Dipanggil KPK Malaysia, Istri Najib Razak Bawa Tas Mewah
Reporter
Yon Yoseph
Editor
Budi Riza
Rabu, 6 Juni 2018 07:45 WIB
TEMPO.CO, Kuala Lumpur - Istri bekas Perdana Menteri Malaysia, Najib Razak, mulai diperiksa Komisi Pemberantasan Korupsi Malaysia terkait skandal 1Malaysia Development Berhad, 1MDB.
Rosmah Mansor tiba di markas besar komisi anti-korupsi pada Selasa, 5 Juni 2018 untuk memberikan penjelasan soal transfer mencurigakan sekitar US$ 10,6 juta atau Rp147,2 miliar ke rekening bank pribadi suaminya.
Baca:
Terkait 1MDB, Najib Razak Dipanggil Lagi ke KPK Malaysia
Najib Razak Tuduh Menkeu Asal Tebak Soal Utang Malaysia
Rosmah tiba di kantor Malaysia Anti-corruption Commission pada Selasa pagi dengan diiringi konvoi tiga mobil pribadi.
Diapit penjaga keamanan dan pengacaranya, Rosmah melangkah keluar dari mobil Mercedes berwarna keperakan dengan membawa tas merah terang yang terlihat sebagai produk
Rosmah berjalan melalui kerumunan wartawan yang menunggu kedatangannya dan didampingi putrinya Nooryana Najwa.
Baca:
Najib Razak Tertidur Saat Polisi Malaysia Geledah Rumahnya
Polisi Malaysia Sita Uang Rp 405 Miliar Terkait Najib Razak
MACC melayangkan pemberitahuan kepada Rosmah pada Jumat lalu untuk berada di kantor pusatnya pada pukul 11 pagi untuk memberikan pernyataan. Pemberitahuan itu diserahkan oleh petugas MACC di kediaman Rosmah dan Najib di Jalan Langgak Duta Kuala Lumpur.
Ini adalah pertama kalinya wanita berusia 66 tahun itu dipanggil untuk menjawab pertanyaan yang berkaitan dengan skandal 1MDB, yang pengusutannya sedang berlangsung.
Perhatian telah terfokus pada Rosmah setelah polisi menemukan 284 tas mewah dan setumpuk perhiasan dan uang tunai selama penggerebekan di apartemen Pavilion Residences Appartment yang terkait dengan Najib dan keluarganya.
Skandal multimiliar 1MDB ini telah menghantam Najib dan keluarganya sejak 2015. Najib menjadi PM selama 9 tahun terakhir sebelum dikalahkan Mahathir Mohamad dalam pemilu 9 Mei 2018.
Rosmah selama menjadi ibu negara dikenal suka berbelanja barang-barang mewah di luar negeri di saat orang-orang Malaysia kelas menengah berjuang dengan meningkatnya biaya hidup.