Jurnalis Pro-ISIS Ancam Bunuh Semua Rekannya, kecuali...  

Reporter

Kamis, 21 Januari 2016 17:15 WIB

Ilustrasi senjata kimia ISIS. Metro.co.uk

TEMPO.CO, Kabul - Beberapa wartawan di Afghanistan dikejutkan dengan suara yang muncul dari sebuah radio milik militan Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS).

Suara tersebut muncul dalam sebuah program diskusi yang bertajuk "Voice of Khilafah". Dalam diskusi tersebut terdengar sang penyiar mengeluarkan ancaman untuk membunuh semua wartawan di Afghanistan.

Lebih mengejutkan, para wartawan tersebut mengenal suara pengancam itu yang tidak lain adalah teman mereka sendiri. Orang tersebut mengetahui semua nama mereka dan mengenal persis tempat mereka bekerja.

Dalam siaran radionya pada Desember 2015, sang penyiar meminta para wartawan Afganistan untuk bergabung dengan ISIS atau Daesh, jika tidak, mereka semua akan diburu dan dibunuh.

"Ini merupakan keprihatinan besar bagi kami karena dia tahu semua wartawan yang bekerja di media lokal," kata Shir Sha Hamdard, ketua Persatuan Wartawan Afghanistan Timur.

Siaran tersebut dapat didengar di hampir semua wilayah Afghanistan, terutama di Jalalabad dan Nangarhar.

Diduga sang pengancam yang merupakan mantan penyiar radio lokal di Jalalabad telah bergabung dengan kelompok yang terafiliasi dengan ISIS. Kelompok tersebut diyakini membangun markas di wilayah yang disebut Provinsi Khorasan, dekat dengan Nangarhar, provinsi di timur yang berbatasan dengan Pakistan.

Siaran radio tersebut meliputi berita, wawancara, vitriol melawan pemerintah Afghanistan dan Taliban, juga propaganda perekrutan dan pemutaran musik rohani dalam berbagai bahasa.

Selain mengancam untuk membunuh wartawan, pria tersebut mengeluarkan pesan yang mengancam pemerintah Afghanistan yang dianggapnya sebagai boneka Amerika Serikat. Pria itu juga mengancam akan menghabisi Taliban.

"Bendera hitam kita akan segera berkibar di atas istana presiden di Kabul," kata pria tersebut dalam siaran terbarunya, seperti yang dilansir Fox News pada 21 Januari 2016.

Ketika dimintai komentarnya terkait dengan ancaman tersebut, pemerintah Afghanistan menolak untuk menanggapinya. Namun seorang pejabat polisi di Jalalabad mengatakan bahwa radio "Voice of Khilafah" telah dilarang dan jarang diakses warga.

Namun warga menceritakan cerita yang berbeda. Seorang penjaga toko Jalalabad, Janat Khan, mengatakan radio ISIS populer terutama karena pembaruan.

"Kebanyakan orang mendengarkan mereka karena mereka ingin tahu tentang Daesh dan strateginya," katanya. "Para pengkhotbah yang bagus, pesan mereka sangat jelas, yakni berbicara melawan Taliban dan melawan pemerintah (Presiden Ashraf) Ghani."

Meskipun ISIS dan Taliban sama-sama radikal, keduanya berseberangan dalam segi ide dan strategi. Taliban hanya berfokus pada Afghanistan, sedangkan ISIS bertekad membangun kekhalifahan di seluruh dunia.

FOX NEWS|YON DEMA





Baca juga:
Alasan Jessica Tak Cicipi Kopi Mirna
Bom di Pos Polisi Thamrin Memakai Pemicu


Advertising
Advertising

Berita terkait

Prabowo Terima Telepon Menteri Pertahanan AS, Berikut Profil Lloyd Austin

6 hari lalu

Prabowo Terima Telepon Menteri Pertahanan AS, Berikut Profil Lloyd Austin

Presiden terpilih Prabowo Subianto menerima telepon dari Menhan AS. Berikut jenjang karier dan profil Lloyd Austin.

Baca Selengkapnya

10 Negara Paling Tidak Aman di Dunia, Indonesia Termasuk?

9 hari lalu

10 Negara Paling Tidak Aman di Dunia, Indonesia Termasuk?

Ada 10 negara yang paling tidak aman di dunia dan tidak disarankan untuk berkunjung ke sana. Siapa saja?

Baca Selengkapnya

Tajikistan Bantah Tudingan Rusia bahwa Ukraina Merekrut Warganya sebagai Tentara Bayaran

25 hari lalu

Tajikistan Bantah Tudingan Rusia bahwa Ukraina Merekrut Warganya sebagai Tentara Bayaran

Tajikistan membantah tuduhan Rusia bahwa kedubes Ukraina di ibu kotanya merekrut warga untuk berperang melawan Rusia

Baca Selengkapnya

Iran Tangkap Anggota ISIS, Diduga Rencanakan Bom Bunuh Diri Menjelang Idul Fitri

26 hari lalu

Iran Tangkap Anggota ISIS, Diduga Rencanakan Bom Bunuh Diri Menjelang Idul Fitri

Polisi Iran telah menangkap beberapa anggota ISIS yang diduga merencanakan aksi bunuh diri menjelang Idul fitri.

Baca Selengkapnya

Rusia Klaim Punya Bukti Nasionalis Ukraina Terhubung dengan Serangan Moskow

34 hari lalu

Rusia Klaim Punya Bukti Nasionalis Ukraina Terhubung dengan Serangan Moskow

Rusia mengatakan menemukan bukti bahwa pelaku yang membunuh lebih dari 140 orang di gedung konser dekat Moskow terkait dengan "nasionalis Ukraina."

Baca Selengkapnya

Rusia Mengaku Tak Percaya ISIS Lakukan Penembakan Moskow

35 hari lalu

Rusia Mengaku Tak Percaya ISIS Lakukan Penembakan Moskow

Rusia menaruh kecurigaan bahwa Ukraina, bersama Amerika Serikat dan Inggris, terlibat dalam penembakan di Moskow.

Baca Selengkapnya

2 Pelaku Penembakan Moskow Bebas Lewat Turki-Rusia, Pejabat Turki: Tak Ada Surat Penangkapan

37 hari lalu

2 Pelaku Penembakan Moskow Bebas Lewat Turki-Rusia, Pejabat Turki: Tak Ada Surat Penangkapan

Warga negara Tajikistan, Rachabalizoda Saidakrami dan Shamsidin Fariduni dapat melakukan perjalanan dengan bebas antara Rusia dan Turki

Baca Selengkapnya

Putin Akui Belum Ada Bukti Keterlibatan Ukraina dalam Serangan Teroris Moskow

37 hari lalu

Putin Akui Belum Ada Bukti Keterlibatan Ukraina dalam Serangan Teroris Moskow

Presiden Rusia Vladimir Putin mengakui bahwa sejauh ini belum ada tanda-tanda keterlibatan Ukraina dalam penembakan di gedung konser Moskow

Baca Selengkapnya

Serangan Moskow Terjadi, Apakah Pengganti KGB telah Kehilangan Tajinya?

38 hari lalu

Serangan Moskow Terjadi, Apakah Pengganti KGB telah Kehilangan Tajinya?

Serangan Moskow menimbulkan pertanyaan tentang ketajaman FSB, pengganti KGB, badan intelijen yang kerap dianggap momok bagi Barat.

Baca Selengkapnya

Macron Sebut Intelijen Prancis Konfirmasi ISIS di Balik Serangan Konser Rusia

38 hari lalu

Macron Sebut Intelijen Prancis Konfirmasi ISIS di Balik Serangan Konser Rusia

Prancis bergabung dengan AS dengan mengatakan bahwa intelijennya mengindikasikan bahwa ISIS bertanggung jawab atas serangan di konser Rusia

Baca Selengkapnya