Calon kandidat Presiden Filipina, Rodrigo Duterte menjawab pertanyaan saat konferensi pers di Davao City, Filipina, 9 Mei 2016. REUTERS
TEMPO.CO, Manila - Presiden terpilih Filipina, Rodrigo Duterte, pada Senin (27 Juni 2016) mengundang kelompok militan Abu Sayyaf untuk berdialog guna mengakhiri konflik di selatan negara itu. Duterte menyebut kelompok yang baru-baru ini membunuh dua sandera warga asing dan menculik tujuh warga negara Indonesia itu, bukan musuhnya.
"Abu Sayyaf bukan musuh saya. Saya tahu itu terkait dengan isu di Mindanao. Sebab itu saya bertanya kepada mereka apakah mereka ingin berdiskusi atau kita teruskan berperang," kata Duterte.
Pemimpin Filipina yang akan segera dilantik tersebut dilahirkan di Mindanao di mana para pemberontak muslim selama puluhan tahun membantai lebih dari 100.000 nyawa.
Pemerintah sebelumnya juga telah mengadakan dialog dengan beberapa kelompok separatis utama di selatan tetapi pada saat yang sama turut mengirim tentara memburu anggota Abu Sayyaf.
Abu Sayyaf adalah satu kelompok yang didirikan dengan dukungan dana dari jaringan al Qaida pada 1990-an dan kini memperoleh jutaan dolar melalui kegiatan penculikan. Meskipun ketua kelompok Abu Sayyaf menyatakan kesetiaan terhadap ISIS tetapi sejumlah analis mengatakan, kelompok itu lebih berfokus aktivitas penculikan yang menguntungkan.
Kelompok itu baru-baru ini memenggal kepala dua pria warga Kanada setelah tenggat akhir pembayaran uang tebusan tidak dipenuhi.
Duterte pada Jumat lalu mengatakan, dia dan pembantunya bertanggung jawab dalam negosiasi yang membebaskan seorang wanita Filipina yang diculik kelompok itu bersama pria Kanada.
Pekan lalu, 7 pelaut Indonesia yang diculik di perairan Filipina selatan, mendorong Jakarta untuk melarang setiap kapal berbendera Indonesia berlayar ke Filipina. Militer Filipina mengatakan pada Minggu bahwa mereka meyakini orang Indonesia tersebut ditahan di kepulauan Sulu terpencil, kubu utama Abu Sayyaf.
Pada awal tahun ini, Abu Sayyaf juga menculik empat kru kapal warga Malaysia dan 14 warga Indonesia sebelum semua sandera dibebaskan beberapa bulan kemudian.
Filipina, Malaysia, dan Indonesia telah sepakat untuk mempertimbangkan langkah-langkah bersama yang ditujukan untuk membatasi penculikan lewat laut. Ini termasuk patroli laut dan udara di atas koridor transit yang ditunjuk di mana kapal-kapal bisa bepergian antara negara-negara.