Dua Tahanan Penjara Rahasia CIA di Afganistan Dipulangkan

Reporter

Editor

Abdul Manan

Minggu, 28 Juni 2015 23:00 WIB

Lambang Central Intelligence Agency (CIA), badan intelijen Amerika, yang terdapat di Lobi Markas Besar CIA di Langley. cia.gov

TEMPO.CO, Washington - Departemen Pertahanan Amerika Serikat diam-diam memulangkan dua warga Tunisia yang ditahan dan diinterogasi di sebuah penjara rahasia (disebut black site) badan intelijen AS, Central Intelligence Agency (CIA), di Afghanistan dan dipenjarakan oleh militer AS di negara itu lebih dari satu dekade. Soal ini dilansir Washington Post edisi 26 Juni 2015.

Sebuah pesawat kargo militer AS menerbangkan dua orang itu, Lutfi al-Arabi al-Gharisi dan Ridha Ahmad al-Najjar dari Afghanistan ke Tunisia pada 15 Juni, kata pejabat AS yang berbicara secara anonim.

Departemen Pertahanan AS, yang biasa disebut dengan Pentagon, Jumat 26 Juni 2015, mengkonfirmasi adanya transfer dua orang itu. Dua pejabat Afghanistan menyertai tahanan itu selama penerbangan karena ini dianggap sebuah operasi gabungan dua negara. "Orang-orang itu tetap berada di bawah kendali pemerintah Afganistan sampai mereka diserahkan kepada para pejabat Tunisia," kata Letnan Kolonel Myles B. Caggins III, juru bicara Pentagon.

Tina Foster, pengacara untuk Gharisi dan Najjar, mengatakan dua kliennya telah dibebaskan oleh pemerintah Tunisia.

Transfer ini dilakukan enam bulan setelah Amerika Serikat secara resmi mengakhiri lebih dari belasan tahun operasi penahanan di Afghanistan. Pada bulan Desember 2014, Pentagon mengaku telah mengalihkan seluruh tahanan yang tersisa dalam tahanan di Afghanistan kepada pemerintah setempat. Najjar dan Gharisi adalah tahanan terakhir yang dialihkan menjadi tahanan Afganistan.

Transfer itu mengakhiri penahanan 13 tahun untuk Najjar, yang oleh CIA diduga sebagai pengawal pribadi pemimpin Al-Qaeda Osama bin Laden. Najjar ditangkap di Karachi, Pakistan, Mei 2002 dan dibawa sekitar tiga bulan kemudian ke penjara CIA di Afghanistan yang dikenal sebagai Salt Pit. Dia adalah tahanan pertama di fasilitas CIA, penjara rahasia yang sangat terkenal.

Menurut laporan Komite Senat AS soal Program Penahanan dan Interogasi CIA, interogator CIA menyebut Najjar sudah tunduk setelah melalui interogasi panjang. Dalam kabelnya, interogator mengatakan bahwa Najjar bersedia melakukan apa pun yang diminta CIA.

Laporan itu juga mengatakan bahwa personel CIA meninggalkan Najjar tergantung -dengan keadaan diborgol dan mengenakan popok- 22 jam setiap hari selama dua hari berturut-turut, untuk menghancurkan perlawanannya. CIA juga menandatangani sebuah rencana untuk menutupi kepala Najjar, mencegahnya tertidur dan mengeksposnya dengan musik keras.

Tidak banyak yang diketahui tentang penangkapan terhadap Gharisi atau sudah berapal lama ia berada dalam tahanan CIA. Laporan Senat mengatakan, dia adalah salah satu dari 17 tahanan CIA yang menjadi sasaran dari "teknik interogasi tertentu" tanpa persetujuan dari kantor pusat CIA.

Laporan Senat juga mengatakan bahwa Najjar ditahan oleh CIA selama setidaknya 700 hari. Sedangkan CIA menahan Gharisi selama kurang lebih 380 hari sebelum mereka berdua dipindahkan ke tahanan AS militer di Afghanistan.

Sebagian besar tahanan AS di Afghanistan, yang selama bertahun-tahun termasuk warga Afghanistan dan tawanan dari bangsa lain, ditahan di fasilitas di pangkalan udara Bagram, di luar ibukota Afghanistan, Kabul.

WASHINGTON POST | ABDUL MANAN

Berita terkait

Indonesia Sumbang 1,09 Persen Kasus Covid-19 Dunia

7 Februari 2021

Indonesia Sumbang 1,09 Persen Kasus Covid-19 Dunia

Indonesia saat ini menempati urutan ke-19 kasus sebaran Covid-19 dari 192 negara.

Baca Selengkapnya

Orient Riwu Kore Mengaku Ikut Pilkada Sabu Raijua karena Amanat Orang Tua

6 Februari 2021

Orient Riwu Kore Mengaku Ikut Pilkada Sabu Raijua karena Amanat Orang Tua

Bupati Sabu Raijua terpilih, Orient Riwu Kore, mengungkapkan alasannya mengikuti pemilihan kepala daerah 2020

Baca Selengkapnya

Tidak Lagi Jadi Presiden, Pemakzulan Donald Trump Tak Cukup Kuat

4 Februari 2021

Tidak Lagi Jadi Presiden, Pemakzulan Donald Trump Tak Cukup Kuat

Tim pengacara Donald Trump berkeras Senat tak cukup kuat punya otoritas untuk memakzulkan Trump karena dia sudah meninggalkan jabatan itu.

Baca Selengkapnya

Keluarga Korban Sriwijaya Air SJ 182 Diminta Tak Teken Release And Discharge

3 Februari 2021

Keluarga Korban Sriwijaya Air SJ 182 Diminta Tak Teken Release And Discharge

Pengacara keluarga korban Lion Air JT 610 meminta ahli waris korban Sriwijaya Air SJ 182 tidak meneken dokumen release and discharge atau R&D.

Baca Selengkapnya

Krisis Semikonduktor, Senator Amerika Desak Gedung Putih Turun Tangan

3 Februari 2021

Krisis Semikonduktor, Senator Amerika Desak Gedung Putih Turun Tangan

Pada 2019 grup otomotif menyumbang sekitar sepersepuluh dari pasar semikonduktor senilai 429 miliar dolar Amerika Serikat.

Baca Selengkapnya

Amerika Serikat Longgarkan Aturan soal Imigran Suriah

30 Januari 2021

Amerika Serikat Longgarkan Aturan soal Imigran Suriah

Imigran dari Suriah mendapat kelonggaran aturan sehingga mereka bisa tinggal di Amerika Serikat dengan aman sampai September 2022.

Baca Selengkapnya

Tutorial Membuat Bom Ditemukan di Rumah Pelaku Kerusuhan US Capitol

30 Januari 2021

Tutorial Membuat Bom Ditemukan di Rumah Pelaku Kerusuhan US Capitol

Tutorial pembuatan bom ditemukan di rumah anggota kelompok ekstremis Proud Boys, Dominic Pezzola, yang didakwa terlibat dalam kerusuhan US Capitol

Baca Selengkapnya

Amerika Serikat Kecam Pembebasan Pembunuh Jurnalis Oleh Pakistan

29 Januari 2021

Amerika Serikat Kecam Pembebasan Pembunuh Jurnalis Oleh Pakistan

Pemerintah Amerika Serikat mengecam pembebasan pembunuh jurnalis Wall Street, Journal Daniel Pearl, oleh Mahkamah Agung Pakistan.

Baca Selengkapnya

Amerika Serikat Izinkan Pensiunan Dokter Lakukan Vaksinasi Covid-19

29 Januari 2021

Amerika Serikat Izinkan Pensiunan Dokter Lakukan Vaksinasi Covid-19

Pemerintah Amerika Serikat kini mengizinkan dokter dan perawat yang sudah pensiun untuk memberikan suntikan vaksin Covid-19

Baca Selengkapnya

Jenderal Israel Minta Joe Biden Tidak Bawa AS Kembali Ke Perjanjian Nuklir Iran

27 Januari 2021

Jenderal Israel Minta Joe Biden Tidak Bawa AS Kembali Ke Perjanjian Nuklir Iran

Kepala Staf Pasukan Pertahanan Israel (IDF) Letnan Jenderal Aviv Kochavi mengatakan hal yang salah jika AS kembali ke perjanjian nuklir Iran

Baca Selengkapnya