Pemerintah Kamboja Awasi Media Menjelang Pemilu

Selasa, 5 Juni 2018 14:35 WIB

PM Kamboja, Hun Sen bereaksi atas pertanyaan jurnalis saat dia berjaalan dengan PM Australia Malcolm Turnbull di sela-sela KTT Asean--Australia, 16 Maret 2018. Reuters

TEMPO.CO, Jakarta - Pemerintah Kamboja akan mengawasi dan mengontrol konten berita media online dengan dalih mencegah instabilitas negara. Pernyataan ini diumumkan pemerintah untuk mengendalikan informasi yang beredar menjelang pemilihan umum Juli mendatang.

Perdana Menteri Hun Sen dari partai berkuasa dan koalisinya telah menekan kritik terhadap pemerintah Kamboja, termasuk media independen, kelompok advokasi HAM, dan tokoh oposisi menjelang pemungutan suara 29 Juli.

Baca: Polisi Kamboja Tangkap Guru SD Karena Hina Raja

Staf dari tiga kementerian pemerintah akan mengawasi konten berita, tulis, audio, foto, video, dan bentuk media lain yang bisa menyebabkan instabilitas, ungkap pemerintah seperti dilaporkan Reuters, 5 Juni 2018.

Pengawasan ini termasuk mengharuskan penyedia layanan internet untuk memasang penyaring atau pemblokir situs atau akun media sosial yang melanggar hukum.

Advertising
Advertising

Baca: Bertemu Senat, Raja Kamboja: Lindungi Keadilan dan HAM Rakyat

Raja Kamboja Norodom Sihamoni mendesak para senator untuk melindungi keadilan dan HAM seluruh rakyat. [VOA}


Pemerintah mengatakan aturan ini untuk mengendalikan konten yang bisa menghancurkan ketahanan nasional dan keamanan, serta menjaga hubungan diplomatik dengan negara lain, menjaga keamanan publik, diskriminasi dan budaya, dan tradisi nasional.

Baca: Akhir The Phnom Penh Post, Bencana bagi Kebebasan Pers Kamboja

Pengawasan ini menjadi kontradiktif, pasalnya Kamboja pernah menjadi negara dengan keterbukaan media terbesar se-Asia Tenggara, namun kini tekanan terhadap media kritis semakin meningkat menjelang pemilihan umum. Penjualan The Phnom Penh Post sebagai media independen terakhir di Kamboja kepada pengusaha pro pemerintah mengubur kebebasan media di Kamboja.

Pemimpin Redaksi The Phnom Penh Post, Kay Kimsong, melambaikan tangan saat keluar usai dipecat dari surat kabar harian The Phnom Penh Post di Phnom Penh, Kamboja, 7 Mei 2018. [Reuters]

Komisi Pemilihan Umum Kamboja dituntut untuk tetap netral dalam pemilihan umum. Delegasi PBB Bidang Hak Asasi Manusia untuk Kamboja mengatakan pemilu tidak akan adil tanpa partisipasi Partai Penyelamat Nasional Kamboja (CNRP) sebagai oposisi utama yang telah dilarang di Kamboja tahun lalu, seperti dilansir VOA.

Pemerintah menyebut larangan CNRP karena diduga akan mengkudeta Perdana Menteri Hun Sen, meskipun tidak ada bukti kuat untuk mendukung tuduhan pemerintah.

Baca: Kamboja Mengincar Sam Rainsy, Tuding Sabotase Pemilu

Ketua Komisi Pemilihan Umum Kamboja yang ditunjuk oleh Partai Rakyat Kamboja, Sik Bunhok, mengatakan pejabat terpilih harus bekerjasama untuk melawan propagan da yang meragukan pemilihan umum Kamboja. Komisi Pemilihan Kamboja mengumumkan masa kampanye dimulai pada 7 Juli dan pemungutan suara pada 29 Juli.

Berita terkait

Hakim MK Naik Pitam Komisioner KPU Absen di Sidang Pileg: Sejak Pilpres Enggak Serius

15 jam lalu

Hakim MK Naik Pitam Komisioner KPU Absen di Sidang Pileg: Sejak Pilpres Enggak Serius

Hakim MK Arief Hidayat menegur komisioner KPU yang tak hadir dalam sidang PHPU Pileg Panel III. Arief menilai KPU tak menganggap serius sidang itu.

Baca Selengkapnya

Said Iqbal Yakin Partai Buruh Masuk Senayan pada Pemilu 2029

1 hari lalu

Said Iqbal Yakin Partai Buruh Masuk Senayan pada Pemilu 2029

Presiden Partai Buruh Said Iqbal menyakini partainya masuk ke Senayan pada pemilu 2029 mendatang.

Baca Selengkapnya

Standard Chartered Perkiraan Pertumbuhan PDB Indonesia 2024 Menjadi 5,1 Persen

3 hari lalu

Standard Chartered Perkiraan Pertumbuhan PDB Indonesia 2024 Menjadi 5,1 Persen

Standard Chartered menurunkan perkiraan pertumbuhan produk domestik bruto atau PDB Indonesia tahun 2024 dari 5,2 persen menjadi 5,1 persen.

Baca Selengkapnya

AS Kembalikan Barang Antik Curian ke RI, Ada Peninggalan Majapahit

4 hari lalu

AS Kembalikan Barang Antik Curian ke RI, Ada Peninggalan Majapahit

Jaksa New York mengembalikan barang antik yang dicuri dari Kamboja dan Indonesia. Dari Indonesia, ada peninggalan Kerajaan Majapahit.

Baca Selengkapnya

AS Kembalikan Barang Antik yang Dicuri dari Indonesia dan Kamboja

5 hari lalu

AS Kembalikan Barang Antik yang Dicuri dari Indonesia dan Kamboja

Jaksa wilayah New York AS menuduh dua pedagang seni terkemuka melakukan perdagangan ilegal barang antik dari Indonesia dan Cina senilai US$3 juta.

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani: Anggaran Pemilu 2024 Belum Terbelanjakan Rp 12 Triliun

6 hari lalu

Sri Mulyani: Anggaran Pemilu 2024 Belum Terbelanjakan Rp 12 Triliun

Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan masih ada Rp 12,3 triliun anggaran Pemilu 2024 yang belum terbelanjakan.

Baca Selengkapnya

Junimart Minta Seleksi Petugas Badan Adhoc Pilkada Dilakukan Terbuka

6 hari lalu

Junimart Minta Seleksi Petugas Badan Adhoc Pilkada Dilakukan Terbuka

Wakil Ketua Komisi II DPR RI, Junimart Girsang mengatakan, badan Adhoc Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada), harus diseleksi lebih ketat dan terbuka untuk menghindari politik transaksional.

Baca Selengkapnya

Pakar Hukum Unand Beri Catatan Putusan MK, Termasuk Dissenting Opinion 3 Hakim Konstitusi

6 hari lalu

Pakar Hukum Unand Beri Catatan Putusan MK, Termasuk Dissenting Opinion 3 Hakim Konstitusi

Pakar Hukum Universitas Andalas atau Unand memberikan tanggapan soal putusan MK dan dissenting opinion.

Baca Selengkapnya

Tim Joe Biden akan Terus Gunakan TikTok untuk Kampanye Walau Dilarang DPR

7 hari lalu

Tim Joe Biden akan Terus Gunakan TikTok untuk Kampanye Walau Dilarang DPR

Tim kampanye Joe Biden berkata mereka tidak akan berhenti menggunakan TikTok, meski DPR AS baru mengesahkan RUU yang mungkin melarang penggunaan media sosial itu.

Baca Selengkapnya

Pemilu Rawan Politik Uang Kaesang Usulkan Sistem Pemilu Proporsional Tertutup, Ini Bedanya dengan Proporsional Terbuka

11 hari lalu

Pemilu Rawan Politik Uang Kaesang Usulkan Sistem Pemilu Proporsional Tertutup, Ini Bedanya dengan Proporsional Terbuka

Ketua Umum PSI yang juga putra Jokowi, Kaesang Pangarep usulkan pemilu selanjutnya dengan sistem proporsional tertutup karena marak politik uang.

Baca Selengkapnya