Petugas kepolisian membawa jenazah penjual narkoba yang ditembak mati polisi di Manila, Filipina, 25 Juni 2016. Setidaknya 59 penjual dan pengguna narkoba tewas ditembak polisi. Dondi Tawatao/Getty Images
TEMPO.CO, Manila- Presiden Filipina Rodrigo Duterte memenuhi sumpahnya menghabisi para pelaku kejahatan narkoba. Orang-orang tewas bergelimpangan di jalan hingga di gang sempit di kawasan kumuh Filipina. Ini menjadi pemandangan yang mengerikan sebulan terakhir di negara itu.
Foto-foto tentang jasad-jasad yang diduga terlibat kejahatan narkoba yang bergeletakan di jalan raya maupun kompleks perumahan masyarakat muncul di media massa, seperti dikutip dari Asia Correspondent, 29 Juli 2016.
Foto-foto itu memperlihatkan ketika jasad ditemukan istri, keluarga, atau teman korban. Mereka tewas ditembak aparat polisi maupun warga sipil yang dipersenjatai. Ada pula yang secara misterius ditemukan tewas di jalanan.
Hanya dalam tempo kurang dari sebulan sejak dilantik menjadi presiden pada 30 Juni 2016, jumlah jasad yang ditemukan dalam operasi perang terhadap narkoba mencapai 300 orang. Dari jumlah itu, sekitar 61 orang tewas dibunuh para preman. Dalam operasi perang terhadap narkoba, sekitar 70 ribu pencandu narkoba telah menyerahkan diri kepada pemerintah.
Duterte, setelah pelantikannya sebagai presiden, menegaskan tekadnya memerangi kejahatan narkoba dan tidak peduli dengan kritik tentang pelanggaran hak asasi manusia yang dialamatkan kepadanya. Dia bahkan siap dikenang seperti diktator dari Uganda, Idi Amin.
Begini Konflik Antara Duterte dan Presiden Filipina Ferdinand Marcos Jr
31 Januari 2024
Begini Konflik Antara Duterte dan Presiden Filipina Ferdinand Marcos Jr
Marcos bekerja sama dengan putri Duterte, Sara, untuk menjadikannya wakil presiden dalam kemenangan Pemilu 2022. Namun, keretakan dalam aliansi keluarga tersebut muncul ketika petahana telah menyimpang dari kebijakan anti-narkoba dan kebijakan luar negeri pendahulunya.