Militan Rohingya Tuding Repatriasi Pengungsi Hanya Jebakan

Reporter

Terjemahan

Minggu, 21 Januari 2018 12:02 WIB

Anak-anak pengungsi Rohingya mengisi air dari pompa air tangan di kamp pengungsian Balukhali, 50 kilometer dari Cox's Bazar, Bangladesh, 18 Januari 2018. Upaya pemulangan ribuan pengungsi Rohingya rencananya akan dimulai paling cepat pekan depan. AP Photo/Manish Swarup

TEMPO.CO, Jakarta -Militan Rohingya menuding rencana repatriasi atau pemulangan pengungsi dari Bangladesh ke Myanmar yang dimulai pekan depan sebagai jebakan.

Seperti dilansir Firstpost, Ahad 21 Januari 2018, Arakan Rohingya Salavation Army (ARSA) dalam pernyataan di Twitter menduga rencana itu untuk menjebak kelompok minoritas itu hidup di kamp-kamp pengungsian sementara tanah leluhur mereka disita.

ARSA mengatakan bahwa niat Myanmar adalah untuk mendistribusikan tanah Rohingya ke proyek industri dan pertanian.

"Tujuan Myanmar adalah untuk memastikan kesejahteraan mayoritas umat Budha di Rakhine. Berarti Rohingya tidak akan pernah bisa menetap di rumah mereka sendiri," demikian pernyataan akun @ARSA_Official.

Baca juga:

Advertising
Advertising

Paus Desak Myanmar Hentikan Kekerasan terhadap Rohingya

Bangladesh dan Myanmar sepakat memulangkan kembali sekitar 750.000 pengungsi Rohingya yang tiba sejak Oktober 2016 selama dua tahun ke depan. Proses tersebut akan dimulai pada Selasa pekan depan.

Namun kesepakatan tersebut telah dikritik oleh banyak pengungsi Rohingya. Mereka tidak ingin kembali ke Rakhine setelah melarikan diri dari kekejaman tentara Myanmar termasuk pembunuhan, pemerkosaan dan pembakaran terhadap rumah mereka.

Kelompok hak asasi manusia dan PBB mengatakan bahwa setiap pemulangan harus dilakukan secara sukarela dan keamanannya terjamin. Hal itu sulit dipenuhi karena kebencian komunal antara warga lokal Budha dengan Rohingya di Rakhine masih sangat tinggi.

Kekhawatiran juga meningkat mengenai kondisi di Myanmar, di mana ratusan desa Rohingya telah diratakan oleh tentara dan massa Budha. Hal ini memicu ketakutan sejumlah warga Rohingya yang tak lagi memiliki rumah akan ditempatkan di kamp-kamp.

Puluhan ribu pengungsi Rohingya mendekam di kamp-kamp di ibu kota negara bagian Rakhine, Sittwe, sejak kekerasan komunal pada 2012.

Sebagian besar Rohingya ditolak kewarganegaraannya di Myanmar dan tidak memiliki hak-hak dasar seperti bergerak bebas hingga memperoleh layanana kesehatan yang layak.

Mereka secara resmi disebut sebagai "orang Bengali" - orang-orang Muslim Bangladesh yang pindah ke Burma yang didominasi Budha. Panggilan ini tetap melekat meskipun banyak yang tinggal di sana selama beberapa generasi. Kelompok ini telah terdesak dalam gelombang kekerasan berturut-turut sejak akhir 1970-an.

Serangan terakhir yang dilakukan oleh ARSA pada akhir Agustus lalu memicu tindakan keras tentara Myanmar, memicu 655 ribu orang Rohingya eksodus ke Bangladesh. Mereka membawa serta sejumlah laporan perkosaan, pembunuhan massal dan penyiksaan.

Berita terkait

Anak-anak Pengungsi Rohingya Dapat Bantuan Baju Lebaran

27 hari lalu

Anak-anak Pengungsi Rohingya Dapat Bantuan Baju Lebaran

Baju Lebaran yang diberikan oleh Yayasan BFLF Indonesia berupa satu setelan busana muslim untuk anak perempuan pengungsi Rohingya

Baca Selengkapnya

120 Warga Etnis Rohingya Dievakuasi dari Laut ke Daratan Aceh

31 Desember 2021

120 Warga Etnis Rohingya Dievakuasi dari Laut ke Daratan Aceh

Saat mendarat, para pengungsi Rohingya yang mayoritas perempuan dan anak-anak tersebut dalam kondisi lemas dan kedinginan.

Baca Selengkapnya

Ribuan Pengungsi Rohingya di Pulau Terpencil Protes

1 Juni 2021

Ribuan Pengungsi Rohingya di Pulau Terpencil Protes

Pengungsi Rohingya ini protes terhadap kondisi kehidupan di pulau Bhashan Char, Bangladesh, yang rawan topan.

Baca Selengkapnya

Bangladesh Lanjutkan Pemindahan Ribuan Pengungsi Rohingya ke Pulau Terpencil

28 Januari 2021

Bangladesh Lanjutkan Pemindahan Ribuan Pengungsi Rohingya ke Pulau Terpencil

Pemerintah Bangladesh akan merelokasi 2-3 ribu pengungsi Rohingya ke Pulau Bhasan Char.

Baca Selengkapnya

100 Etnis Rohingya Ditahan Otoritas Myanmar

8 Januari 2021

100 Etnis Rohingya Ditahan Otoritas Myanmar

Hampir 100 etnis Rohingya ditahan oleh kepolsiain Myanmar dalam sebuah penggerebekan. Mereka dituduh melakukan perjalanan ilegal.

Baca Selengkapnya

Perusahaan Israel Dituduh Dukung Militer Myanmar Genosida Etnis Rohingya

24 Desember 2020

Perusahaan Israel Dituduh Dukung Militer Myanmar Genosida Etnis Rohingya

Justice for Myanmar merilis laporan yang menyebut perusahaan Israel menjual teknologinya ke militer Myanmar untuk melakukan genosida terhadap Rohingya

Baca Selengkapnya

Janda Rohingya Gugat Myanmar Rp 28 Miliar atas Pembunuhan Suaminya di Inn Din

12 Desember 2020

Janda Rohingya Gugat Myanmar Rp 28 Miliar atas Pembunuhan Suaminya di Inn Din

Seorang janda Rohingya menuntut kompensasi US$ 2 juta atas kematian suaminya yang dibunuh oleh tentara Myanmar di Inn Din, Myanmar barat, pada 2017.

Baca Selengkapnya

Kemenangan Partai NLD Aung San Suu Kyi Cukup untuk Membentuk Pemerintahan

13 November 2020

Kemenangan Partai NLD Aung San Suu Kyi Cukup untuk Membentuk Pemerintahan

Partai NLD pimpinan Aung San Suu Kyi mengamankan 322 kursi parlemen bikameral dalam pemilu Myanmar, jumlah kursi yang cukup untuk membentuk kabinet.

Baca Selengkapnya

Aung San Suu Kyi Terpilih Lagi, Partai NLD Diprediksi Menang Pemilu Myanmar

9 November 2020

Aung San Suu Kyi Terpilih Lagi, Partai NLD Diprediksi Menang Pemilu Myanmar

Partai NLD Aung San Suu Kyi meraih 15 kursi dalam penghitungan suara sementara pemilu Myanmar 2020 pada Senin.

Baca Selengkapnya

Partai Aung San Suu Kyi Diprediksi Menang Pemilu Myanmar

7 November 2020

Partai Aung San Suu Kyi Diprediksi Menang Pemilu Myanmar

Aung San Suu Kyi dan partainya, Liga Nasional untuk Demokrasi (NLD), diprediksi kembali menang meski diterpa isu genosida etnis Rohingya

Baca Selengkapnya