Korea Utara Pasang Radio Pelacak Sinyal di Perbatasan Cina

Reporter

Yon Yoseph

Editor

Yon Yoseph

Jumat, 2 Februari 2018 09:05 WIB

Sejumlah tentara Korea Utara mengecek sebauh truk yang telah melintasi perbatasan Cina-Korea Utara di kota Jian, 29 Agustus 2017. AP

TEMPO.CO, Jakarta - Korea Utara memasang radio pelacak sinyal buatan Rusia di sepanjang perbatasan Cina untuk mendeteksi warganya yang melakukan panggilan telepon seluler ilegal ke teman dan kerabat di luar negari.

Seorang sumber menyebutkan, warga Korea Utara yang tinggal di daerah perbatasan menggunakan provider Cina untuk mengaktifkan telepon seluler selundupan untuk berbicara dengan anggota keluarga yang tinggal di Cina atau Korea Selatan.

Baca: Bendera Korea Utara Berkibar di Langit Korea Selatan

"Departemen Keamanan Negara baru-baru ini memerintahkan instalasi versi terbaru radio pelacak sinyal tambahan di sepanjang perbatasan dengan Cina di provinsi Yanggang," kata sumber dari provinsi tersebut.

Menurut sumber ini, pihak berwenang Korea Utara telah menyiapkan 30 alat pelacak sinyal sejak awal Januari 2018.

Sumber tersebut menjelaskan dengan adanya alat itu, pihak berwenang kini dengan mudah menentukan lokasi penelepon.

Advertising
Advertising

"Warga cemas dengan alat pelacak sinyal yang baru itu untuk mendeteksi dan memantau lokasi panggilan dan percakapan," demikian pengakuan sumber tersebut, seperti yang dilansir Radio Free Asia pada 31 Januari 2018.

Perangkat Rusia itu memiliki kinerja lebih baik daripada buatan Jerman yang selama ini digunakan otoritas Korea Utara.

Baca: Kim Jong Un Mulai Kehabisan Uang, Kok Bisa?

"Mereka diketahui berkinerja lebih baik daripada pelacak radio Jerman yang sudah terpasang, jadi mereka pengguna telepon ilegal dipenuhi dengan ketakutan akan hal itu," kata sumber tersebut, yang meminta namanya dirahasiakan.

Pada awal Tahun Baru, Departemen Keamanan Negara dan badan kepolisian rahasia Korea Utara bertindak lebih tegas terhadap pengguna telepon ilegal di wilayah perbatasan.

Selama ini, warga yang melakukan panggilan, harus mengubah lokasi setiap satu sampai lima menit untuk menghindari deteksi oleh perangkat Jerman. Tapi dengan perangkat baru buatan Rusia, pihak berwenang berhasil mendeteksi banyak panggilan.

"Seorang eksekutif dari Departemen Organisasi dan Bimbingan Yanggang (OGD) tertangkap, dan ini sangat mempengaruhi masyarakat," kata sumber tersebut.

OGD adalah badan pengawas Komite Sentral Partai Buruh Korea, partai berkuasa di negara tersebut. Tanggung jawab utamanya adalah menerapkan ajaran dan keputusan pendiri Korea Utara dan mantan presiden Kim Il Sung, kakek pemimpin Kim Jong Un.

Baca: Kim Jong Un Kebut Nuklir, Tak Mau Seperti Saddam dan Gaddafi

Pejabat keamanan negara di provinsi North Hamgyong juga baru-baru ini meningkatkan jumlah pencari lokasi dengan bantuan radio buatan Rusia untuk tindakan darurat, memasang perangkat di kota Rajin, daerah Onsong, dan kota Hoeryong, yang terletak di seberang provinsi Jilin di timur laut China, seorang sumber dari North Hamgyong mengatakan.

Meskipun otoritas keamanan negara menginformasikan warga tentang pemasangan model baru tersebut dan akan dijatuhi hukuman setidaknya enam bulan di sebuah kamp kerja paksa kalau ketahuan, namun peringatan itu tidak menghalangi setiap orang untuk melakukan panggilan ke luar.

"Panggilan telepon ilegal di daerah perbatasan terus berlanjut, meski membuat mereka terancam hukuman kerja keras di kamp dalam cuaca yang sangat dingin ini," katanya.

Sumber tersebut memperingatkan bahwa pihak berwenang tidak akan dapat mendeteksi semua panggilan ilegal yang dilakukan dengan pencari radio buatan Rusia mengingat tingginya jumlah orang yang menggunakan ponsel ilegal di wilayah perbatasan.

"Jika Korea Utara memblokir semua panggilan telepon ilegal yang dilakukan oleh para eksekutif, pedagang, dan penyelundup, pasarnya akan lumpuh," ujarnya. Lagipula, dengan memberi uang suap kepada aparat Korea Utara, maka mereka segera dilepaskan.

Berita terkait

Filipina Pastikan Belum Ada Kata Sepakat dengan Beijing soal Laut Cina Selatan

7 jam lalu

Filipina Pastikan Belum Ada Kata Sepakat dengan Beijing soal Laut Cina Selatan

Filipina menyangkal klaim Beijing yang menyebut kedua negara telah mencapai kata sepakat terkait sengketa Laut Cina Selatan

Baca Selengkapnya

Cina Turun Tangan Pertemukan Fatah dan Hamas di Beijing

11 jam lalu

Cina Turun Tangan Pertemukan Fatah dan Hamas di Beijing

Pemerintah Cina turun tangan mempertemukan dua kelompok berseteru di Palestina yaitu Fatah dan Hamas

Baca Selengkapnya

Terkini: Pesan Zulkifli Hasan ke Pejabat Baru Dilantik terkait konflik Timur Tengah, AHY Serahkan 300 Sertifikat Gratis di Sulawesi Tenggara

13 jam lalu

Terkini: Pesan Zulkifli Hasan ke Pejabat Baru Dilantik terkait konflik Timur Tengah, AHY Serahkan 300 Sertifikat Gratis di Sulawesi Tenggara

Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan atau Zulhas melantik Pimpinan Tinggi Madya dan Pratama atau Pejabat Eselon I dan II Kementerian Perdagangan.

Baca Selengkapnya

Terkini: Lahan Padi Cina 1 Juta Hektar di Kalimantan Menuai Polemik, Cara Daftar Subsidi LPG 3 Kilogram

1 hari lalu

Terkini: Lahan Padi Cina 1 Juta Hektar di Kalimantan Menuai Polemik, Cara Daftar Subsidi LPG 3 Kilogram

Rencana pembukaan lahan 1 juta hektar untuk padi Cina di Kalimantan menuai pro dan kontra. Cara mendaftar menjadi penerima subsidi LPG 3 kilogram.

Baca Selengkapnya

Menlu Retno Setuju Upaya Bersama Berantas Judi Online: Ini Kejahatan Transnasional

1 hari lalu

Menlu Retno Setuju Upaya Bersama Berantas Judi Online: Ini Kejahatan Transnasional

Menteri Luar Negeri Retno Marsudi menilai penting penanganan judi online dapat diselesaikan secara bekerja sama.

Baca Selengkapnya

Terkini: Usulan BTN Program 3 Juta Rumah Prabowo-Gibran, Pro Kontra Rencana Buka Lahan 1 Juta Ha untuk Padi Cina

1 hari lalu

Terkini: Usulan BTN Program 3 Juta Rumah Prabowo-Gibran, Pro Kontra Rencana Buka Lahan 1 Juta Ha untuk Padi Cina

BTN mengusulkan skema dana abadi untuk membiayai program 3 juta rumah yang dicanangkan oleh pasangan Capres-cawapres terpilih Prabowo-Gibran.

Baca Selengkapnya

Huawei Kembali ke Posisi Atas Penguasa Pasar Ponsel di Cina

2 hari lalu

Huawei Kembali ke Posisi Atas Penguasa Pasar Ponsel di Cina

Honor dan Huawei menempati posisi pertama pangsa pasar ponsel pintar di negara asalnya, Cina., menurut IDC

Baca Selengkapnya

Antony Blinken Minta Beijing Beri Kesetaraan Kesempatan untuk Pengusaha Amerika di Cina

2 hari lalu

Antony Blinken Minta Beijing Beri Kesetaraan Kesempatan untuk Pengusaha Amerika di Cina

Antony Blinken menyerukan pada Cina agar memberikan kesempatan yang sama pada para pelaku bisnis dari Amerika Serikat di Cina.

Baca Selengkapnya

Terpopuler: Kontroversi 1 Juta Hektare Padi Cina di Kalimantan, Deretan Alasan BI Naikkan Suku Bunga

2 hari lalu

Terpopuler: Kontroversi 1 Juta Hektare Padi Cina di Kalimantan, Deretan Alasan BI Naikkan Suku Bunga

Berita terpopuler bisnis pada 24 April 2024, dimulai rencana Cina memberikan teknologi padi untuk sejuta hektare lahan sawah di Kalimantan.

Baca Selengkapnya

Benarkah Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Akan Lebih Sukses Dibanding Jakarta-Bandung?

2 hari lalu

Benarkah Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Akan Lebih Sukses Dibanding Jakarta-Bandung?

Pengamat dari MTI membeberkan alasan proyek kereta cepat Jakarta-Surabaya bakal lebih sukses ketimbang Jakarta-Bandung.

Baca Selengkapnya