Dunia Internasional Desak Myanmar Lepas Jurnalis yang Ditahan

Reporter

Budi Riza

Editor

Budi Riza

Rabu, 20 Desember 2017 11:51 WIB

Wartawan Myanmar Wa Lone (kiri) dan Kyaw Soe Oo. REUTERS/Antoni Slodkowski /

TEMPO.CO, Jakarta - Sejumlah negara mendesak pemerintah Myanmar segera melepaskan dua jurnalis Reuters yang ditahan yaitu Wa Lone dan Kyaw Soe Oo.

Kedua jurnalis ditahan pada 12 Desember 2017 setelah diundang untuk bertemu dengan pejabat polisi di luar kota Yangoon. Keduanya sedang menulis laporan mengenai serangan militer di negara bagian Rakhine, yang menyebabkan sekitar 650 ribu warga etnis Muslim Rohingya mengungsi ke Bangladesh sejak Agustus 2017.

Baca: MSF: 6.700 Rohingya Tewas di Myanmar

Kementerian Informasi Myanmar menuding kedua jurnalis secara ilegal memperoleh informasi dengan tujuan untuk membaginya kepada media asing. Kementerian juga merilis foto kedua jurnalis dalam keadaan terborgol.

Advertising
Advertising

Baca: ICRC: Kehidupan Rohingya di Myanmar Berhenti

"Kami dan keluarga keduanya masih tidak diberikan akses bertemu atau untuk mendapatkan informasi mendasar mengenai keberadaan dan keselamatan mereka," kata Stephen J. Adler, Presiden dan Pimpinan Redaksi Reuters, dalam pernyataan seperti dilansir Reuters, Selasa, 19 Desember 2017 waktu setempat.


Menurut kabar, kedua jurnalis dan dua polisi yang ditahan bisa dikenai tuntutan undang-undang rahasia pejabat peninggalan Inggris dengan ancaman 14 tahun penjara. Tapi para pejabat Myanmar mengatakan kedua jurnalis belum dikenai tuntutan apapun. Mereka juga tidak memberitahukan dimana lokasi penahanan kedua jurnalis Reuters ini.


Adler menambahkan,"Wa Lone dan Kyaw Soe Oo adalah jurnalis yang melakukan tugas penting untuk menyajikan informasi mengenai kepentingan global. Mereka tidak melakukan kesalahan apapun."

Penahanan dua jurnalis Reuters ini menimbulkan reaksi dari berbagai negara dan lembaga. Uni Eropa mendesak Myanmar agar segera melepaskan kedua jurnalis. "Kebebasan pers dan media adalah pondasi dari sistem demokrasi," kata Federica Mogherini, Ketua Urusan Luar Negeri UE.


Desakan juga datang dari Duta Besar Belanda untuk Myanmar, Wouter Jurgens, yang meminta pemerintah Myanmar untuk bersikap transparan mengenai alasan penangkapan dan segera melepaskan kedua jurnalis.


Lembaga International Commission of Jurists juga mendesak Myanmar agar menjelaskan lokasi keberadaan kedua jurnalis. "Semua orang yang ditahan harus mendapatkan hak pembelaan pengacara dan akses bertemu keluarga," kata Frederick Rawski, direktur ICJ untuk Asia Pasifik.


Sekretaris Jenderal PBB, Antonio Guterres, mengatakan setiap negara harus menjaga keamanan jurnalis dan kebebasan pers termasuk di Myanmar.


REUTERS

Berita terkait

Giliran KKP Tangkap Kapal Asing Malaysia yang Menangkap Ikan di Selat Malaka

2 hari lalu

Giliran KKP Tangkap Kapal Asing Malaysia yang Menangkap Ikan di Selat Malaka

KKP meringkus satu kapal ikan asing ilegal berbendera Malaysia saat kedapatan menangkap ikan di Selat Malaka.

Baca Selengkapnya

Perang Saudara Myanmar: Kelompok Perlawanan Tarik Pasukan dari Perbatasan Thailand

4 hari lalu

Perang Saudara Myanmar: Kelompok Perlawanan Tarik Pasukan dari Perbatasan Thailand

Tentara Pembebasan Nasional Karen memutuskan menarik pasukannya dari perbatasan Thailand setelah serangan balasan dari junta Myanmar.

Baca Selengkapnya

Jenderal Myanmar Menghilang Setelah Serangan Pesawat Tak Berawak

4 hari lalu

Jenderal Myanmar Menghilang Setelah Serangan Pesawat Tak Berawak

Wakil Ketua Junta Myanmar menghilang setelah serangan drone. Ia kemungkinan terluka.

Baca Selengkapnya

Ribuan Warga Rohingya Berlindung ke Perbatasan Myanmar-Bangladesh

7 hari lalu

Ribuan Warga Rohingya Berlindung ke Perbatasan Myanmar-Bangladesh

Ribuan warga etnis Rohingya yang mengungsi akibat konflik di Myanmar, berkumpul di perbatasan Myanmar-Bangladesh untuk mencari perlindungan

Baca Selengkapnya

Aktivis HAM Myanmar Dicalonkan Nobel Perdamaian 2024: Penghargaan Ini Tidak Sempurna

7 hari lalu

Aktivis HAM Myanmar Dicalonkan Nobel Perdamaian 2024: Penghargaan Ini Tidak Sempurna

Maung Zarni, aktivis hak asasi manusia dan pakar genosida asal Myanmar, dinominasikan Hadiah Nobel Perdamaian 2024, oleh penerima Nobel tahun 1976

Baca Selengkapnya

Pertempuran di Perbatasan Myanmar-Thailand, Pemberontak Targetkan Pasukan Junta

8 hari lalu

Pertempuran di Perbatasan Myanmar-Thailand, Pemberontak Targetkan Pasukan Junta

Pertempuran berkobar di perbatasan timur Myanmar dengan Thailand memaksa sekitar 200 warga sipil melarikan diri.

Baca Selengkapnya

Top 3 Dunia: Iran Siap Hadapi Israel, Sejarah Kudeta di Myanmar

9 hari lalu

Top 3 Dunia: Iran Siap Hadapi Israel, Sejarah Kudeta di Myanmar

Top 3 dunia adalah Iran siap menghadapi serangan Israel, sejarah kudeta di Myanmar hingga Netanyahu mengancam.

Baca Selengkapnya

Menilik Jejak Sejarah Kudeta Junta Militer Di Myanmar

10 hari lalu

Menilik Jejak Sejarah Kudeta Junta Militer Di Myanmar

Myanmar, yang dulunya dikenal sebagai Burma itu telah lama dianggap sebagai negara paria ketika berada di bawah kekuasaan junta militer yang menindas.

Baca Selengkapnya

Menlu Thailand Kunjungi Perbatasan dengan Myanmar, Pantau Evakuasi

16 hari lalu

Menlu Thailand Kunjungi Perbatasan dengan Myanmar, Pantau Evakuasi

Menlu Thailand Parnpree Bahiddha-Nukara tiba di perbatasan dengan Myanmar untuk meninjau penanganan orang-orang yang melarikan diri dari pertempuran.

Baca Selengkapnya

Ribuan Warga Myanmar Mengungsi ke Thailand Usai Kota Ini Dikuasai Pemberontak

16 hari lalu

Ribuan Warga Myanmar Mengungsi ke Thailand Usai Kota Ini Dikuasai Pemberontak

Thailand membuka menyatakan bisa menampung maksimal 100.000 orang warga Myanmar yang mengungsi.

Baca Selengkapnya