TEMPO.CO, Jakarta - Bekas anggota lembaga intelejen AS CIA, Jerry Chun Shing Lee alias Zhen Cheng Li, 53, sempat bekerja di bidang invesstigasi rokok palsu seusai keluar dari lembaga itu.
Lee, yang ditangkap pada Senin malam, 15 Januari 2018, di Bandara John F. Kennedy, New York, disangka membocorkan nama para agen jaringan intelejen AS di Cina pada 2010. Ini membuat pemerintah Cina dengan leluasa menangkapi bahkan hingga menembak mati agen CIA.
Baca: FBI Tangkap Eks Agen CIA Pembocor Rahasia ke Cina karena Ini
Menurut media New York Times, ini menimbulkan kemunduran besar bagi jaringan intelejen AS di Cina, seperti pernah terjadi pada jaringan intelejen AS di Uni Sovyet pada 1990.
Baca: Direktur CIA Pompeo Sebut Korea Utara Takut, Kenapa?
Lee dikabarkan sempat mendirikan perusahaan sendiri di bidang investigasi rokok palsu sebelum bergabung dengan lembaga lelang terkenal Christie. Menurut sumber di internal lembaga intelejen AS, Lee sempat bekerja untuk Japan Tobacco International setelah keluar dari CIA pada 2007.
"Dia bekerja di tim investigasi, yang bertugas mencari orang-orang yang menyelundupkan dan memalsukan rokok," kata sumber itu seperti dilansir media Cina, South China Morning Post, Jumat, 19 Januari 2018.
Menurut sumber itu, Lee hanya bertahan satu hingga dua tahun di perusahaan rokok Jepang sebelum akhirnya keluar karena ada ketidak-cocokan internal.
Saat masih di CIA, Lee bekerja di bawah David Reynolds, yang pernah menjadi agen CIA pada 1988 dan 2002. Mereka ditugaskan di kantor konsulat AS di Guangzhou. Seusai di CIA, Reynolds juga bekerja di Japan Tobacco International di Hong Kong sebagai wakil presiden bidang integritas merek global dari 2004 hingga 2010.
Ditanya soal ini, juru bicara JTI mengatakan Lee pernah bekerja sebentar di sana sebagai salah satu pegawai. Namun, perusahaan tidak bisa bercerita lebih lanjut mengenai informasi internal soal ini. Pembocoran data jaringan ini membuat banyak anggota jaringan intelejen AS di Cina terungkap.
"Kebocoran ini membuat runtuhnya jaringan mata-mata AS dan ini merupakan salah satu dari kegagalan intelejen pemerintah AS terburuk dalam tahun-tahun ini," begitu dilansir media New York Times, Rabu, 17 Januari 2018.
Lee memulai karirnya sebagai petugas kasus (case officer) pada 1994, memiliki akses Top Secret dan menandatangani berbagai dokumen rahasia selama bertugas di CIA.
Penangkapan Lee ini menjadi puncak dari penyelidikan Biro Investigasi Federal (FBI), yang dimulai pada 2012. Ini dua tahun setelah CIA mulai kehilangan para informan-nya di Cina. Para penyelidik dihadapkan pada pertanyaan misteri: bagaimana nama-nama begitu banyak sumber CIA, yang merupakan rahasia paling dijaga, bisa sampai ke tangan Cina?
Sejumlah pejabat intelejen meyakini ada 'tikus' di dalam CIA dan membuka informasi orang dalam. Sebagian lainnya berpikir pemerintah Cina berhasil meng-hacking jalur komunikasi rahasia CIA, yang biasa digunakan untuk berbicara dengan sumber-sumber di berbagai negara.
Namun, sejumlah pejabat CIA lainnya juga menduga jaringan mata-mata ini terbongkar karena kombinasi dua hal di atas dan juga kecerobohan para agen lapangan di Cina. Soal sumber bocornya informasi ini menjadi sumber friksi antara CIA dan FBI selama ini. Menurut New york Times dan NBC News, baik FBI maupun CIA tidak merespon saat dimintai konfirmasi mengenai kasus Lee ini.