Proyek E-KTP Afganistan Bangkitkan Permusuhan Etnis Pashtun-Tajik

Sabtu, 10 Februari 2018 12:55 WIB

Presiden Joko Widodo (Jokowi), bersalaman dengan Presiden Afganistan Ashraf Ghani saat menggelar pertemuan di Istana Presiden Arg, Kabul, Afganistan, 29 Januari 2018. Presiden Joko Widodo atau Jokowi berkunjung ke Afghanistan di tengah rangkaian teror bom yang terjadi di Kabul. REUTERS/Massoud Hossaini/Pool

TEMPO.CO, Jakarta - Proyek multi juta dolar kartu identitas elektronik atau e-KTP yang baru menjelang pemilihan di Afganistan telah membangkitkan kembali permusuhan etnis antara Pashtun dan Tajik, serta meningkatkan ketegangan politik di tengah negara ini menghadapi serangan Taliban bertubi-tubi.

Perselisihan tersebut membahas nama kebangsaan yang akan dicantumkan pada e-KTP. Sejumlah tokoh terkemuka dari beberapa kelompok etnis menolak istilah Afghanistan dicantumkan dalam kolom etnis. Mereka beralasan, Afganistan merujuk pada etnis Pashtun, sementara negara itu terdiri dari beberapa etnis.

Baca: Batas Akhir Pengungsi Afganistan di Pakistan Habis, Nasib Mereka?

Presiden Ashraf Ghani beretnis Pasthun dan gubernur di provinsi utara beretnis Tajik. Alhasil muncul kontraversi ketegangan antar politisi tentang nama kebangsaan yang harus dicantumkan di KTP mereka.

Politisi dari kelompok etnis utama Afghanistan mendesak negara harus dicatat sebagai Afghanistan. Tapi itu adalah istilah yang dulu digunakan untuk merujuk pada orang-orang Pashtun, dan anggota kelompok etnis lain keberatan dengan penggunaannya.

"Etnisitas kami adalah identitas kami dan kartu identitas dengan nama Afghan di atasnya, tidak akan pernah bisa diterima oleh kami. Tidak ada kompromi, "kata Farhad Sediqi, anggota parlemen Tajik yang vokal.

Advertising
Advertising

"Kami lebih memilih untuk memiliki 'Republik Islam Afghanistan' pada kartu identitas dan itu mencakup semuanya," ujarnya.

Baca: Serangan Hotel di Afganistan, 100 Sandera Dibebaskan

Presiden Ashraf Ghani akhirnya menunda peluncuran kartu tersebut dan meminta sebuah solusi.

Tapi kemarahan para anggota parlemen berubah menjadi barbar dan saling ancam.

Seorang anggota parlemen Pashtun, Saheb Khan, memperingatkan majelis tersebut bahwa dia akan siap mempertarukhkan nyawanya untuk melawan siapa pun yang tidak menerima kata Afghanistan di kartu identitas.

"Saya akan mempertahankan setetes darah terakhir saya identitas saya yang Afghanistan dan harus disertakan dalam dokumen tersebut," ujarnya seperti dikutip dari Reuters, 8 Februari 2018.

Anggota parlemen Hazara Mohammad Akbari mengatakan penggunaan kata Afghanistan adalah pemaksaan yang tidak adil terhadap orang-orang non-Pashtun.

"Ini adalah negara kita semua, tidak hanya orang Pashtun," kata Akbari.

Perselisihan tersebut telah memicu beberapa demonstrasi kaum etnis Pashtun di Kabul untuk meminta pemerintah agar tidak tunduk pada tuntutan kelompok lain.

Baca: Taliban Serang Markas Militer Afganistan, 140 Prajurit Tewas

Tidak ada sensus yang telah dilakukan di Afghanistan selama beberapa dekade. Etnis Pashtun adalah mayoritas di Afghanistan dengan populasinya 43 persen, diikuti oleh Tajik sebesar 27 persen, Uzbek 9 persen, Hazara 8 persen, Aimaq 4 persen, Turkmen 3 persen dan etnis 5 persen.

Kisruh ini bermula ketika Presiden Ghani mengeluarkan dekrit tahun lalu mengenai amandemen undang-undang untuk memasukkan kewarganegaraan, etnisitas dan agama ke dalam KTP namun parlemen menolaknya. Berbagai amandemen telah melayang sejak saat itu namun kebuntuan terus berlanjut.

Mantan raja Afghanistan adalah Pashtun, seperti pendahulu Ghani, Hamid Karzai. Tapi etnis Tajik mendapatkan jabatan kuat di pemerintahan, militer dan keamanan setelah penggulingan Taliban Pashtun pada tahun 2001.

Pemerintah yang memerintah saat ini muncul dari kesepakatan pembagian kekuasaan yang diperantarai Amerika Serikat setelah pemilihan 2014 yang diperselisihkan saat Ghani dan saingan utamanya, Abdullah Abdullah, yang mendapat dukungan dari Tajik, mengklaim kemenangan di tengah tuduhan kecurangan di kedua belah pihak.

Situasi ini memunculkan kenangan akan perang saudara pada 1990-an tentang etnis yang menewaskan lebih dari 100.000 orang.

KTP yang dinamai e-Tazkira, dipandang sebagai langkah penting untuk menghindari kecurangan dalam pemilihan parlemen tahun ini, dan pemilihan presiden Afganistan tahun depan.

Berita terkait

4 Kota di Afganistan yang Paling Menarik Dikunjungi, Banyak Peninggalan Sejarah

4 hari lalu

4 Kota di Afganistan yang Paling Menarik Dikunjungi, Banyak Peninggalan Sejarah

Afganistan yang terletak di Asia Selatan dan Asia Tengah menawarkan banyak hal untuk dijelajahi, misalnya situs bersejarah dan budaya.

Baca Selengkapnya

Taliban Siapkan Promosi Wisata Afganistan untuk Tingkatkan Perekonomian

4 hari lalu

Taliban Siapkan Promosi Wisata Afganistan untuk Tingkatkan Perekonomian

Dalam beberapa tahun terakhir, pariwisata Afganistan meningkat. Turis asing paling banyak berasal dari Cina.

Baca Selengkapnya

Prabowo Terima Telepon Menteri Pertahanan AS, Berikut Profil Lloyd Austin

10 hari lalu

Prabowo Terima Telepon Menteri Pertahanan AS, Berikut Profil Lloyd Austin

Presiden terpilih Prabowo Subianto menerima telepon dari Menhan AS. Berikut jenjang karier dan profil Lloyd Austin.

Baca Selengkapnya

10 Negara Paling Tidak Aman di Dunia, Indonesia Termasuk?

14 hari lalu

10 Negara Paling Tidak Aman di Dunia, Indonesia Termasuk?

Ada 10 negara yang paling tidak aman di dunia dan tidak disarankan untuk berkunjung ke sana. Siapa saja?

Baca Selengkapnya

Cerita Mahasiswa Afganistan Lulus Magister Unpad dengan IPK 4,00

8 Februari 2024

Cerita Mahasiswa Afganistan Lulus Magister Unpad dengan IPK 4,00

Abdul Qayoum Safi asal Afganistan lulus dari Magister Ilmu Komunikasi Unpad dengan IPK tertinggi 4,00.

Baca Selengkapnya

Jokowi Disebut Pernah Marah karena KPK Usut Korupsi E-KTP, Ini Kilas Balik Kasus yang Seret Setya Novanto

4 Desember 2023

Jokowi Disebut Pernah Marah karena KPK Usut Korupsi E-KTP, Ini Kilas Balik Kasus yang Seret Setya Novanto

Jokowi disebut pernah memarahi Ketua KPK Agus Rahardjo gara-gara pengusutan korupsi e-KTP. SImak kilas kasus korupsi yang menyeret Setya Novanto ini.

Baca Selengkapnya

Bicara Soal Pengungsi, Seniman Afganistan Gelar Pameran Tunggal di Bandung

30 September 2023

Bicara Soal Pengungsi, Seniman Afganistan Gelar Pameran Tunggal di Bandung

Seniman asal Kabul, Afganistan, Nesar Ahmad Eesar menggelar pameran tunggal yang memotret keseharian pengungsi Afganistan.

Baca Selengkapnya

Buron Dito Mahendra Masih di Indonesia? Berikut DPO Belum Tertangkap Termasuk Harun Masiku

23 Juli 2023

Buron Dito Mahendra Masih di Indonesia? Berikut DPO Belum Tertangkap Termasuk Harun Masiku

Bareskrim Polri menyebut tersangka Dito Mahendra masih di Indonesia. Ini DPO yang belum tertangkap, tentu termasuk Harun Masiku.

Baca Selengkapnya

Polisi Sebut Dito Mahendra Masih di Indonesia, Begini Aturan Penetapan Status Buron Alias DPO

23 Juli 2023

Polisi Sebut Dito Mahendra Masih di Indonesia, Begini Aturan Penetapan Status Buron Alias DPO

Bareskrim Polri menyebut tersangka Dito Mahendra masih berada di wilayah Indonesia. Bagaimana polisi menetapkan status buron atau DPO seseorang?

Baca Selengkapnya

Taliban Klaim Hidup Perempuan di Afghanistan Kini Lebih Baik

25 Juni 2023

Taliban Klaim Hidup Perempuan di Afghanistan Kini Lebih Baik

Taliban mengklaim telah mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk memperbaiki kehidupan perempuan di Afghanistan.

Baca Selengkapnya