Pengawas Pemilu Sebut Kamboja Negara Diktator

Sabtu, 23 Juni 2018 19:00 WIB

Koul Panha.[Phnom Penh Post]

TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Lembaga Pengawas Pemilu, Koul Panha, menulis di halaman Facebook-nya bahwa ia menganggap Kamboja sebagai negara lemah. Panha membandingkan Kamboja dengan kediktatoran di Afrika dan mengklaim bahwa mereka mempraktekkan pelanggaran hak asasi manusia dan nepotisme.

Namun pernyataan Facebook Panha dengan cepat dibantah oleh juru bicara pemerintah, Phay Siphan, yang mengatakan bahwa mereka hanyalah taktik Panha untuk mencari suaka politik.

Baca: Sebut Hun Sen Diktator, Warga Kamboja Protes di Jepang

“Dia di Thailand sekarang, di mana dia bekerja untuk orang lain. Mereka memintanya untuk mengatakan sesuatu untuk membersihkan namanya. Karena itu, ia ingin menjadi korban politik agar memiliki hak untuk hidup di negara ketiga, ” kata Siphan.

Juru Bicara, Pemerintah Kamboja, Phay Siphan.[Global Times]

Advertising
Advertising

Panha adalah direktur eksekutif Komite untuk Pemilu Bebas dan Adil di Kamboja (COMFREL) dan saat ini tinggal di pengasingan. Dia mengunggah ucapannya pada Rabu 20 Juni, disertai sebuah video yang menjelaskan pendapatnya.

“Orang kuat membuat negara lemah. Negara-negara kuat dibuat kuat oleh lembaga dan pejabat yang independen dan efektif. Ketika negara lemah, selalu ada konflik politik yang memerlukan mediasi dari organisasi internasional. Kamboja adalah salah satu negara yang lemah,” kata Panha, seperti dilaporkan The Phnom Penh Post, 23 Juni 2018.

Baca: Jelang Pemilu Kamboja, Hun Sen Janjikan Uang Jika Rakyat Coblos

Dia mengklaim Kerajaan dapat dianggap sebagai kediktatoran dalam nada yang sama seperti Somalia, Haiti, Rwanda dan beberapa negara di Eropa Timur.

“Negara yang lemah sering melanggar hak-hak rakyatnya. Ini adalah masalah menghormati hak asasi manusia internasional. Ada kekhawatiran serius tentang negara lemah yang sering melanggar hak asasi manusia dan mengancam perdamaian. Membuat masyarakat internasional khawatir, ” lanjutnya.

Tetapi Siphan membalas dengan mengatakan bahwa budaya oposisi adalah untuk selalu menciptakan lingkungan yang tidak sejalan dengan nilai-nilai demokrasi.

"Budaya LSM yang menerima dana asing selalu melayani kepentingan orang asing," kata juru bicara pemerintah Kamboja tersebut.

Berita terkait

AS Kembalikan Barang Antik Curian ke RI, Ada Peninggalan Majapahit

6 jam lalu

AS Kembalikan Barang Antik Curian ke RI, Ada Peninggalan Majapahit

Jaksa New York mengembalikan barang antik yang dicuri dari Kamboja dan Indonesia. Dari Indonesia, ada peninggalan Kerajaan Majapahit.

Baca Selengkapnya

AS Kembalikan Barang Antik yang Dicuri dari Indonesia dan Kamboja

1 hari lalu

AS Kembalikan Barang Antik yang Dicuri dari Indonesia dan Kamboja

Jaksa wilayah New York AS menuduh dua pedagang seni terkemuka melakukan perdagangan ilegal barang antik dari Indonesia dan Cina senilai US$3 juta.

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani: Anggaran Pemilu 2024 Belum Terbelanjakan Rp 12 Triliun

2 hari lalu

Sri Mulyani: Anggaran Pemilu 2024 Belum Terbelanjakan Rp 12 Triliun

Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan masih ada Rp 12,3 triliun anggaran Pemilu 2024 yang belum terbelanjakan.

Baca Selengkapnya

Junimart Minta Seleksi Petugas Badan Adhoc Pilkada Dilakukan Terbuka

2 hari lalu

Junimart Minta Seleksi Petugas Badan Adhoc Pilkada Dilakukan Terbuka

Wakil Ketua Komisi II DPR RI, Junimart Girsang mengatakan, badan Adhoc Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada), harus diseleksi lebih ketat dan terbuka untuk menghindari politik transaksional.

Baca Selengkapnya

Pakar Hukum Unand Beri Catatan Putusan MK, Termasuk Dissenting Opinion 3 Hakim Konstitusi

2 hari lalu

Pakar Hukum Unand Beri Catatan Putusan MK, Termasuk Dissenting Opinion 3 Hakim Konstitusi

Pakar Hukum Universitas Andalas atau Unand memberikan tanggapan soal putusan MK dan dissenting opinion.

Baca Selengkapnya

Tim Joe Biden akan Terus Gunakan TikTok untuk Kampanye Walau Dilarang DPR

3 hari lalu

Tim Joe Biden akan Terus Gunakan TikTok untuk Kampanye Walau Dilarang DPR

Tim kampanye Joe Biden berkata mereka tidak akan berhenti menggunakan TikTok, meski DPR AS baru mengesahkan RUU yang mungkin melarang penggunaan media sosial itu.

Baca Selengkapnya

Pemilu Rawan Politik Uang Kaesang Usulkan Sistem Pemilu Proporsional Tertutup, Ini Bedanya dengan Proporsional Terbuka

7 hari lalu

Pemilu Rawan Politik Uang Kaesang Usulkan Sistem Pemilu Proporsional Tertutup, Ini Bedanya dengan Proporsional Terbuka

Ketua Umum PSI yang juga putra Jokowi, Kaesang Pangarep usulkan pemilu selanjutnya dengan sistem proporsional tertutup karena marak politik uang.

Baca Selengkapnya

Menkominfo Ungkap Kesan Pertemuan Tim Cook Apple dan Prabowo

9 hari lalu

Menkominfo Ungkap Kesan Pertemuan Tim Cook Apple dan Prabowo

Budi Arie Setiadi mengatakan Tim Cook mengapresiasi hasil pemilu presiden Indonesia atas terpilihnya Prabowo.

Baca Selengkapnya

Kilas Balik Pelaksanaan Pemilu 2019, Pertama Kalinya Pilpres dan Pileg Serentak

11 hari lalu

Kilas Balik Pelaksanaan Pemilu 2019, Pertama Kalinya Pilpres dan Pileg Serentak

Hari ini, 17 April 2019 atau Pemilu 2019 pertama kali Pemilihan Presiden (Pilpres) dan Pemilihan Legislatif (Pileg) dilakukan secara serentak.

Baca Selengkapnya

Aksi Mogok Dokter, Skandal Tas Dior hingga Daun Bawang: Riuh Pemilu Legislatif Korea Selatan

17 hari lalu

Aksi Mogok Dokter, Skandal Tas Dior hingga Daun Bawang: Riuh Pemilu Legislatif Korea Selatan

Sekitar 44 juta warga Korea Selatan akan memberikan suaranya dalam pemilu yang akan menentukan sisa masa kepemimpinan Presiden Yoon Suk yeol.

Baca Selengkapnya