Pertemuan Wina: PBB Desak Efisiensi Energi

Reporter

Editor

Selasa, 28 Agustus 2007 22:57 WIB

TEMPO Interaktif, Wina:Efisiensi energi adalah cara paling cepat dan menjanjikan untuk menurunkan emisi karbon dan pemanasan global dalam jangka pendek. Hal ini disampaikan Yvo de Boer, Sekretaris Eksekutif Konvensi Kerangka Kerja Perubahan Cuaca PBB di Vienna Centre, Austria (UNFCCC) pada Selasa petang (28/8) waktu setempat.Dalam pertemuan yang dihadiri kurang lebih 40 wartawan dari berbagai negara, termasuk Tempo, serta berbagai sejumlah petinggi berbagai lembaga lingkungan dunia, de Boer menekankan efisiensi energi ini hendaknya segera digalakkan dan dimpletasikan oleh pabrik-pabrik pembangkit-pembangkit energi, gedung-gedung pencakar langit, serta aneka kendaraan bermotor.Efisiensi ini, menurut de Boer, akan menghemat dana dalam jumlah yang jumbo. Karena diperlukan ratusan miliar dolar investasi untuk menurunkan kenaikan emisi karbon dan gas rumah kaca hingga 2030 kelak.Pernyataan resmi yang disampaikan Konvensi Kerangka Kerja pada Selasa lalu itu menyebutkan proyeksi investasi untuk menurunkan emisi —ke levelsekarang—pada periode 2030 nanti adalah US$ 200 – 210 miliar per tahun. Jumlah ini setara dengan sekitar Rp 1800 triliun. Sekjen de Boer menekankan, dana investasi untuk menurunkan pemanasan global yang ada sekarang tidak mencukupi setelah tahun 2012. Itu sebabnya diperlukanpeningkatan jumlah di atas yang menjangkau 0,3 – 0,5 persen dari produk domestik global serta 1,1 – 1,7 persen dari global investasi pada 2030.Dalam tanya jawab dengan para wartawan, de Boer menyatakan investasi yang kelak akan disediakan bagi negara-negara berkembang diperkirakan mencapai47 persen dari total investasi yang diperlukan pada 2030. Dan diharapkan, reduksi emisi global yang dilakukan secara bersama-sama oleh semua negaraberkembang bisa melorotkan emisi global hingga 68 persen. Kendati demikian, Sekretaris Eksekutif UNFCCC itu menegaskan, negara-negara industri tetap diminta berdiri baris depan dalam urusan penurunan pemanasan global, dan bukan negara-negara berkembang.Untuk menyokong program efisiensi energi dan penurunan panas global, pemerintah, terutama di negara-negara berkembang, diharapkan mengeluarkan mengedepankan kebijakan ekonomi (juga politik) yang ramah lingkungan(enviromental friendly). Menjawab pertanyaan Tempo, Mario Netto, pejabat UNFCC di bidang Investment and Financial Flow Project menyatakan, kebijakan pemerintah yang demikian mutlak diperlukan dalam menyalurkan dana-dana investasi untuk proyek-proyek berbasis Clean Development Management (CDM), termasuk di Indonesia.Ketika Tempo menanyakan apakah sudah tersedia skema dana kompensasi bagi Indonesia dan negara berkembang lain yang menggalakan konservasi hutan dan penanaman kembali lahan gundul dan rusak, de Boer dengan hati-hati menjawab: “Sejauh ini belum ada skema yang diputuskan dan saya harap akan menjadi salah satu pokok bahasan di Pertemuan Bali”. Pertemuan Bali akan diselenggarakan pada Desember 2007. Hermien Y. Kleden (Wina, Austria)

Berita terkait

6 Penyebab Kekeringan, Dampaknya Bagi Manusia

29 Mei 2023

6 Penyebab Kekeringan, Dampaknya Bagi Manusia

Banyak faktor yang membuat fenomena kekeringan terjadi. Seperti badai El Nino 2015 di Indonesia dan masih banyak lagi.

Baca Selengkapnya

Mahasiswa UGM Manfaatkan Aspal Jalanan Untuk Kurangi Peningkatan Suhu Perkotaan

14 September 2022

Mahasiswa UGM Manfaatkan Aspal Jalanan Untuk Kurangi Peningkatan Suhu Perkotaan

Mahasiswa UGM menggagas inovasi pemanfaatan aspal sebagai kolektor panas Asphalt Thermal Collector untuk mengurangi peningkatan suhu.

Baca Selengkapnya

Anies Baswedan Sebut Balap Formula E bukan Kongres atau Munas, Maksudnya Apa?

3 Juni 2022

Anies Baswedan Sebut Balap Formula E bukan Kongres atau Munas, Maksudnya Apa?

Anies Baswedan mengatakan balapan Formula E merupakan jawaban Jakarta untuk menghadapi perubahan iklim dan pemanasan global.

Baca Selengkapnya

Ketika Pradikta Wicaksono Kesal Disebut Dekil, Kurus, dan Gondrong

24 September 2021

Ketika Pradikta Wicaksono Kesal Disebut Dekil, Kurus, dan Gondrong

Pradikta Wicaksono mengungkapkan kejengkelannya ketika penampilannya yang disebut dekil, kurus, dan gondrong ini dikaitkan dengan tuntutan menikah.

Baca Selengkapnya

Perbedaan Generasi Z dan Generasi Milenial, Siapa Lebih Peduli Lingkungan?

31 Agustus 2021

Perbedaan Generasi Z dan Generasi Milenial, Siapa Lebih Peduli Lingkungan?

Setiap generasi memiliki ciri spesifiknya, apa perbedaan Generasi Z dan pendahulkunya, Generasi Milenial?

Baca Selengkapnya

Ciri Spesifik Generasi Z Lahir antara 1995 - 2010, Selain itu Apa Lagi?

31 Agustus 2021

Ciri Spesifik Generasi Z Lahir antara 1995 - 2010, Selain itu Apa Lagi?

Istilah Generasi Z berseliweran di media sosial. Apa sebenarnya yang dimaksud Gen Z ini dan bagaimana ciri-cirinya?

Baca Selengkapnya

Faisal Basri Serukan Boikot Bank yang Membiayai Proyek Batu Bara

20 April 2021

Faisal Basri Serukan Boikot Bank yang Membiayai Proyek Batu Bara

Ekonom senior Faisal Basri ikut mendorong perbankan untuk tidak lagi membiayai proyek-proyek batu bara.

Baca Selengkapnya

BMKG Sebut Siklon Seroja Tak Lazim, Bisa Picu Gelombang Tinggi Mirip Tsunami

6 April 2021

BMKG Sebut Siklon Seroja Tak Lazim, Bisa Picu Gelombang Tinggi Mirip Tsunami

BMKG mengatakan dampak siklon ke-10 ini yang paling kuat dibandingkan siklon-siklon sebelumnya, Masuk ke daratan dan menyebabkan banjir bandang.

Baca Selengkapnya

Mensos Risma: Erupsi Gunung Semeru Mungkin Dampak Global Warming

18 Januari 2021

Mensos Risma: Erupsi Gunung Semeru Mungkin Dampak Global Warming

Mensos Risma menyebut peristiwa erupsi Gunung Semeru di Jawa Timur kemungkinan sebagai dampak dari pemanasan global atau global warming.

Baca Selengkapnya

Cegah Global Warming, Pebisnis Tur Rick Steves Sumbang US$1 Juta

15 Oktober 2019

Cegah Global Warming, Pebisnis Tur Rick Steves Sumbang US$1 Juta

Pariwisata menyumbang pembuangan karbon dalam Global warming. Itulah yenga mendorong pebisnis tur Rick Steves menyumbang US$ 1 juta.

Baca Selengkapnya