Direktur CIA Pompeo Sebut Nuklir Kim Jong Un untuk Koersi

Reporter

Budi Riza

Editor

Budi Riza

Rabu, 24 Januari 2018 11:35 WIB

Mike Pompeo dan Kim Jong-un. politics.com.ph

TEMPO.CO, Jakarta - Direktur lembaga intelejen Amerika Serikat (CIA), Mike Pompeo, mengatakan program rudal balistik milik pemimpin tertinggi Korea Utara, Kim Jong Un, ditujukan untuk kepentingan koersi bukan sekadar pertahanan diri negara komunis itu dari ancaman luar.


Pompeo melanjutkan Korea Utara sedang menyiapkan langkah selanjutnya untuk mengembangkan rangkaian rudal yang bisa ditembakkan secara bersamaan ke arah Amerika.

Baca: Bocah 15 Tahun Dalangi Peretasan CIA dan Mengakses Data Sensitif

Rudal Hwasong-15 Korea Utara yang diklaim menjangkau daratan Amerika. Kredit: Daily Mail
"Saya mengatakan hal sama beberapa bulan lalu," kata Pompeo seperti dilansir media Reuters, Rabu, 24 Januari 2018. "Saya ingin setiap orang memahami kita bekerja secara rajin untuk memastikan setahun dari sekarang saya masih bisa mengatakan mereka masih beberapa bulan sebelum memiliki kapasitas itu."

Advertising
Advertising

Baca: Kasus Kebocoran Info, Eks CIA Bekerja di Rumah Lelang Christie


Pompeo, yang merupakan mantan anggota Kongres asal Partai Republik sebelum mengepalai CIA, mengatakan ini dalam sebuah seminar yang digelar Enterprise Institute. Dia mengaku khawatir Korea Utara akan menyebarkan kemampuan teknis rudal balistik dan senjata nuklir itu ke negara-negara lain sehingga terjadi proliferasi.

Perangko peluncuran rudal Korea Utara. REUTERS/Getty Images


Saat ini, Pompeo mengatakan Trump sedang menyiapkan solusi diplomatis untuk mengatasi Korea Utara. Namun, CIA menyiapkan serangkaian opsi lain jika jalur diplomatik itu gagal.


Pernyataan Pompeo ini seperti menanggapi pernyataan Kim Jong Un pada pidato awal 2018. Saat itu, Kim menegaskan senjata nuklir dan rudal balistik racikan negaranya hanya ditujukan untuk mencegah serangan Amerika ke negaranya. Kim meyakinkan Korea Selatan bahwa senjata itu bukan ditujukan kepada negara tetangganya itu.


Baru-baru ini, Jeffrey Lewis, dari Institut Ilmu Pengetahuan Internasional Middlebury di Monterey, California, Amerika Serikat mengatakan Kim Jong Un sengaja mengebut pembangunan sistem senjata nuklir dan rudal balistik untuk menangkal kekuatan AS.


"Kim Jong Un, saya pikir, takut berakhir seperti Saddam Hussein atau Muammar Gaddafi. Dia takut bahwa kita akan melakukan kepadanya apa yang telah kita lakukan terhadap Gaddafi dan Saddam. Dan dia memutuskan senjata nuklir adalah cara terbaik untuk mencegahnya."

Lewis menekankan kesulitan dalam meyakinkan Kim Jong Un untuk menandatangani kesepakatan senjata nuklir terjadi setelah invasi ke Irak pada tahun 2003.

"Bagaimana Anda meyakinkan orang-orang Korea Utara untuk menandatangani sebuah kesepakatan tanpa meyakinkan mereka tidak akan berakhir seperti Saddam?" jelasnya, seperti yang dilansir Express pada 21 Januari 2018.


Soal ancaman dari Korea Utara ini, Pompeo mengatakan negara komunis itu telah meningkatkan kemampuan dan kreativitasnnya untuk mengakali larangan PBB untuk pengapalan produk dan komoditas yang menjadi kebutuhannya dari luar negeri.


"Misi kami belum selesai. Kami (CIA) punya petugas di seluruh dunia bekerja rajin untuk memastikan kami melakukan semua tekanan AS untuk meningkatkan sanksi," kata Pompeo.

CIA

Berita terkait

Hamas: Netanyahu Berusaha Gagalkan Kesepakatan Gencatan Senjata di Gaza

3 hari lalu

Hamas: Netanyahu Berusaha Gagalkan Kesepakatan Gencatan Senjata di Gaza

Pejabat senior Hamas mengatakan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu berupaya menggagalkan kesepakatan gencatan senjata di Gaza.

Baca Selengkapnya

Hamas dan CIA Bahas Gencatan Senjata Gaza di Kairo

3 hari lalu

Hamas dan CIA Bahas Gencatan Senjata Gaza di Kairo

Para pejabat Hamas dan CIA dijadwalkan bertemu dengan mediator Mesir di Kairo untuk merundingkan gencatan senjata di Gaza.

Baca Selengkapnya

Perundingan Gencatan Senjata Hamas-Israel Dilanjutkan di Kairo pada Hari Ini

30 hari lalu

Perundingan Gencatan Senjata Hamas-Israel Dilanjutkan di Kairo pada Hari Ini

Negosiasi gencatan senjata di Gaza, setelah sekitar setengah tahun pertempuran antara tentara Israel dan Hamas, akan berlangsung hari ini di Kairo

Baca Selengkapnya

Intelijen Militer Rusia Disebut Terkait 'Sindrom Havana', Penyakit Apakah itu?

36 hari lalu

Intelijen Militer Rusia Disebut Terkait 'Sindrom Havana', Penyakit Apakah itu?

Laporan Insider menyebutkan anggota unit intelijen militer Rusia (GRU) kemungkinan terlibat dalam penyebaran Sindrom Havana.

Baca Selengkapnya

CIA Beri Dana dan Latih Mata-mata Ukraina, Siapa yang Diuntungkan?

26 Februari 2024

CIA Beri Dana dan Latih Mata-mata Ukraina, Siapa yang Diuntungkan?

CIA mendanai dan melatih mata-mata Ukraina untuk menghadapi Rusia sejak 2014.

Baca Selengkapnya

Netanyahu Temui Direktur CIA dalam Kunjungan Mendadak ke Israel

16 Februari 2024

Netanyahu Temui Direktur CIA dalam Kunjungan Mendadak ke Israel

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu bertemu dengan Direktur CIA dalam sebuah kunjungan mendadak ke Israel.

Baca Selengkapnya

Presiden Palestina Desak Hamas Setujui Gencatan Senjata di Gaza

15 Februari 2024

Presiden Palestina Desak Hamas Setujui Gencatan Senjata di Gaza

Presiden Palestina Mahmoud Abbas menekan kelompok pejuang Hamas pada Rabu untuk segera menyetujui kesepakatan gencatan senjata di Gaza.

Baca Selengkapnya

Bos CIA dan Mossad Temui PM Qatar, Kembali Negosiasi Pembebasan Sandera di Gaza

26 Januari 2024

Bos CIA dan Mossad Temui PM Qatar, Kembali Negosiasi Pembebasan Sandera di Gaza

Direktur CIA William Burns akan bertemu kepala Mossad, dan PM Qatar untuk membahas pembebasan sandera Israel di Gaza

Baca Selengkapnya

CIA Rekrut Intel Rusia Lewat Video, Ditawarkan Jadi Mata-mata

24 Januari 2024

CIA Rekrut Intel Rusia Lewat Video, Ditawarkan Jadi Mata-mata

Badan intelijen AS, CIA mengedarkan video untuk merekrut anggota dari dinas rahasia Rusia.

Baca Selengkapnya

Intelijen AS Temukan Bukti ISIS Afghanistan di Balik Pengeboman Iran

6 Januari 2024

Intelijen AS Temukan Bukti ISIS Afghanistan di Balik Pengeboman Iran

Penyadapan komunikasi oleh intelijen Amerika Serikat mengkonfirmasi bahwa cabang ISIS berbasis di Afghanistan melakukan dua pemboman di Iran

Baca Selengkapnya