kematian" di Rafah jika Israel menjalankan operasi militernya di sana.

Baca Selengkapnya

Palestina: Tidak Ada Guna Membahas Gaza di PBB

2 hari lalu

Palestina: Tidak Ada Guna Membahas Gaza di PBB

Dubes Palestina untuk Austria menilai upaya membahas Gaza pada forum PBB tidak akan berdampak pada kebijakan AS dan Eropa yang mendanai genosida.

Baca Selengkapnya

PBB: Serangan Terbaru Israel Bisa Hapus 44 Tahun Pembangunan Manusia di Gaza

2 hari lalu

PBB: Serangan Terbaru Israel Bisa Hapus 44 Tahun Pembangunan Manusia di Gaza

Jika perang terus berlanjut selama sembilan bulan, kemajuan yang dicapai selama 44 tahun akan musnah. Kondisi itu akan membuat Gaza kembali ke 1980

Baca Selengkapnya

Tema World Water Forum ke-10 Sejalan dengan Target UNICEF, Kelangkaan Air jadi Isu Krusial

2 hari lalu

Tema World Water Forum ke-10 Sejalan dengan Target UNICEF, Kelangkaan Air jadi Isu Krusial

Tema World Water Forum ke-10 di Bali berkaitan dengan sejumlah tujuan UNICEF. Salah satunya soal akses air bersih untuk anak-anak di daerah.

Baca Selengkapnya

Demo Dukung Palestina di Kampus AS Diberangus Polisi, PM Bangladesh: Sesuai Demokrasi?

2 hari lalu

Demo Dukung Palestina di Kampus AS Diberangus Polisi, PM Bangladesh: Sesuai Demokrasi?

Perdana Menteri Bangladesh Sheikh Hasina mengkritik pemerintah Amerika Serikat atas penggerebekan terhadap protes mahasiswa pro-Palestina

Baca Selengkapnya

PBB: Kehancuran Bangunan di Gaza Terburuk Sejak PD II, Butuh Biaya Rekonstruksi Hingga US$40 Miliar

2 hari lalu

PBB: Kehancuran Bangunan di Gaza Terburuk Sejak PD II, Butuh Biaya Rekonstruksi Hingga US$40 Miliar

PBB melaporkan kehancuran perumahan di Gaza akibat serangan brutal Israel sejak 7 Oktober merupakan yang terburuk sejak Perang Dunia II.

Baca Selengkapnya

PBB: Bantuan ke Gaza Tak Boleh Jadi Alasan Israel Serang Rafah

4 hari lalu

PBB: Bantuan ke Gaza Tak Boleh Jadi Alasan Israel Serang Rafah

Serangan darat Israel ke Rafah berpotensi memperparah penderitaan ratusan ribu warga Palestina yang terpaksa mengungsi ke kota tersebut

Baca Selengkapnya