3 Korban Pemandulan Paksa Gugat Pemerintah Jepang

Kamis, 17 Mei 2018 15:52 WIB

(dari kiri) PM Jepang Shinzo Abe, Presiden AS Donald Trump, dan PM Australia, Malcolm Turnbull dalam pertemuan ASEAN Summit di Manila, Filipina, 13 November 2017. REUTERS/Jonathan Ernst

TEMPO.CO, Jakarta - Tiga orang yang dipaksa untuk mandul menggugat pemerintah Jepang. Ketiganya menjadi korban pemaksaan sterilisasi pada tahun 1948 hingga 1996. Jepang bermaksud mencegah lahirnya manusia berkualitas buruk saat itu.

Ketiga korban pemandulan paksa itu bergabung dengan sebuah gerakan sebagai bagian dari langkah untuk menuntut pemerintah Jepang meminta maaf dan memberikan kompensasi bagi para korban.

Baca: Pria Ini Bunuh Diri Setelah Tahu Istrinya Mandul

Gugatan yang diajukan di Tokyo dan beberapa tempat lain di Jepang dibuat setelah tindakan hukum yang diambil oleh seorang korban awal tahun ini.

Salah satu pengggugat, Saburo Kita, dipaksa untuk disterilkan saat masih remaja. Setelah menikah, ia tidak pernah memberi tahu istrinya dan baru mengungkapnya sebelum kematian istrinya pada tahun 2013.

"Kami menuntut 30 juta yen (Rp 3,8 miliar) kompensasi dari pemerintah," kata pengacaranya, Naoto Sekiya, seperti diilansir Japan Today pada 17 Mei 2018.

Advertising
Advertising

Selain Kita yang menggunakan nama samaran, dua korban lain dari Sendai dan utara Hokkaido juga akan mengajukan gugatan.

Kementerian Kesehatan Jepang mengakui bahwa sekitar 16.500 orang secara paksa disterilisasi di bawah undang-undang eugenika antara tahun 1948 dan 1996.

Undang-undang mengizinkan dokter untuk mensterilkan atau memandulkan orang-orang dengan cacat intelektual yang diwariskan, untuk mencegah generasi keturunan berkualitas buruk.

Baca: Wanita Pakai Narkoba seperti Jennifer Dunn, Awas Mandul

Saat itu, 8,500 orang lagi disterilkan atas kemauan sendiri.

Pemerintah Jepang telah berulang kali menolak permohonan individu dari korban untuk meminta maaf dan menawarkan kompensasi, mengatakan prosedur itu legal pada saat itu.

Pada Januari lalu, seorang wanita berusia 60 tahun menjadi orang pertama yang mengajukan gugatan. Ia menuntut kompensasi 11 juta yen atas sterilisasi paksa saat dia berusaia 15 tahun.

Pada Maret lalu, anggota parlemen Jepang berjanji untuk mempertimbangkan kompensasi bagi korban, namun korban dan pendukung mereka mengatakan prosesnya bergerak terlalu lambat.

Selain Jepang, Jerman dan Swedia juga pernah mengaktifkan hukum eugenik dan pemerintah telah meminta maaf dan membayar kompensasi kepada para korban pemandulan paksa.

JAPAN TODAY|CHANNEL NEWS ASIA

Berita terkait

Preview Timnas U-23 Jepang vs Uzbekistan di Final Piala Asia U-23 2024 Malam Ini

2 menit lalu

Preview Timnas U-23 Jepang vs Uzbekistan di Final Piala Asia U-23 2024 Malam Ini

Duel Timnas U-23 Jepang vs Uzbekistan akan tersaji pada babak final Piala Asia U-23 2024 di Stadion Jassim Bin Hamad pada Jumat, 3 Mei 2024.

Baca Selengkapnya

Top 3 Dunia: Arab Saudi Terbitkan Aturan Baru Haji 2024 dan Jepang Kucurkan Bantuan untuk Papua

8 jam lalu

Top 3 Dunia: Arab Saudi Terbitkan Aturan Baru Haji 2024 dan Jepang Kucurkan Bantuan untuk Papua

Top 3 dunia pada 2 Mei 2024, di antaranya pelapor yang menuduh Boeing telah mengabaikan cacat produksi 737 MAX, meninggal.

Baca Selengkapnya

Pemandangan Indah Gunung Fuji di Jepang Kini Ditutup, Apa Sebabnya?

17 jam lalu

Pemandangan Indah Gunung Fuji di Jepang Kini Ditutup, Apa Sebabnya?

Pemasangan dinding diharapkan bisa mencegah orang berkumpul di seberang jalan untuk mengambil foto Gunung Fuji di Jepang dan mengganggu sekitar.

Baca Selengkapnya

Jepang Kucurkan Bantuan untuk Petani Skala Kecil di Papua

21 jam lalu

Jepang Kucurkan Bantuan untuk Petani Skala Kecil di Papua

Bantuan Jepang ini ditujukan untuk meningkatkan kehidupan petani skala kecil dan usaha perikanan di Papua

Baca Selengkapnya

Hasil Piala Uber 2024: Tim Bulu Tangkis Putri Cina dan Jepang Bakal Duel di Semifinal

23 jam lalu

Hasil Piala Uber 2024: Tim Bulu Tangkis Putri Cina dan Jepang Bakal Duel di Semifinal

Tim bulu tangkis putri Cina dan Jepang melenggang mulus ke semifinal Uber Cup atau Piala Uber 2024.

Baca Selengkapnya

Kento Momota Ingin Tetap Berkecimpung di Dunia Bulu Tangkis setelah Pensiun, Apa Saja yang Akan Dilakukannya?

1 hari lalu

Kento Momota Ingin Tetap Berkecimpung di Dunia Bulu Tangkis setelah Pensiun, Apa Saja yang Akan Dilakukannya?

Piala Thomas 2024 menjadi turnamen keenam yang diikutinya sepanjang karier Kento Momota sejak debut di ajang ini 2014.

Baca Selengkapnya

Diduga Dibuang di Jalanan Shibuya, Album SEVENTEEN Duduki Puncak Tangga Lagu Jepang

1 hari lalu

Diduga Dibuang di Jalanan Shibuya, Album SEVENTEEN Duduki Puncak Tangga Lagu Jepang

Album SEVENTEEN menduduki peringkat pertama tanggal album utama di Jepang, tapi baru-baru ini viral video album itu dibuang

Baca Selengkapnya

Sensasi Menyantap Daging Yakiniku dalam Jyubako

1 hari lalu

Sensasi Menyantap Daging Yakiniku dalam Jyubako

Yakiniku yang disajikan dalam Jyubako atau bento box memberikan kesan menarik dengan makanan yang bervariasi, kaya nutrisi, dan terkontrol porsinya.

Baca Selengkapnya

Penyakit Minamata Ditemukan di Jepang 68 Tahun Lalu, Ini Cara Merkuri Masuk dalam Tubuh

2 hari lalu

Penyakit Minamata Ditemukan di Jepang 68 Tahun Lalu, Ini Cara Merkuri Masuk dalam Tubuh

Penyakit Minamata ditemukan di Jepang pertama kali yang mengancam kesehatan tubuh akibat merkuri. Lantas, bagaimana merkuri dapat masuk ke dalam tubuh?

Baca Selengkapnya

68 Tahun Lalu Penemuan Penyakit Minamata di Jepang Pertama Kali

2 hari lalu

68 Tahun Lalu Penemuan Penyakit Minamata di Jepang Pertama Kali

Hari ini, 68 tahun lalu, Jepang menemukan penyakit epidemi yang disebut Minamata. Apa penyebabnya?

Baca Selengkapnya