Malala Yousafzai: Saya Tidak Pernah Sebahagia Ini

Reporter

Tempo.co

Sabtu, 31 Maret 2018 13:10 WIB

Malala Yousafzai. (AP Photo/Rui Vieira/PA)

TEMPO.CO, Jakarta - Peraih Nobel bidang perdamaian 2014, Malala Yousafzai merindukan rumahnya di picturesque lembah Swat, Pakistan. Malala dan keluarganya pernah dua tahun tinggal di Swat dalam ketakutan di bawah kerasnya interpretasi hukum Islam oleh Taliban.

“Saya bangga dengan agama saya dan saya bangga dengan negara saya. Saya tidak pernah begitu bersemangat. Saya tidak pernah sebahagia ini sebelumnya,” kata Malala, Sabtu, 31 Meret 2018.

Baca: PM Pakistan Abbasi: Selamat Datang Malala Yousafzai

Malala Yousufzai, seorang siswi asal Pakistan yang ditembak oleh Taliban pada 9 Oktober 2012 karena berbicara menentang militan dan mengkampanyekan pendidikan bagi anak perempuan, di Lembah Swat, Pakistan, dalam foto tanpa tanggal. REUTERS/Stringer

Dikutip dari Reuters, Jumat 30 Maret 2018, Malala mengatakan sangat gembira bisa berada di kampung halaman, Pakistan. Namun dia tak mau menjawab pertanyaan apakah dia menerima atau tidak pengamanan khusus untuk mengunjungi Swat.

Advertising
Advertising

Baca: Setelah 6 Tahun Penembakan, Malala Yousafzai Pulang Ke Pakistan

Sebelumnya seorang aktivis perempuan pada Jumat 30 Maret 2018 mengatakan Malala berharap bisa mengunjungi lembah Swat, desa tempat tinggalnya dulu. Namun perjalanan ini tergantung pada keamanan yang diberikan oleh pemerintah Pakistan.

Dikutip dari abcnews.go.com, keamanan di wilayah Mingora telah meningkat menyusul rencana kedatangan Malala ke kampunya itu. Namun otoritas belum mengkonfirmasi apakah Malala akan benar–benar ke sana. Malala diperkirakan akan kembali ke London pada Senin, 1 April 2018.

Aktivis Adnan Tabassum, yang juga berasal dari Swat telah menemui Malala pada Kamis, 28 Maret 2018 di ibukota Islamabad. Dalam pertemuan itu, Malala mengatakan betapa dia ingin pergi ke Swat untuk menemui bekas teman-teman sekolahnya dan sanak saudaranya di sana.

Malala pada Jumat, 30 Maret 2018 untuk pertama kali mengunjungi kampung halamannya sejak peristiwa penembakan kepalanya oleh Taliban pada 2012. Dia menjadi sasaran Taliban karena blog miliknya yang menyerukan pendidikan bagi anak perempuan. Malala, 20 tahun, juga menghadapi kritik dari masyarakat Pakistan, yang menudingnya mempromosikan sebuah ideologi yang bertentangan dengan nilai-nilai Islam.

Berita terkait

Setahun Menjabat PM Skotlandia Humza Yousaf Mengundurkan Diri, Ini Alasannya

1 hari lalu

Setahun Menjabat PM Skotlandia Humza Yousaf Mengundurkan Diri, Ini Alasannya

PM Skotlandia Humza Yousaf dilantik saat usianya masih 37 tahun, setahun lalu. Tak sampai setahun ia mengundurkan diri. Apa alasannya?

Baca Selengkapnya

Diserang Israel, Presiden Iran Justru Kunjungi Pakistan Pekan Ini

10 hari lalu

Diserang Israel, Presiden Iran Justru Kunjungi Pakistan Pekan Ini

Presiden Iran Ebrahim Raisi akan melakukan kunjungan resmi ke Pakistan mulai pekan ini, meski negara itu baru saja diserang Israel pada Jumat lalu

Baca Selengkapnya

10 Negara dengan Biaya Hidup Termurah di Dunia, Indonesia Masuk?

16 hari lalu

10 Negara dengan Biaya Hidup Termurah di Dunia, Indonesia Masuk?

Negara dengan biaya hidup termurah di dunia pada 2024, Pakistan berada di urutan pertama

Baca Selengkapnya

Profil Korban Jiwa Penusukan di Australia: Ibu Baru, Mahasiswi Cina hingga Pengungsi Ahmadiyah

17 hari lalu

Profil Korban Jiwa Penusukan di Australia: Ibu Baru, Mahasiswi Cina hingga Pengungsi Ahmadiyah

Warga Australia berduka atas kematian lima perempuan dan seorang pria penjaga keamanan pengungsi asal Pakistan.

Baca Selengkapnya

Jerman Disebut Minta NATO Blokir Embargo Senjata PBB terhadap Israel

27 hari lalu

Jerman Disebut Minta NATO Blokir Embargo Senjata PBB terhadap Israel

Menlu Jerman Annalena Baerbock disebut mendesak NATO untuk memblokir rancangan resolusi PBB yang menyerukan penghentian ekspor senjata ke Israel.

Baca Selengkapnya

Risiko Genosida di Gaza, Dewan HAM PBB Rancang Resolusi Embargo Senjata Israel

28 hari lalu

Risiko Genosida di Gaza, Dewan HAM PBB Rancang Resolusi Embargo Senjata Israel

Dewan HAM PBB akan mempertimbangkan rancangan resolusi pada Jumat 5 April 2024 yang menyerukan embargo senjata terhadap Israel.

Baca Selengkapnya

Asif Ali Zardari Terpilih sebagai Presiden Pakistan, Mengenali Perjalanan Politiknya

51 hari lalu

Asif Ali Zardari Terpilih sebagai Presiden Pakistan, Mengenali Perjalanan Politiknya

Asif Ali Zardari mantan suami Benazir Bhutto yang dua kali menjabat perdana menteri Pakistan

Baca Selengkapnya

Putusan Pengadilan Pakistan: Hukuman Gantung Zulfikar Ali Bhutto Sewenang-wenang

57 hari lalu

Putusan Pengadilan Pakistan: Hukuman Gantung Zulfikar Ali Bhutto Sewenang-wenang

44 tahun lalu, Zulfikar Ali Bhutto, ayah Benazir Bhutto, dihukum gantung dengang sewenang-wenang di bawah rezim militer Pakistan Jenderal Zia-ul-Haq.

Baca Selengkapnya

Partai Sekutu Imran Khan Tak Penuhi Syarat Masuk Parlemen Pakistan

58 hari lalu

Partai Sekutu Imran Khan Tak Penuhi Syarat Masuk Parlemen Pakistan

Kandidat independen dari Dewan Sunni Ittehad (SIC) yang didukung partai Imran Khan, yakni Pakistan Tehreek-e-Insaf tak memenuhi syarat masuk parlemen.

Baca Selengkapnya

Bulog Membeli Beras 300 Ribu Ton dari Thailand dan Pakistan, Tambah Stok Jelang Ramadan

59 hari lalu

Bulog Membeli Beras 300 Ribu Ton dari Thailand dan Pakistan, Tambah Stok Jelang Ramadan

Perum Bulog mengimpor beras sebanyak 300 ribu ton dari Thailand dan Pakistan untuk memperkuat stok pangan nasional menghadapi Ramadan dan Idul Fitri

Baca Selengkapnya