Kesempatan Pangeran Saudi Alwaleed untuk Bebas Menipis karena ...

Reporter

Budi Riza

Editor

Budi Riza

Minggu, 14 Januari 2018 08:46 WIB

Pangeran Alwaleed bin Talal saat berada di High Court, London, Inggris, 2 Juli 2013. Alwaleed juga pernah membeli sebuah kapal layar mewah yang amat mahal dari Presiden AS Donald Trump. Pada 2015, Alwaleed pernah berjanji akan mendonasikan kekayaannya sebanyak 32 miliar dolar saat dia meninggal dunia kelak. REUTERS/Neil Hall

TEMPO.CO, Riyadh -- Konglomerat terkaya Arab Saudi, Pangeran Alwaleed bin Talal, dikabarkan mulai kehabisan waktu untuk membuat kesepakatan dengan pemerintah Kerajaan Arab Saudi.


Pemerintah Saudi mulai bersikap tegas terhadap para tahanan kasus korupsi, yang masih tersisa sekitar 60 orang dari sebelumnya sekitar 200 orang, dengan memindahkan mereka ke penjara pengamanan maksimum Al Ha'ir.

Baca: Arab Saudi: Ingin Bebas, Pangeran Alwaleed Bayar Rp 81 Triliun

Sejumlah media global seperti CNBC dan Daily Mail melaporkan pemerintah Saudi bersikap tegas terhadap para tahanan, yang masih berkeberatan mengembalikan uang negara yang diduga telah mereka korupsi.

Advertising
Advertising

Baca: Pangeran Alwaleed Tolak Serahkan Hartanya Demi Bebas dari Tahanan

Pangeran Alwaleed dikabarkan menolak membayar ganti rugi terkait pembayaran denda atas kasus korupsi yang dialaminya yaitu sekitar 728 poundsterling atau sekitar Rp13,3 triliun.


"Situasinya memburuk pada awal pekan lalu saat dia dipindahkan ke penjara pengamanan maksimum di Al Ha'ir," begitu dilansir media Daily Mail, Sabtu, 13 Januari 2018, waktu setempat. "Dia juga dikabarkan menolak menyerahkan kontrol terhadap sejumlah perusahaan investasinya."

Kondisi ini membuat kesempatan Alwaleed untuk menjalani pengadilan atau menegosiasikan kebebasannya semakin mengecil. Seperti diberikan media massa global semacam Reuters, Kerajaan Arab Saudi membentuk Komisi Antikorupsi pada 4 Nopember 2018, yang dipimpin Putra Mahkota Pangeran Mohammed Bin Salman. Dia adalah putra dari Raja Salman Bin Abdul Aziz, yang mengeluarkan keputusan membentuk komisi itu.


Komisi ini, yang bekerja sama dengan Kejaksaan Agung Saudi, menahan sekitar 200 pejabat tinggi dan mantan pejabat, sejumlah pangeran dan konglomerat kakap dengan tuduhan melakukan tindak pidana korupsi. Sebagian dari mereka ditahan di Hotel Ritz Carlton di Riyadh, yang sahamnya dikontrol Kerajaan Saudi.


Pemerintah Saudi mengatakan telah kehilangan uang negara minimal sekitar US$100 miliar atau sekitar Rp1300 triliun akibat praktek korupsi yang telah terjadi selama bertahun-tahun. Para tahanan ini diminta mengembalikan uang negara yang diduga telah mereka peroleh.

Sebagian media menyebut pemerintah Saudi meminta minimal sepertiga dari total harta para tahanan. Mayoritas tahanan menyanggupi ketentuan ini. Namun sebagian kecil berkukuh ingin membela dirinya di pengadilan secara terbuka. Ini termasuk Pangeran Alwaleed, yang merupakan pemilik Kingdom Holdings dan memiliki saham di sejumlah perusahaan kakap dunia seperti Citigroup, Fox dan Twitter.


Menurut media CNBC, yang mengutip media lokal Saudi yaitu Al-Araby Al-Jadeed, ada sekitar 60 tahanan tersisa di Hotel Ritz Carlton. Mereka seperti Alwaleed Bin Talal dan Pangeran Turki Bin Abdullah. Pemerintah Saudi dikabarkan meminta Alwaleed untuk mengembalikan uang negara sekitar US$6 miliar atau sekitar Rp81 triliun. Ini masih ditambah dengan penyerahan saham atas sejumlah perusahaan investasi miliknya.

Berita terkait

Adik Dibebaskan, Pangeran Alwaleed Bela Putra Mahkota Saudi

5 November 2018

Adik Dibebaskan, Pangeran Alwaleed Bela Putra Mahkota Saudi

Adik Pangeran Alwaleed, Pangeran Khaled, dibebaskan seletah sempat ditahan selama setahun di Hotel Ritz Carlton di Arab Saudi.

Baca Selengkapnya

Pangeran Alwaleed Muncul di Ruang Publik Bersama Cucu dan Teman

4 Februari 2018

Pangeran Alwaleed Muncul di Ruang Publik Bersama Cucu dan Teman

Pangeran Alwaleed mencuit aktivitasnya di sebuah gurun pasir sambil berkuda.

Baca Selengkapnya

Pangeran Saudi Alwaleed: Saya Seorang Vegetarian

30 Januari 2018

Pangeran Saudi Alwaleed: Saya Seorang Vegetarian

Pangeran Saudi Alwaleed mengatakan sejumlah pejabat Arab Saudi melakukan korupsi dan menghilangkan uang negara dalam jumlah besar.

Baca Selengkapnya

Sempat Ditahan, Alwaleed: Saya Dukung Raja dan Putra Mahkkota

30 Januari 2018

Sempat Ditahan, Alwaleed: Saya Dukung Raja dan Putra Mahkkota

Pangeran Alwaleed mengatakan ada sejumlah pejabat korup Arab Saudi, yang melakukan korupsi uang negara dalam jumlah besar.

Baca Selengkapnya

Ditahan di Ritz Carlton, Alwaleed: Saya sering Olahraga dan Diet

29 Januari 2018

Ditahan di Ritz Carlton, Alwaleed: Saya sering Olahraga dan Diet

Alwaleed mengatakan dia masih kerap bertemu keluarga dan pegawainya di Hotel Ritz Carlton.

Baca Selengkapnya

Alwaleed: Pejabat Saudi Korupsi, Dukung Anti-Korupsi

29 Januari 2018

Alwaleed: Pejabat Saudi Korupsi, Dukung Anti-Korupsi

Alwaleed mengatakan sejumlah pejabat Saudi menghamburkan uang negara selama satu dekade terakhir.

Baca Selengkapnya

Istana Alwaleed Dipenuhi Mobil Pasca Dilepas dari Ritz Carlton

29 Januari 2018

Istana Alwaleed Dipenuhi Mobil Pasca Dilepas dari Ritz Carlton

Alwaleed dibebaskan setelah mencapai kesepakatan finansial dengan Jaksa Agung Arab Saudi terkait dugaan terlibat praktek korupsi.

Baca Selengkapnya

Ditahan terkait Korupsi, Pangeran Alwaleed: Santai, Periksa Semua

29 Januari 2018

Ditahan terkait Korupsi, Pangeran Alwaleed: Santai, Periksa Semua

Pangeran Alwaleed mengatakan dia sebenarnya bisa meninggalkan Hotel Ritz Carlton,yang menjadi lokasi penahanan, lebih cepat.

Baca Selengkapnya

Soal Pembayaran Denda Rp 80 Triliun, Pangeran Alwaleed Bilang Ini

29 Januari 2018

Soal Pembayaran Denda Rp 80 Triliun, Pangeran Alwaleed Bilang Ini

Alwaleed mengatakan dia tidak bisa mengungkapkan kesepakatan yang dibuat dengan pemerintah Saudi karena ini menyangkut dua pihak.

Baca Selengkapnya

Konglomerat Alwaleed dan Al-Amoudi Ditangkap, Apa Bisnisnya?

24 November 2017

Konglomerat Alwaleed dan Al-Amoudi Ditangkap, Apa Bisnisnya?

Alwaleed dan Al-Amoudi memiliki banyak investasi di Afrika.

Baca Selengkapnya