Sam Rainsy: Tanpa Oposisi Kamboja dalam Ketidakpastian

Reporter

Tempo.co

Senin, 16 April 2018 14:50 WIB

Mantan Pemimpin Oposisi Kamboja, Sam Rainsy, saat kunjungan ke kantor Tempo di Palmerah, Jakarta Barat, 16 April 2018. TEMPO/Fajar Januarta

TEMPO.CO, Jakarta - Pemimpin oposisi Kamboja yang diasingkan, Sam Rainsy memprediksi situasi di Kamboja akan penuh dengan ketidakpastian. Proyeksi itu disampaikan menyusul semakin dekatnya penyelenggaraan pemilu Kamboja pada 29 Juli 2018 tanpa kehadiran partai oposisi.

Dia menceritakan, sejak oposisi bangkit pada 25 tahun silam, posisi oposisi Kamboja sudah semakin kuat. Puncaknya pada pemilu 2008, partai Penyelamat Kamboja Nasional atau CNRP meraih 26 kursi parlemen dan 3 kursi diperoleh oleh partai oposisi lainnya. Namun pemerintah Kamboja melalui kekuasaannya membubarkan oposisi.

“Ini perubahan besar dalam peta politik Kamboja, namun mereka (pemerintah Kamboja) terus mengkriminalisasi saya. Mereka selalu berupaya mengeluarkan saya. Aneh melakukan pemilu tanpa partai oposisi. Oposisi dipenggal, tetapi semangat kami masih hidup. Kami menginginkan pemerintah Kamboja melakukan rehabilitasi dan mengizinkan partai-partai oposisi berpartisipasi dalam pemilu,” kata Rainsy, dalam kunjungannya ke kantor Tempo di Jakarta, Senin, 16 April 2018.

Baca: Oposisi Kamboja Sam Rainsy Minta Dukungan Jepang

Mantan Pemimpin Oposisi Kamboja, Sam Rainsy, saat kunjungan ke kantor Tempo di Palmerah, Jakarta Barat, 16 April 2018. TEMPO/Fajar Januarta

Advertising
Advertising

Baca: 30 Tahun Berkuasa di Kamboja, Hun Sen Ingin Lanjut 10 Tahun Lagi

Selain Rainsy, saat ini ada sekitar 118 politisi oposisi yang telah dilarang oleh pemerintahan Perdana Menteri Hun Sen melakukan aktivitas politik selama lima tahun. Larangan itu diterbitkan tanpa alasan.

Perdana Menteri Hun Sen sudah berkuasa di Kamboja lebih dari 3 dekade. Saat ini dia berusia 65 tahun dan bertekad akan berkuasa di Kamboja sampai usianya 90 tahun. Rainsy menyebut sebagian besar akar permasalahan pemberontakan yang terjadi di negara-negara Timur Tengah adalah karena pemimpin yang diktator, bukan demokrasi. Ini pula yang terjadi di Suriah dan Libya.

Berita terkait

Cuaca Panas di Kamboja Sebabkan Gudang Amunisi Meledak, 20 Tentara Tewas

1 hari lalu

Cuaca Panas di Kamboja Sebabkan Gudang Amunisi Meledak, 20 Tentara Tewas

Cuaca panas menerjang sejumlah negara di Asia. Di Kamboja, gudang amunisi meledak hingga menyebabkan 20 tentara tewas.

Baca Selengkapnya

Badan Mata-mata Seoul Tuding Korea Utara Rencanakan Serangan terhadap Kedutaan Besar

1 hari lalu

Badan Mata-mata Seoul Tuding Korea Utara Rencanakan Serangan terhadap Kedutaan Besar

Badan mata-mata Korea Selatan menuding Korea Utara sedang merencanakan serangan "teroris" yang menargetkan pejabat dan warga Seoul di luar negeri.

Baca Selengkapnya

AS Kembalikan Barang Antik Curian ke RI, Ada Peninggalan Majapahit

6 hari lalu

AS Kembalikan Barang Antik Curian ke RI, Ada Peninggalan Majapahit

Jaksa New York mengembalikan barang antik yang dicuri dari Kamboja dan Indonesia. Dari Indonesia, ada peninggalan Kerajaan Majapahit.

Baca Selengkapnya

AS Kembalikan Barang Antik yang Dicuri dari Indonesia dan Kamboja

7 hari lalu

AS Kembalikan Barang Antik yang Dicuri dari Indonesia dan Kamboja

Jaksa wilayah New York AS menuduh dua pedagang seni terkemuka melakukan perdagangan ilegal barang antik dari Indonesia dan Cina senilai US$3 juta.

Baca Selengkapnya

Ada Youtuber Siksa Kera di Angkor, Pemerintah Kamboja Bakal Ambil Tindakan

24 hari lalu

Ada Youtuber Siksa Kera di Angkor, Pemerintah Kamboja Bakal Ambil Tindakan

Selama ini, penyiksaan terhadap kera di Angkor tidak mencolok, tapi lama kelamaan kasusnya semakin banyak.

Baca Selengkapnya

Thailand Berencana Legalisasi Kasino untuk Tingkatkan Pemasukan dan Lapangan Kerja

36 hari lalu

Thailand Berencana Legalisasi Kasino untuk Tingkatkan Pemasukan dan Lapangan Kerja

Perdana Menteri Thailand Srettha Thavisin mengatakan jika disahkan oleh parlemen, undang-undang kasino akan menghasilkan lebih banyak lapangan kerja

Baca Selengkapnya

Terkini: Dampak Ekonomi Konser Taylor Swift dan Coldplay di Singapura Tembus Rp 11 Triliun, Harga Tiket Promo AirAsia Rute Internasional Mulai Rp 990 Ribuan

47 hari lalu

Terkini: Dampak Ekonomi Konser Taylor Swift dan Coldplay di Singapura Tembus Rp 11 Triliun, Harga Tiket Promo AirAsia Rute Internasional Mulai Rp 990 Ribuan

LPM FEB UI meneliti dampak ekonomi dari konser Taylor Swift dan Coldplay di Singapura. Perhelatan konser dua bintang dunia tersebut tembus Rp 11 T.

Baca Selengkapnya

Untuk Idul Fitri, Indonesia Impor 22 Ribu Ton Beras dari Kamboja

47 hari lalu

Untuk Idul Fitri, Indonesia Impor 22 Ribu Ton Beras dari Kamboja

Pemerintah mengimpor 22.500 ton beras dari Kamboja untuk memenuhi kebutuhan stok beras menjelang Idul Fitri 1445H, selain mengandalkan produk nasional

Baca Selengkapnya

Pariwisata Kamboja dan Malaysia Paling Cepat Pulih di Asia Tenggara, Bagaimana Indonesia?

52 hari lalu

Pariwisata Kamboja dan Malaysia Paling Cepat Pulih di Asia Tenggara, Bagaimana Indonesia?

Sebuah perusahaan riset mengungkap tingkat pemulihan industri pariwisata Asia Tenggara dilihat dari kunjungan wisatawan asing, Kamboja paling tinggi.

Baca Selengkapnya

Uniknya Kuil Bayon di Angkor Wat yang Menampilkan 200 Wajah Tersenyum Damai

53 hari lalu

Uniknya Kuil Bayon di Angkor Wat yang Menampilkan 200 Wajah Tersenyum Damai

Identitas sosok yang sedang tersenyum ini menjadi perdebatan sejak penemuan kembali Bayon di Angkor Wat pada abad ke-19.

Baca Selengkapnya