Mahamat Mustapha Bananaye, pria yang dituduh sebagai anggota tinggi kelompok pemberontak Boko Haram,saat menghadiri sidang di N'Djamena, Chad, 26 Agustus 2015. REUTERS/Moumine Ngarmbassa
TEMPO.CO, N'Djamena - Pemerintah Chad dilaporkan telah mengeksekusi sepuluh anggota Boko Haram, menandai penerapan pertama hukuman mati setelah negara di Afrika Tengah itu mendukung langkah-langkah anti-teroris bulan lalu.
Dilansir The Guardian, 30 Agustus 2015, sepuluh orang dijatuhi hukuman mati pada Jumat lalu setelah dituduh melakukan pembunuhan dan penggunaan bahan peledak. Mereka tewas di tangan regu tembak. "Mereka tewas sekitar pukul 11.00 pada Sabtu," kata Ahmat Mahamat Bachir, Menteri Keamanan Chad.
Salah satu dari mereka yang tewas adalah Bahna Fanaye alias Mahamat Moustapha, yang oleh pejabat Chad digambarkan sebagai pemimpin kelompok Boko Haram, berbasis di Nigeria.
Chad sebelumnya telah bersumpah mengambil peran utama dalam kekuatan regional--yang juga melibatkan tentara dari Kamerun, Benin, dan Niger di samping Nigeria--untuk memerangi Boko Haram.
Pada Juni dan Juli lalu, ibu kota Chad, N'Djamena, diguncang serangkaian serangan bunuh diri yang menewaskan puluhan orang--serangan pertama sejak Boko Haram mengancam negara itu awal tahun ini.
Dalam satu serangan, pelaku bom bunuh diri sepeda motor menargetkan dua bangunan di Ibu Kota. Sedangkan dalam aksi lain, seorang pria yang menyamar sebagai wanita dengan mengenakan burqa meledakkan bom di luar pasar utama kota.
September lalu, Chad menarik rancangan KUHP yang menghapuskan hukuman mati. Federasi Internasional untuk Hak Asasi Manusia menyatakan saat itu Chad telah akan memoratorium hukuman mati sejak 1991 dengan pengecualian sembilan eksekusi yang berlangsung pada November 2003.
Namun langkah anti-teroris yang disetujui legislator pada bulan lalu dalam menanggapi serangan baru-baru ini telah membuat aturan tentang hukuman mati kembali diakomodasi.
Istri seorang pendeta di Nigeria menjadi pemenang dalam kontes ratu kecantikan negara itu. Selain parasnya menawan, kemampuan intelektualitasnya juga dikagumi.
Perkawinan mubalig Nigeria dengan lebih dari seratus perempuan menghasilkan 203 anak. Mubalig ini dikabarkan meninggal akhir pekan lalu pada usia 93 tahun.